Anda di halaman 1dari 5

KORUPSI DANA BANTUAN SOSIAL COVID-19 YANG MERENGGUT HAK

MASYARAKAT INDONESIA
MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :
SARAH RENATA SILITONGA
042011333244
KELAS B-4.8

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
I. Latar Belakang Masalah
Kasus korupsi bukanlah hal yang asing untuk didengar di Indonesia. Hampir setiap
tahunnya, baik itu pejabat maupun pimpinan perusahaan, telah ditangkap karena
melakukan tindak pidana korupsi. Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi,
maupun pegawai negeri serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan yang secara tidak
wajar dan tidak legal, menyalahgunakan kepercayaan publik, yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapat keuntungan secara sepihak (Wikipedia). Korupsi merupakan
ancaman yang dapat merugikan, merusak dan menodai nama negara. Tidak hanya kepada
negara, namun juga kepada perekonomian masyarakat. Tindak korupsi yang terjadi di
Indonesia tidak lagi mengenal batas-batas kepada siapa saja, mengapa, kapan saja dan
bagaimana.
Hal ini terbukti pada 6 Desember 2020, ketika seorang Menteri Sosial, Juliari
Batubara (JPB), melakukan tindak pidana korupsi berupa penggelapan uang dana bantuan
sosial Covid-19 yang diperuntukkan kepada warga negara Indonesia yang membutuhkan.
Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap oknum
MJS dan SN yang merupakan pejabat Kementerian Sosial serta adanya tersangka lain dari
pihak swasta, yakni oknum AIM dan HS. Uang disimpan pada salah satu apartemen yang
terletak di Jakarta dan Bandung dan disimpan di dalam tujuh koper, tiga ransel dan amplop
yang berjumlah 14,5 miliar rupiah.
Pelaksanaan korupsi dilakukan dengan mengadakan paket-paket bantuan sosial
dalam rangka penanganan Covid-19. Pihak KPK menduga adanya fee dari setiap paket
yang disetorkan kepada Kementrian Sosial melalui oknum MJS. Dari setiap paket bansos
sebesar Rp300.000, oknum MJS dan AW mengambil keuntungan sebesar Rp10.000 per
paket. Uang tersebut diduga digunakan untuk membayar berbagai keperluan pribadi JPB.
II. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas adalah bagaimana korupsi dana bantuan sosial
merenggut hak-hak masyarakat Indonesia.
III. Analisa Krisis
Covid-19 merupakan penyakit menular yang terjadi di seluruh dunia dan dapat
terjadi kepada siapa saja sehingga dapat dikatakan sebagai pandemi. Penyakit ini
menyerang saluran pernafasan, sehingga si penderita dapat mengalami infeksi ringan,
seperti flu, maupun infeksi berat, seperti pneumonia. Oleh karena pandemi ini,
perekonomian bangsa Indonesia mengalami kelumpuhan dengan pertumbuhan ekonomi
hingga minus 0,4%. Penyebabnya tidak lain karena menurunnya konsumsi dan investasi,
baik itu di lingkup rumah tangga maupun pemerintah. Hampir seluruh Unit Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) yang berada di Indonesia mengalami pemutusan hubungan kerja
sepihak. Bahkan ada beberapa karyawan yang meminta untuk tetap kerja secara bergantian
agar tetap mendapat upah walaupun setengah dari gaji yang biasa diberikan. Pengangguran
terjadi dimana-mana, tingkat kejahatan semakin meningkat membuat masyarakat semakin
susah untuk mendapatkan sesuap nasi.
Melihat penurunan ekonomi tersebut, pada bulan-bulan awal terjadi pandemi
Covid-19, Kementerian Sosial memberikan anggaran untuk membantu mengendalikan
dampak perekonomian Indonesia sebesar Rp134 triliun. Anggaran tersebut diperuntukkan
untuk beberapa program khusus, yaitu program keluarga harapan, sembako dan bantuan
sosial. Namun, seperti yang kita ketahui, dana bantuan yang seharusnya diperuntukkan
kepada masyarakat, justru dikorupsi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pelaksanaan korupsi biasanya diawali dengan penyalahgunaan kekuasaan, yang
berarti korupsi biasanya dilakukan oleh seseorang yang mempunyai jabatan atau para
pemegang kekuasan. Para pemegang kekuasaan seharusnya menunjukkan sikap yang dapat
mengayomi dan mengutamakan kepentingan publik. Menilik dari sikap yang telah
