Anda di halaman 1dari 7

GOOD GOVERNMENT

 Pengertian Government
Pemerintah atau ''Government" dalam bahasa Inggris diartikan sebagai "The authoritative
direction and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city, etc"
(pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara,
negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaan governance berarti
tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata kepemerintahan yang baik.

Di satu sisi istilah good governance dapat dimaknai secara berlainan, sedangkan sisi yang lain
dapat diartikan sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau
organisasi kemasyarakatan, Apabila istilah ini dirujuk pada asli kata dalam bahasa Inggris:
governingf maka artinya adalah mengarahkan atau mengendalikan, Karena itu good governance
dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi
masalah publik. Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas pada negara atau
birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang dipresentasikan oleh
organisasi non-pemerintah dan sektor swasta. Singkatnya, tuntutan terhadap good governance
tidak hanya ditujukkan kepada penyelenggara negara atau pemerintah, melainkan juga pada
masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan.

dapat disimpulkan bahwa pemerintahan yang baik adalah baik dalam proses maupun
hasilnya. Semua unsui dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling
berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat, serta terbebas dari gerakan-gerakan
anarkis yang bisa menghambat proses dan laju pembangunan. Pemerintahan juga bisa
dikatakan baik jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek produktivitas maupun dalam daya belinya;
kesejahteraan spiritualnya meningkat dengan indikator rasa aman, bahagia, dan memiliki
rasa kebangsaan yang tinggi.

Good government juga merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus (pengelola perusahaan), pihak kreditur, pemerintah, karyawan,
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
atau kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.

Penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang sangat
mendasar:
 Tuntutan eksternal: Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untuk menerapkan
Good governance. Good Govermence telah menjadi ideologi baru negara dan lembaga
donor internasional dalam mendorong negara-negara anggotanya menghormati
prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi sebagai prasyarat dalam pergaulan
internasional. Istilah good governance mulai mengemuka di Indonesia pada akhir tahun
1990-an, seiring dengan interaksi antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara luar
dan lembaga-lembaga donor yang menyoroti kondisi objektif situasi perkembangan
ekonomi dan politik dalam negeri Indonesia.
 Tuntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya juse of power yang terwujud
dalam bentuk KKN (korupsi, kolusi, dan spotisme) dan sudah sedemikian rupa mewabah
dalam segala aspek kehidupan. Proses check and balance tidak terwujud dan dampaknya
lenyeret bangsa Indonesia pada keterpurukan ekonomi dan ancaman isintegrasi. Berbagai
kajian ihwal korupsi di Indonesia memperlihatkan korupsi berdampak negatif terhadap
pembangunan melalui kebocoran, \ark up yang menyebabkan produk high cost dan tidak
kompetitif di asar global (high cost economy), merusakkan tatanan masyarakat dan
kehidupan bernegara. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling mencolok kualitas
dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh cabang-cabang pemerintahan,
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini terarahkan wacana pada bagaimana menggagas
reformasi birokrasi pemerintahan (governance reform).

