Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“MASALAH KORUPSI DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
Elsop Sarumaha : 18510040
Juan Leonardo : 18510036
Maolana Bahri : 18510021
Munarlis Papua : 18510022
Vigo joni : 18510056

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan karunia-Nya sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kewarganegaraan tentang “MASALAH KORUPSI DI INDONESIA.”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dosen Pengampu
Mata kuliah Kewarganegaraan Bapak I Made Wijana, M.Si (Han)

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai


perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

JAKARTA, 14 DESEMBER 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan


keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat.
Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu
sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan
samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling
dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di
Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa
demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.

Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit


social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memperihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara
kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang
pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang
menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah
korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi
harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak
mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi
sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas
dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Korupsi.

2. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi.

3. Faktor penyebab adanya korupsi.

4. Fenomena korupsi di Indonesia.

5. Peran KPK dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

6. Bagaimana cara Pemberantasan Korupsi.


BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti


penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung
unsur “penyelewengan” atau dis-honest (ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi adalah tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pidana korupsi.

Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada
hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya. Balas jasa yang
diberikan oleh pejabat, disadari atau tidak, adalah kelonggaran aturan yang
semestinya diterapkan secara ketat. Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang
berkaitann dengan jabatan tertentu dalam jajaran birokrasi di Indonesia inilah yang
dirasakan sudah sangat mengkhawatirkan.

II. 2. Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling
menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-
praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi


dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan
“derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas
kepada para korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun
1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat.
Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap
masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan,
persamaan dan kesejahteraan yang merata.

II. 3. Faktor Penyebab Korupsi

Berikut adalah faktor – faktor yang mendasari penyebab dari korupsi :

politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti pemerintahan.

menggunakan kesempatan.

dilakukan sebatas formalitas.

tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya


diringankan hukumannya.

serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa bila


sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi.

agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi
karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Sebenarnya agama bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan
institusi lainnya, sebab agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para
pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang dimiliki
agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat
buruk.dll
II. 4. Fenomena Korupsi Di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga-lembaga politik yang ada.

2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya


“oknum” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial,
keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.

3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya
banyak di antara mereka yang tidak mampu.

4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering berubah-
ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.

2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan


umum.

3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlombalomba


mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.

4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.

5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok


kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok
masyarakat besar (rakyat).
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di
bidang politik dan ekonomi-bisnis.

7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya


jabatan dan hirarki politik kekuasaan.

II. 5. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Korupsi Di Indonesia

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-
upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum
lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu
menjadi “martil” bagi para pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan


good governance.

3. Membangun kepercayaan masyarakat.

4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.

5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.


II. 6. Langkah – Langkah Pemberantasan Korupsi

korupsi merupakan penyakit moral, oleh karena itu penanganannya perlu dilakukan
secara sungguh-sungguh dan sistematis dengan menerapkan strategi yang
komprehensif.

Presiden melalui inpres no 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi


menyatakan langkah-langkah efektif dalam memberantas korupsi adalah sebagai :

1. Membersihkan kantor keprisidenan kantor wapres sekretariat negara serta yayasan-


yayasan.

2. Mengawasi pengadaan barang disemua departemen.

3. Mencegah penyimpanan proyek rekonstruksi Aceh.

4. Mencegah penyimpangan dalam pembangunan infrastruktur ke depan.

5. Menyelidiki penyimpangan di lembaga negara seperti departemen dan BUMN.

6. memburu terpidana korupsi yang kabur ke luar negeri.

7. meningkatkan intensitas pemberantasan penebangan liar.

8. meneliti pembayar pajak dan cukai.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pemberantasan korupsi adalah :

1. Penyesuaian kompetensi dengan jabatan

2. Rasionalisasi jumlah PNS

3. Perbaikan gaji dan tunjangan jabatan

4. Sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan

5. Penonaktifan pejabat yang diduga sedang terlibat KKN


6. Penggantian pejabat yang mementingkan kepentingan kelompok/ pribadi/
golongan.

Cara lain penanggulangan korupsi adalah dengan menegakkan hukum itu


sendiri.Adapun UU yang mengaturnya yaitu:

- Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.

- Rumusan RUU KUHP

Tindak pidana korupsi dalam RUU KUHP ini diatur dalam Bab XXXI, Pasal 681
sampai dengan 690. Tindak pidana korupsi dalam Rancangan KUHPdibagi dalam dua
jenis tindak pidana yakni, suap dan penyalahgunaan wewenang yang merugikan
keuangan negara. Secara garis besar, Rancangan KUHP dalam perumusan pasal-
pasalnya mengambil pokok-pokok rumusan tindak pidana dalam Undang-undang
Korupsi (Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001).
PENUTUP

Kesimpulan

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan
korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi
dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.

Saran Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan


pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil
DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadredja.wordpress.com/pkn/contoh-makalah/

http://livingnavigation.wordpress.com/2009/05/01/korupsi-dan-faktor-

http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/25/faktorpenyebab-korupsi/

http://hukum-rechtat.blogspot.com/2008/12/makalah-tentangkorupsi.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081122212452AA cdX0R

http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai