Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BAIK

Disusun Oleh:
Nama : TERESIA LORETH KWANI
NIM : 2018 36 22 008
Prodi : ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG (UMS)


TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Jalannya roda pemerintahan tidak selamanya akan seperti yang kita harapkan. Selalu ada
saja alasan yang menyebabkan pemerintahan tidak baik dan tidak stabil. Permasalahan
ini terjadi hampir di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Mulai dari hal
yang sepele sampai yang membuat publik tercengang olehnya.
Dalam sejarah berjalannya waktu, negara Indonesia sendiri tidak terlepas dari
permasalahan dalam elemen kepemerintahannya. Dari tingkat pusat sampai daerah
permasalahan selalu ada. Untuk mengatasi masalah ini, muncul wacana yang baru yang
dikenal dengan good and clean gevernance sebagai solusi dalam negatasi permasalahan
tersebut.
Makalah ini saya susun dengan tema “Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih
(good and clean governance)” sebagai upaya ikut serta dalam mengatasi permasalahan
yang telah dipaparkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian good governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance?
3. Apa good and clean governance dan kontrol sosial?
4. Apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi?
5. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan
publik?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian good governance
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance
3. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan kontrol sosial
4. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi
5. Untuk mengetahui bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja
birokrasi pelayanan publik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance


Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik
dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance
memiliki pengetian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang
bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good
governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut
semua lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat)
dengan istilah good corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih adalah
model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.

B. Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance


Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar
pada prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus
diperhatikan, yiatu:
a) Partisipasi (Participation)
b) Penegakan hukum (rule of law)
c) Transparansi (transparency)
d) Responsif (responsive)
e) Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
f) Kesetaraan (equity)
g) Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h) Akuntabilitas (accountability)
i) Visi strategis (strategic vision)

a) Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek
pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain kegiatan
politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisasi.

b) Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Sehubungan dengan hal tersebut,
realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan
peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan
pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar
serta independen. Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan
pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang
dimilikinya).
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku dengan lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegak hukum
yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawan terhadap kebenaran hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau kekuatan lainnya.

c) Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia telah terjerembab de
dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam pengelolaan negara terdapat delapan
unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b. Kekayaan pejabat politik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui mekanisme test and
proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga independen yang
dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi independen, seperti komisi yudisial,
kepolisian dan pajak.

d) Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean governance
bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Sesuai
dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni etika
individual dan sosial. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik
sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.

e) Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian
besar komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua
yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif,
maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Semakin
banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum,
maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya
dapat semakin dipertanggungjawabkan.

f) Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku,
jenis kelamin, dan kelas sosial.
g) Efektivitas dan efisiensi
Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial.
adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk
kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori
pemerintahan yang efisien.

h) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyakarat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publik
dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas
dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

i) Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean
governance.

C. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial


Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi good and clean
governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan
kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyakarat
dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI.
Pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada
akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.

D. Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi


Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya Daerah (APBD) yang
dilakukan oleh pemda dan anggota legislatif (DPRD) oleh sejumlah lembaga, seakan
belum cukup untuk mengikis tindakan korupsi di kalangan pejabat negara. Menurut
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan tindakan
yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau
kelompok tertentu.
Menurut data Indeks Persepsi Korupsi (CORRUPTION PERCEPTION INDEX) januari
2017 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi Internasional CNBC, dalam hal persepsi
publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan ke-88 dunia dengan skor
CPI (36). Sementara di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik-Indonesia
bertandang di urutan ke-13.
Kondisi yang mendukung munculnya korupsi :
• Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung
kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
• Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
• Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan
politik yang normal.
• Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
• Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
• Lemahnya ketertiban hukum.
• Lemahnya profesi hukum.
• Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
• Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan
perhatian
yang cukup ke pemilihan umum.
• Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan .
• Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
E. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan
Publik
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma sebenarnya merupakan
kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Adapun,
pemberian pelayanan publik yang disertai dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya
didasarkan pada harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau
bukan berdasarkan ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam
pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap
kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu
pemerintah, maysarakat, dan mekanisme pasar.

Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut:
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan
dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif
pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Good and clean govermance dapat diartikan sebagai segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Good and clean govermance sebagai wacana wacana bagi pemerintah untuk
mewujudkan kepemerintahan yang bersih profesional, akuntabel dalam segala
bidang dan bebas dari praktek yang merugikan negara.
3. Good and clean govermance memiliki peranan kontrol sosial yang sangat
penting bagi keberlangsungan roda pemerintahan, yaitu untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and
clean governance.
4. Good and clean govermance memiliki peran yang sangat fundamental dalam
penanganan kasus korupsi. menciptakan negara yang kuat ,tangguh, dan terbebas
dari korupsi dalam segala hal.
5. Kesuksesan tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi
pelayanan publik tidak lepas dari penerapan prinsip-prinsip dasar Good and clean
govermance.

B. Saran
1. Saran saya good and clean governance harus sijalankan semaksimal mungkin
oleh para petinggi pemerintahan atau pemegang kekuasaan dan juga harus
sidukung oleh masyarakat.

2. Pemerintah harus terbuka dalam hal pelayanan masyarakat supaya masarakat bisa
menyalurkan aspirasi mereka.

Itulah sekilas pemaparan materi tentang tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
bila ada materi yang kurang lengkap atau kurang sempurna saya sebagai pemakalah
minta kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya lebih baik
lagi terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah Dkk, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta:


Kencana

Arif Mansuri, 2010, Kewaeganegaraan, Surabaya:Kopertais IV Press

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014.Buku Ajar Pendidikan dan


Budaya Antikorupsi.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2011.Pendidikan Anti Korupsi untuk


Perguruan Tinggi/Anti Korupsi.Jakarta: Kemendikbud

Anda mungkin juga menyukai