Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KORUPSI

Disusun Oleh :

ADIO PERATAMA (1834030097)

Dosen Pembimbing
Eddy Oktaviar, S.,SH,M.H

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, tuntunan, serta bantuan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan berbagai kesulitan dan masalah yang kami hadapi.
Makalah ini membahas tentang Korupsi, kami mencoba mengulas hal-hal
yang terkait dengan korupsi itu sendiri, mulai dari pengertian, penyebab dan
alasan untuk korupsi, dampak, hukuman, dll. kami juga mencoba memberikan
beberapa saran untuk memberantas korupsi. Seperti yang kita semua tahu bahwa
korupsi merupakan suatu tindakan yang sangat dibenci oleh semua kalangan
karena tindakan ini adalah suatu perbuatan yang merugikan banyak pihak, namun
korupsi itu sendiri seperti tidak ada habisnya, tak hentinya-hentinya para pengusa
dari jaman-jaman melakukan perbuatan tidak terpuji ini dan kebanyakan
dilakukan oleh mereka-mereka yang menduduki jabatan penting atau tinggi dalam
suatu lembaga, baik itu lembaga pemerintah mapun lembaga swasta, bahkan tidak
sedikit kasus yang melibatkan lembaga pemerintah dan swasta yang bekerja sama
untuk mendapatkan keuntungan lebih dari hasil korupsi tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini terdapat pihak-pihak yang telah membantu
kami, untuk itu kami ingin menyampaikan terima kasih kami kepada, pertama
Tuhan Sang Penguasa, Dosen mata kuliah, teman-teman kelompok yang telah
bekerja keras dengan penuh dedikasi dan semangat yang tinggi, serta semua pihak
yang telah membantu kami, baik itu pihak internal maupun eksternal kampus.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bukan hanya sebagai bahan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tetapi juga untuk meningkatkan
kesadaran kita terhadap korupsi, serta lebih menambah nasionalisme kita terhadap
negara kita tercinta, Indonesia.

Bengkulu, 18 Oktober 2108

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
D. Landasan Teori .......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ............................. 7


B. Ciri-ciri Korupsi ........................................................................ 8
C. Sebab-sebab Korupsi ................................................................. 9
D. Fenomena Korupsi Di Indonesia ............................................... 10
E. Gambaran umum tentang korupsi di Indonesia Dan Jenis –
Jenis Korupsi ............................................................................. 15
F. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi ............ 16
G. Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi ............. 17
H. Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia ................................................................................... 20
I. Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ..... 20
J. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia ................................................................. 25

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 27
B. Saran .......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam
suatu negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan
suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang sangat penting dari penegakan
hokum dalam suatu negara adalah perang terhadap korupsi , karena korupsi
merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanen dan merusak semua
sendikehidupan berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta
penataan ruangwilayah. Di Indonesia korupsi dikenal dengan istilah KKN
singkatan dari korupsi , kolusi dan nepotisme. Korupsi sudah menjadi wabah
penyakit yang menular disetiap aparat negara dari tingkat yang paling rendah
hingga tingkatan yang palingtinggi. Berdasakan laporan tahunan dari lembaga
internasional ternama, Politicaland Economic Risk Consultancy (PERC) yang
bermarkas di Hongkong, Indonesia adalah negara yang terkorup nomor 3 di
dunia dalam hasil surveinya tahun 2001 bersama dengan Uganda. Indonesia
juga terkorup nomor 4 pada tahun 2002 bersama dengan Kenya. Sedangkan
Pada tahun 2005 PERC mengemukakan bahwa Indonesia masih menjadi
negara terkorup di dunia. Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru dan
menjadi endemik yang sangat lama semenjak pemerintahan Suharto dari tahun
1965 hingga tahun 1997. Penyebab utamanya karena gaji pegawai negeri di
bawah standar hidup sehari-hari dan sistem pengawasan yang lemah. Secara
sistematik telah diciptakan suatu kondisi, baik disadari atau tidak dimana gaji
satu bulan hanya cukup untuk satu atau dua minggu. Disamping lemahnya
sistem pengawasan yang ada member kesempatan untuk melakukan korupsi.
Sehingga hal ini mendorong para pegawai negeri untuk mencari tambahan
dengan memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi walau
dengan cara melawan hokum. Selain itu, sistem peradilan pidana Indonesia
tidak berjalan efektif untuk memerangi korupsi. Sehingga pelakukorupsi
terbebas dari jeratan hukum.