Salah satu persoalan pemerintah sekarang ini adalah persoalan komunikasi politik. Pemerintah
seolah hanya sibuk mempertahankan citranya, tanpa mau berbagi kesan dan tanggung-jawab
dengan parpol lainnya. Entah karena kelak ingin menang sendiri atau karena memang tidak ingin
terganggu oleh parpol lainnya, kita melihat pemerintah dan partai pendukungnya, hal inilah yang
sanggup membuat good goverment menjadi bad goverment.
Permasalahan pemerintah yang kurang baik dan benar adalah Kurangnya komunikasi
antara pemerintah dengan rakyatnya, sehingga sering menimbulkan masalah masalah baru yang
tak kunjung terselesaikan bahkan Lembaga-lembaga hukum negara lebih membela pemerintah
walaupun semua bukti terruju pada pemerintah itu sendiri dan memojokan rakyat. Hal ini
menunjukan bahwa INDONESIA belum memiliki Good Goverment.
Tetapi bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang harus merubah kebiasaan buruk untuk
menjadi negara yang memiliki good goverment melainkan rakyat juga harus ikut serta. Peran rakyat
disini juga tidak kalah pentingnya. Rakyat dapat melakukan hal-hal yang benar dengan menaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia dengan cara membayar pajak tepat waktu,
menggunakan fasilitas umum selayaknya, senang menggunakan produk dalam negeri, lebih pintar
membaca situasi kondisi dan keadaan politik, membuka diri dengan hal-hal yang baru.
 Prinsip-prinsip Pokok Good Governance
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental
dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu :
1. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip demokrasi yaitu kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan Hukum (rule of law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum
dan penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan
publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa proses mewujudkan cita-cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan
karakter-karakter sebagai berikut :
a. Supremasi hukum
b. Kepastian hukum
c. Hukum yang responsitif
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e. Independensi peradilan
3. Transparansi (transparency)
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia
telah terjerembab dalam kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah. Untuk itu,
pemerintah harus menerapkan transparansi dalam proses kebijakan publik.
Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus
dilakukan secara transparan, yaitu :
a. Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g. Keamanan dan ketertiban
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4. Responsif (responsive)
Affan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat-
masyarakatnya, jangan menunggu mereka menyampaikan keinginannya, tetapi mereka
secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk
kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.
5. Konsesus (consesus)
Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat
memuaskan sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga akan memiliki kekuatan memaksa bagi semua komponen yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.
6. Kesetaraan (equity)
Clean vand good governance juga harus didukung dengan asa kesetaraan, yakni
kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-
sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyataan
sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya.
7. Efektivitas dan efisiensi
Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki makna ganda, yakni
efektivitas dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun
partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni mampu
membrikan kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok dan lapisan sosial.
8. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Secara teoritik,
akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki
pengertian bahwa setiap pejabat harus mempertanggung jawabkan berbagai kebijakan
dan pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua
akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada
lembaga yang setara.
9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seseorang
yang memiliki jabatan publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki
kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga
yang dipimpinnya.

Secara konseptual, pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang
baik (good governance) mengandung dua pemahaman:
a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan
berkelanjutan, dan keadilan sosial.
b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya, lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good
governance berorientasi pada:
a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.
b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan
upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu pada demokratisasi dalam
kehidupan bernegara dengan elemen-elemen konstitusinya seperti: legitimacy (apakah
pemerintah dipilih oleh dan mendapat kepercayaan dari rakyatnya), accountability scur-ing of
human right, autonomy, and devolution of power dan assurance of civian control.
Sedangkan orientasi kedua, bergantung pada sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan
administrasinya berfungsi secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan dalam kepemerintahan


(governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Negara/Pemerintahan. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan
kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan
masyarakat madani.
2. Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam
interaksi sistem pasar, seperti: industri pengelolaan perdagangan, perbankan, dan koperasi,
termasuk kegiatan sektor informal.
3. Masyarakat Madani. Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya
berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup
baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik,
dan ekonomi.
 Karakteristik Dasar Good Governance
Ada tiga karakteristik dasar good governance:
1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan
yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah
yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan
dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam
keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi
kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki
sikap inklusif dan kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap
terjaga.
2. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap
umat agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka
mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu,
Quraish Shihab menyatakan bahwa agama tidak semata-mata mempertahankan
kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga mengakui eksistensi agama lain
dengan memberinya hak hidup, berdampingan, dan saling menghormati.
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan,
demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan prikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.
Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan,
hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, menga-malkan nilai hidup
modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang
baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta
menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga
masyarakat.
 CONTOH YANG PERNAH TERJADI
Penerapan good government pernah terjadi di Indonesia yaitu saat pemerintahan Kabinet
Persatuan Nasional Gus Dur –Mega baik dalam pembentukan maupun dalam pelaksanaannya
ada pengaruh besar dari pemikiran good government.

Anda mungkin juga menyukai