diperbuat oleh Kementerian Sosial , Juliari Batubara, dapat dipastikan bahwa dia dan
rekannya telah merenggut hak-hak yang bukan milik mereka. Mereka telah melakukan
perampasan hak-hak masyarakat yang dimana masyarakat mempunyai hak untuk
menikmati dan merasakan dana bantuan tersebut. Aksi korupsi tersebut menimbulkan
kesengsaraan bagi masyarakat-masyarakat kecil di Indonesia dan merugikan negara.
Adnan Topan Husodo, yang merupakan Koordinator Indonesia Corruption Watch
(ICW) sudah memperingatkan bahwa wewenang penanganan pendistribusian, termasuk
bantuan sosial, rawan terjadi adanya korupsi. Wilayah Indonesia yang luas sangat
memungkinkan bagi aparat pemerintah untuk kesulitan dalam mengecek dan mengatur
pendistribusian bantuan sosial tersebut. Masyarakat juga tidak bisa sepenuhnya untuk
mengawasi proses bantuan tersebut. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat diperlukan
disini. Ketika masyarakat di suatu daerah yang benar-benar mengalami keadaan terburuk
dan perlu bantuan dari pemerintah serta merasa mendapatkan hak untuk dibantu dari
pemerintah, namun tidak mendapat dan diproses sama sekali dan merasa ada kejanggalan,
masyarakat berhak untuk memberikan pengaduan. Karena seperti yang kita ketahui,
distribusi bansos tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi beberapa pihak pasti
terlibat didalamnya. Pandemi ini sudah sangat merugikan negara dan banyak pihak. Sangat
tidak pantas apabila hak bantuan sosial yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat
dicuri oleh suatu pihak untuk kepentingan pribadi semata. Perbuatan korupsi adalah
masalah yang cukup pelik karena dapat membahayakan pembangunan dan ekonomi
masyarakat, politik bahkan merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas bangsa.
IV. Solusi
Pada kasus korupsi dana bansos Covid-19, Presiden Joko Widodo sudah terlebih
dahulu mengingatkan jauh-jauh hari kepada kabinetnya untuk tidak bermain-main dengan
anggaran bencana terutama saat pandemi ini. Walaupun begitu, Pemerintah sudah terlebih
dahulu menetapkan dan mengatur hukuman kepada koruptor pada UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disempurnakan dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001. Memang, menurut UU Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), ancaman
paling tinggi adalah seumur hidup atau 20 tahun penjara. Namun dikarenakan ini adalah
bencana yang berskala pandemi atau dalam keadaan tertentu, maka ancaman hukuman mati
dapat diberlakukan (Terdapat pada Pasal 2 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2001). Menurut
saya, hukuman mati dapat diterapkan dan harus dilakukan pada pelaku korupsi bansos
mengingat pandemi Covid-19 merupakan suatu keadaan tertentu.
Untuk saat ini, tersangka Juliari Batubara ditetapkan melanggar Pasal 12 huruf a
atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-undang Pemberantasan Tipikor Jo Pasal 55
ayat 1 ke-1 KUHP. Ancaman hukuman maksimal atas pelanggaran dari pasal-pasal
tersebut adalah penjara seumur hidup. Kemudian, Pemerintah langsung bergerak cepat
untuk mengganti posisi Kementerian Sosial dengan mengangkat Tri Rismaharini yang saat
itu merupakan Walikota Surabaya. Langkah yang dilakukan pertama kali oleh Tri
Rismaharini adalah melakukan pembenahan dan pendataan ulang masyarakat yang benar-
benar membutuhkan bansos guna menghindari adanya indikasi penyalahgunaan bansos
tersebut.
V. Daftar Pustaka
2020. Berawal dari Laporan Masyarakat, Begini Kronologi OTT Dugaan Suap Bansos
00Covid-19 di Kemensos. https://nasional.kompas.com/
Mudassir, Rayful. 2020. Anggaran Kemensos Rp92,8 Triliun, Bansos Tunai dan Kartu
00Sembako Lanjut di 2021. https://kabar24.bisnis.com/
Sucahyo, Nurhadi. 2020. Pandemi, Kasus Bansos dan Ironi Pemberantasan Korupsi.
00https://www.voaindonesia.com/
Suwarso, Eko Indrianto. 2020. Mensos Juliari Batubara jadi tersangka korupsi bansos
00Covid-19, ancaman hukuman mati bakal menanti? https://www.bbc.com/
Ulumuddin, Ihya. 2020. Biodata Tri Rismaharini, Mensos Baru Pengganti Juliari
00Batubara. https://jatim.inews.id/

Anda mungkin juga menyukai