1
Menurut Bank Dunia bahwa korupsi di Indonesia terjadi dimana-mana di
berbagailevel golongan pegawai negeri sipil, tentara, polisi dan politisi bahkan
sudah melanda beberapa kelembagaan seperti Kepolisian, Kejaksaan,
Peradilan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya bertugas untuk
memberantas korupsi.Kejadian tersebut di atas menyebabkan protes dan
penolakan dari masyarakat luas terhadap pemerintahan Suharto maupun para
penggantinya. Adanya korupsi dimana-mana dan timbulnya perasaan jengkel
karena keadilan yang dinantikan masyarakat tak kunjung tiba, ditambah lagi
keadaan ekonomi rakyat kian parah. Indonesia Corruption Watch
mengemukakan bahwa hal tersebut di atas menghasilkan krisis ekonomi di
Indonesia yang berujung dengan kejatuhan rezim Suharto.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Gambaran umum tentang korupsi di Indonesia dan Jenis – Jenis Korupsi ?
3. Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ?
4. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
5. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi ?
6. Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi
7. Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia?
8. Upaya – upaya yang harus di lakukan dalam pemberantasan korupsi di
indonesia ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari korupsi.
2. Mengetahui gambaran umum tentang korupsi Dan Jenis – Jenis Korupsi.
3. Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
4. Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
5. Mengetahui Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi

2
6. Mengetahui Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantasan Korupsi
7. Mengetahui peran serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi.
8. Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

D. Landasan Teori
1. Pengertian Korupsi secara Teoritis
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968)
adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang
diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas
dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka
dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi
pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi
batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai
dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus
terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum
dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat
dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari

3
seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan
yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.

2. Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif


Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-
undang Nomor 20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat
dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, Adapun yang
dimaksud dengan Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :
 Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
Korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
Negara (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
Korporasi yang menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat
merugikan keuangan Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
 Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau
oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
 Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan
Tindak pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun
2001)
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
Penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20
tahun 2001)
 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara
karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal
5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001)

4
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001)
 Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan,melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan
perang (Pasal (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan
negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
Tentara nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf c (pasal 7 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001)
 Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk
sementara waktu,dengan sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)

5
Sedangkan Korupsi Pasif adalah sebagai berikut :
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-
undang Nomor 20 tahun 2001)
 Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili atau untuk mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 20 Tahun 2001)
 Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara
nasional indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a atau c Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2)
Undang-undang nomor 20 tahun 2001.
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya,atau sebaga akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12 huruf a
dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
 Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili (pasal 12 huruf c Undang-undang nomor 20 tahun 2001)

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme


Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti
harfiah dari kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity),
tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau
kecurangan. Dengan demikian korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-
tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya.
Bahasa Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit
modifikasi; Inggris : Corrupt, Corruption; Perancis : Corruption; Belanda :
Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda terdapat penyesuaian ke istilah
Indonesia menjadi : Korupsi.
Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa “korupsi adalah
penyelewengan tanggung jawab kepada masyarakat, dan secara faktual
korupsi dapat berbentuk penggelapan, kecurangan atau manipulasi”. Lebih
lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa korupsi mempunyai karakteristik
sebagai kejahatan yang tidak mengandung kekerasan (non-violence) dengan
melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan
penyembunyian suatu kenyataan (concealment).
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara langusng
maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang
dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat
Dengan demikian, korupsi merupakan tindakan yang merugikan Negara
baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan ditinjau dari berbagai
aspek normatif, korupsi merupakan suatu penyimpangan atau pelanggaran. Di

7
mana norma soisal, norma hukum maupun norma etika pada umumnya secara
tegas menganggap korupsi sebagai tindakan yang buruk.
Sedangkan Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan
membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan
perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai
pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang
industri disaat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan
mereka bersama. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar
oligopoli, dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat
secara signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi. Dan Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau
teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya

B. Ciri-ciri Korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut.
 Korupsi senantiasa melibatkan lebih dai satu orang
 Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
 Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
 Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran
hukum.
 Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk
memengaruhi keputusan-keputusan itu.
 Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau masyarakat umum.
 Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.

