KORUPSI
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing
Eddy Oktaviar, S.,SH,M.H
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, tuntunan, serta bantuan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan berbagai kesulitan dan masalah yang kami hadapi.
Makalah ini membahas tentang Korupsi, kami mencoba mengulas hal-hal
yang terkait dengan korupsi itu sendiri, mulai dari pengertian, penyebab dan
alasan untuk korupsi, dampak, hukuman, dll. kami juga mencoba memberikan
beberapa saran untuk memberantas korupsi. Seperti yang kita semua tahu bahwa
korupsi merupakan suatu tindakan yang sangat dibenci oleh semua kalangan
karena tindakan ini adalah suatu perbuatan yang merugikan banyak pihak, namun
korupsi itu sendiri seperti tidak ada habisnya, tak hentinya-hentinya para pengusa
dari jaman-jaman melakukan perbuatan tidak terpuji ini dan kebanyakan
dilakukan oleh mereka-mereka yang menduduki jabatan penting atau tinggi dalam
suatu lembaga, baik itu lembaga pemerintah mapun lembaga swasta, bahkan tidak
sedikit kasus yang melibatkan lembaga pemerintah dan swasta yang bekerja sama
untuk mendapatkan keuntungan lebih dari hasil korupsi tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini terdapat pihak-pihak yang telah membantu
kami, untuk itu kami ingin menyampaikan terima kasih kami kepada, pertama
Tuhan Sang Penguasa, Dosen mata kuliah, teman-teman kelompok yang telah
bekerja keras dengan penuh dedikasi dan semangat yang tinggi, serta semua pihak
yang telah membantu kami, baik itu pihak internal maupun eksternal kampus.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bukan hanya sebagai bahan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tetapi juga untuk meningkatkan
kesadaran kita terhadap korupsi, serta lebih menambah nasionalisme kita terhadap
negara kita tercinta, Indonesia.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
D. Landasan Teori .......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Bank Dunia bahwa korupsi di Indonesia terjadi dimana-mana di
berbagailevel golongan pegawai negeri sipil, tentara, polisi dan politisi bahkan
sudah melanda beberapa kelembagaan seperti Kepolisian, Kejaksaan,
Peradilan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya bertugas untuk
memberantas korupsi.Kejadian tersebut di atas menyebabkan protes dan
penolakan dari masyarakat luas terhadap pemerintahan Suharto maupun para
penggantinya. Adanya korupsi dimana-mana dan timbulnya perasaan jengkel
karena keadilan yang dinantikan masyarakat tak kunjung tiba, ditambah lagi
keadaan ekonomi rakyat kian parah. Indonesia Corruption Watch
mengemukakan bahwa hal tersebut di atas menghasilkan krisis ekonomi di
Indonesia yang berujung dengan kejatuhan rezim Suharto.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Gambaran umum tentang korupsi di Indonesia dan Jenis – Jenis Korupsi ?
3. Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ?
4. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
5. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi ?
6. Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi
7. Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia?
8. Upaya – upaya yang harus di lakukan dalam pemberantasan korupsi di
indonesia ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari korupsi.
2. Mengetahui gambaran umum tentang korupsi Dan Jenis – Jenis Korupsi.
3. Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
4. Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
5. Mengetahui Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi
2
6. Mengetahui Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantasan Korupsi
7. Mengetahui peran serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi.
8. Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
D. Landasan Teori
1. Pengertian Korupsi secara Teoritis
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968)
adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang
diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas
dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka
dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi
pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi
batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai
dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus
terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum
dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat
dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari
3
seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan
yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.
4
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001)
Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan,melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan
perang (Pasal (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan
negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
Tentara nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf c (pasal 7 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001)
Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk
sementara waktu,dengan sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
5
Sedangkan Korupsi Pasif adalah sebagai berikut :
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-
undang Nomor 20 tahun 2001)
Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili atau untuk mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 20 Tahun 2001)
Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara
nasional indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a atau c Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2)
Undang-undang nomor 20 tahun 2001.
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya,atau sebaga akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12 huruf a
dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili (pasal 12 huruf c Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
mana norma soisal, norma hukum maupun norma etika pada umumnya secara
tegas menganggap korupsi sebagai tindakan yang buruk.
Sedangkan Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan
membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan
perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai
pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang
industri disaat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan
mereka bersama. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar
oligopoli, dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat
secara signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi. Dan Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau
teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya
B. Ciri-ciri Korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut.
Korupsi senantiasa melibatkan lebih dai satu orang
Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran
hukum.
Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk
memengaruhi keputusan-keputusan itu.
Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau masyarakat umum.
Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.
8
C. Sebab-sebab Korupsi
Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang
secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau
instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan
melakukan kecurangan.
9
Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi :
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan korupsi >
kerugian bila tertangkap.
Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa
bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain, asal
kepentingannya sendiri terlindungi.
Gagalnya pendidikan agamadan etika : ada benarnya pendapat Franz
Magnis Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral
bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang
memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya
berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama
nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz ,
sebenarnya agama bisa memainkan peran yang besar dibandingkan insttusi
lainnya. Karena adanya ikatan emosional antara agama dan pemeluk
agama tersebut jadi agama bisa menyadarkan umatnya bahwa korupsi
dapat memberikan dampak yang sangat buruk baik bagi dirinya maupun
orang lain.
10
Mereka hanya inginmemuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya
dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya
berjudul “Strategi Pemberantasan Korupsi,” antara lain :
1. Aspek Individu Pelaku
a) Sifat tamak manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya
miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah
cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri.
Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
11
c) Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya
memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka
seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi
bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan
semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan
tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti
semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang
seharusnya.
12
g) Ajaran agama yang kurang diterapkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan
melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengahmasyarakat.
Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang
diterapkan dalam kehidupan.
2. Aspek Organisasi
a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak
bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya
berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.
13
pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusifuntuk praktik korupsi.
14
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari
oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka
namun tidak disadari.
15
tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah
cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak
sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan,
dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan
reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain
ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak
korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan
menjadi:
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).
16
1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan
wewenang yg di lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri
dalam rangka penegakan hukum.
3. MeningkatkanKerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI,
selain denagan BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn
upaya penegakan hukum dan pengembalian kerugian keuangan negara
akibat tindak pidana korupsi
17
dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakudisebut
pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam tugas-tugasnya, KPK bekerja
sama dengan Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Timtas Tipikor),
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), dan Komisi
Ombusman Nasional.
Komisi Pemberantasan Korupsi berkedudukan di ibu kota negara Republik
Indonesia dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilan di
daerah provinsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada public atas
pelaksanaan tugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas pimpinan yang terdiri
atas lima anggota, pegawai yang bertugas sebagai pelaksana tugas, dan tim
penasihat yang terdiri atas empat anggota. Pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi disusun atas ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua,
masing-masing merangkap anggota. Komisi Pemberantasan Korupsi
mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Supervisi terhadap instansi yang berwenang dalam melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi.
18
6. Memonitor penyelenggaraan pemerintahan negara.
7. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
8. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
9. Tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
10. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada
19
Pengkajian dan penyampaian saran perbaikan atas sistem administrasi
pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang berindikasikan korupsi, dan
Penelitian dan pengembangan teknik dan metode yang mendukung
pemberantasan korupsi
20
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tang-gung jawab yang tinggi.
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang
mencolok.
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.
21
f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK
(2005).
g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i) Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka
dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan
negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).
j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
22
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan
sebagai pihak pengontrol kebijakaninternal kampus maka bisa
menekan jumlah pelaku korupsi. Upaya lain untuk menciptakan
lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini
diharapkan agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko
korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau
komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya memberantas
tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut diharapkan bisa
menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya
korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.
23
c) Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai
agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat
perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan
jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
24
1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki
pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
25
4. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi
pada sistem politik dan sistem administrasi negara Indonesia.
5. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari
contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang
mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
6. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat,
dan negara yang semakin canggih.
7. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam
menjalankan amanah yang diemban.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan
yang sangat merugikan negara, korupsi ini menjadi permasalahan utama
terhadap kemajuan suatu negara, terutama bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
Korupsi bisa dikatakan sebagai suatu kejahatan luar biasa, karena tindakan
mencuri uang negara ini akan berdampak pada segala hal dalam sebuah negara
yang berakibat pada perlambatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
serta dampak-dampak sosial, politik dan budaya. Tindakan ini sangatlah tidak
bermartabat serta tidak bertanggung jawab, karena itulah pemberantasan dan
pencegahan korupsi haruslah menjadi prioritas paling utama bangsa indonesia
saat ini demi kemajuan dan kemakmuran bangsa.
B. Saran
Pemberantasan dan pencegahan terhadap korupsi harus kita lawan secara
bersama-sama, dukungan terhadap lembaga-lembaga terkait sangatlah
dibutuhkan bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari masyarakatnya
sendiri.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://harissoekamti.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-upaya-upaya.html
Modus Operandi Pelanggaran Keppres No. 80 tahun 2003 dari Perspektif KPK
28