8
C. Sebab-sebab Korupsi
 Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang
secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
 Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau
instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
 Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
 Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan
melakukan kecurangan.

Sedangkan Menurut Arya Maheka, Faktor-Faktor yang menyebabkan


terjadinya Korupsi adalah :
 Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan huku hanya sebagai meke-
up politik, bersifat sementara dan selalu berubah tiap pergantian
pemerintahan.
 Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh
bila tidak menggunakan kesempatan.
 Langkanya lingkungan yang antikorup : sistem dan pedoman antikorupsi
hanya dilakukan sebatas formalitas.
 Rendahnya pndapatan penyelenggaraan negara. Pedapatan yang diperoleh
harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu
mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
 Kemiskinan, keserakahan : masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan
melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
 Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.

9
 Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi :
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan korupsi >
kerugian bila tertangkap.
 Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa
bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain, asal
kepentingannya sendiri terlindungi.
 Gagalnya pendidikan agamadan etika : ada benarnya pendapat Franz
Magnis Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral
bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang
memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya
berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama
nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz ,
sebenarnya agama bisa memainkan peran yang besar dibandingkan insttusi
lainnya. Karena adanya ikatan emosional antara agama dan pemeluk
agama tersebut jadi agama bisa menyadarkan umatnya bahwa korupsi
dapat memberikan dampak yang sangat buruk baik bagi dirinya maupun
orang lain.

D. Fenomena Korupsi Di Indonesia


Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya
Indonesia ialah:
 Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya
manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada.
 Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya
“ok-num” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi,
sosial, keaga-maan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan
asing lainnya.
 Selalu muncul kelompoksosial baru yang ingin berpolitik, namun
sebenarnya banyak di antara mereka yangtidak mampu.

10
 Mereka hanya inginmemuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya
dengan dalih “kepentingan rakyat”.

Dr. Andi Hamzah dalam disertasinya menginventarisasikan beberapa


penyebab korupsi, yakni :
 Kurangnya gaji pegawainegeri dibandingkan dengan kebutuhan yang
makin meningkat;
 Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber
atau sebab meluasnya korupsi;
 Manajemen yang kurang baik dankontrol yang kurang efektif dan efisien,
yang memberikan peluang orang untuk korupsi;
 Modernisasi pengembangbiakan korupsi

Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya
berjudul “Strategi Pemberantasan Korupsi,” antara lain :
1. Aspek Individu Pelaku
a) Sifat tamak manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya
miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah
cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri.
Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.

b) Moral yang kurang kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan
untuk itu.

11
c) Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya
memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka
seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi
bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan
semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan
tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti
semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang
seharusnya.

d) Kebutuhan hidup yang mendesak


Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami
situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang
bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan
melakukan korupsi.

e) Gaya hidup yang konsumtif


Kehidupan di kota-kota besar sering kali mendorong gaya hidup
seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

f) Malas atau tidak mau kerja


Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan
tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan
potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan
cepat, diantaranya melakukan korupsi.

12
g) Ajaran agama yang kurang diterapkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan
melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengahmasyarakat.
Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang
diterapkan dalam kehidupan.

2. Aspek Organisasi
a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak
bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya
berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.

b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar


Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan
menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupanorganisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti
korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

c) Sistem akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang


memadai
Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan
jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan
dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu
guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah
sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai
sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian

13
pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusifuntuk praktik korupsi.

d) Kelemahan sistim pengendalian manajemen


Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka
perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.

e) Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi


Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi
yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat
tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai
bentuk.

3. Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada


a) Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi
bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini
seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari
mana kekayaan itu didapatkan.

b) Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi.


Masyarakat masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam
korupsi itu masyarakat. Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh
korupsi itu adalah negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah
masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang
karena dikorupsi.

14
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari
oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka
namun tidak disadari.

d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan


diberantas bila masyarakat ikut aktif. Pada umumnya masyarakat
berpandangan masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya
bila masyarakat ikut melakukannya.

e) Aspek peraturan perundang-undangan. Korupsi mudah timbul karena


adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat
mencakup adanya peraturan yang monopolistik yang hanya
menguntungkan kroni penguasa, kualitas peraturan yang kurang
memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu
ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta
lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

E. Gambaran umum tentang korupsi di Indonesia Dan Jenis – Jenis Korupsi


Korupsi di Indonesia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya
“Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh
Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
dengan “Operasi Tertib” yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek,
modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang

15
tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah
cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak
sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan,
dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan
reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain
ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak
korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan
menjadi:
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).

F. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi


Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi,
Telah di keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti
korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo
Budiyono telah mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan secara khusus
Kepada Jalsa Agung Dan kapolri:

16
1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan
wewenang yg di lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri
dalam rangka penegakan hukum.
3. MeningkatkanKerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI,
selain denagan BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn
upaya penegakan hukum dan pengembalian kerugian keuangan negara
akibat tindak pidana korupsi

Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional


Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Langkah – langkah
pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan pada :
1. Mendesain ulang layanan publik .
2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan
pemerintah yg berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat – pangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi.

G. Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi:


Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam
mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan komisi independen
yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Tujuan pembentukan komisi tersebut adalah meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Serangkaian
tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui
upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

17
dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakudisebut
pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam tugas-tugasnya, KPK bekerja
sama dengan Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Timtas Tipikor),
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), dan Komisi
Ombusman Nasional.
Komisi Pemberantasan Korupsi berkedudukan di ibu kota negara Republik
Indonesia dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilan di
daerah provinsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada public atas
pelaksanaan tugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas pimpinan yang terdiri
atas lima anggota, pegawai yang bertugas sebagai pelaksana tugas, dan tim
penasihat yang terdiri atas empat anggota. Pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi disusun atas ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua,
masing-masing merangkap anggota. Komisi Pemberantasan Korupsi
mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Supervisi terhadap instansi yang berwenang dalam melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi.

18
6. Memonitor penyelenggaraan pemerintahan negara.
7. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
8. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
9. Tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
10. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada

instansi yang terkait;


Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, KPK melakukan penindakan
dengan tujuan meningkatkan penyelesaian perkara tindak pidana korupsi.
Strategi penindakan tersebut dijabarkan dalam sejumlah kegiatan berikut.
1. Pengembangan mekanisme, sistem, dan prosedur supervisi oleh KPK atas
penyelesaian perkara tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kepolisian dan kejaksaan.
2. Pemetaan aktivitas-aktivitas yang berindikasikan tindak pidana korupsi.
3. Pelaksanaan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan perkara tindak
pidana korupsi.
4. Identifikasi kelemahan undang-undang dan konflik antar undang-undang
yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi.
5. Pengembangan sistem dan prosedur peradilan pidana korupsi yang
ditangani langsung oleh KPK.

Untuk mewujudkan visi pemberantasan korupsi Indonesia yang bebas dan


korupsi, maka diperlukan strategi pencegahan tindak pidana korupsi yang
handal, seperti:
 Penyusunan sistem pelaporan pengaduan masyarakat dan sosialisasi,
 Peningkatan efektivitas sistem petaporan kekayaan penyelenggaraan
negara,
 Penyusunan sistem pelaporan gratifikasi dan sosialisasi,

19
 Pengkajian dan penyampaian saran perbaikan atas sistem administrasi
pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang berindikasikan korupsi, dan
 Penelitian dan pengembangan teknik dan metode yang mendukung
pemberantasan korupsi

H. Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia


Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
tindak pidana korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan
kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat

I. Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak
korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya Pencegahan (Preventif)
a) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal,
informal dan agama.
b) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan
teknis.

20
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tang-gung jawab yang tinggi.
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang
mencolok.
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.

2. Upaya Penindakan (Kuratif):


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti
melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak
terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang
dilakukan oleh KPK :
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple
Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004).
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melakukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada
Pemda DKI Jakarta (2004).
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang
merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e) Dugaaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan
placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI
(2004).

21
f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK
(2005).
g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i) Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka
dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan
negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).
j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa:


a) Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di Kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa
yaitu menanamkan didalam diri mereka sendiri bahwa mereka tidak
boleh melakukan tindakan korupsi walaupun hal itu hanya tindakan
sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen
kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada
para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola
pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih
parah adalah menjadi sebuah karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka
juga harus memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi
sehingga tidak memberikan peluang kepada pihak-pihak yang ingin
mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan
mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus
kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk
mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang
jelas dan hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai
pengontrol kebijakan internal universitas.

22
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan
sebagai pihak pengontrol kebijakaninternal kampus maka bisa
menekan jumlah pelaku korupsi. Upaya lain untuk menciptakan
lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini
diharapkan agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko
korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau
komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya memberantas
tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut diharapkan bisa
menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya
korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.

b) Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya


melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena
pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta
dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas
tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu,
masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang
dirasa kurang relevan. Makamasyarakat sadar bahwa korupsi memang
harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara
masif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan
masyarakat.

23
c) Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai
agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat
perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan
jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.

d) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan


kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.

e) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

f) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari


pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

g) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang


penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

h) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan


aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan
masyarakat luas.

4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat):


a) Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah
yang meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di
Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen
untuk memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni

24
1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki
pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

b) Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang


bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai
organisasi nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang
bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh
TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia
yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004
menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul
Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada
2005, In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia.
IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun,
Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari
Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria,
Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari
korupsi.

J. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemberantasan Korupsi di


Indonesia
Korupsi dapatterjadi di negara maju maupun negara berkembang seperti
Indonesia. Adapun hasil analisis penulis dari beberapa teori dan kejadian di
lapangan, ternyata hambatan/kendala-kendala yang dihadapi Bangsa Indonesia
dalam meredam korupsi antara lain adalah :
1. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
2. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi
yang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur
dan kultur.
3. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau
pengontrol, sehingga tidak ada check and balance.

25
4. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi
pada sistem politik dan sistem administrasi negara Indonesia.
5. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari
contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang
mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
6. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat,
dan negara yang semakin canggih.
7. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam
menjalankan amanah yang diemban.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan
yang sangat merugikan negara, korupsi ini menjadi permasalahan utama
terhadap kemajuan suatu negara, terutama bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
Korupsi bisa dikatakan sebagai suatu kejahatan luar biasa, karena tindakan
mencuri uang negara ini akan berdampak pada segala hal dalam sebuah negara
yang berakibat pada perlambatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
serta dampak-dampak sosial, politik dan budaya. Tindakan ini sangatlah tidak
bermartabat serta tidak bertanggung jawab, karena itulah pemberantasan dan
pencegahan korupsi haruslah menjadi prioritas paling utama bangsa indonesia
saat ini demi kemajuan dan kemakmuran bangsa.

B. Saran
Pemberantasan dan pencegahan terhadap korupsi harus kita lawan secara
bersama-sama, dukungan terhadap lembaga-lembaga terkait sangatlah
dibutuhkan bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari masyarakatnya
sendiri.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://harissoekamti.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-upaya-upaya.html

Gie. 2002. Pemberantasan Korupsi Untuk Meraih Kemandirian, Kemakmuran,


Kesejahteraan dan Keadilan.

Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas

UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Strategi pencegahan & penegakan hukum Tindak Pidana Korupsi


(Chaerudin,SH.,MH. Syafudin Ahmad Dinar,SH.,MH. Syarif Fadillah,SH.,MH.)

Modus Operandi Pelanggaran Keppres No. 80 tahun 2003 dari Perspektif KPK

Budiyanto, Drs. MM. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas


X. Jakarta: Erlangga

Waluyo, Budi. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 10. BSE

28

Anda mungkin juga menyukai