Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG


PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU
BANGSA








KELOMPOK VI
1. WILDAN GIFFARI (1411512004)
2. DIKY FRIATNA (1411512005)
3. RAINALDI (1411512006)
4. PUTRA FADILAH (1411512007)
5. ZAKI MINANGO DASMAN (1411512008)


JURUSAN SISTEM KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah
dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan
politik hukum nasional Indonesia. Berbagai kebijakan hukum di era
reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mampu
mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari Pancasila dan UUD 1945
yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai
pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai
perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai
kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non
diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.

Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro , menerangkan
bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila
telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang
Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal
("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal dalam
setiap agama. Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah
mencapai kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih
kita sadari jika kita mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat
nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir
bersamaan waktu dengan kita.

Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar oleh sebagian
bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri,
anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan
sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati,
dan diamalkannya Pancasila.
Rumusan Pancasila yang dijiwai dengan sila-silanya merupakan konsepsi
dasar untuk menyatukan berbagai perbedaan yang ada di Indonesia. Kemajemukan
bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, adat dan agama
mencerminkan kekayaan budaya nusantara. Untuk mewadahi keanekaragaman
tersebut maka Pancasila berfungsi sebagai alat persatuan bangsa.
Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya)
beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan kesatuan adalah keesaan,
sifat tunggal atau keseutuhan (WJS Poerwadarminta 1987). Sebutan
persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu .
Dalam hal ini setiap suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu.

Dalam persatuan bangsa, setiap suku bangsa tetap memiliki ciri-ciri
dan adat istiadat semula. Selain itu, dalam persatuan bangsa , satu suku
bangsa menjadi lebih besar daripada sekadar satu suku bangsa yag
bersangkutan karena dia mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan.
Misalnya suku bugis atau Batak manakala menyebutkan dirinya bangsa
Indonesia serta merta memiliki ciri-ciri jauh lebih luas dan kompleks
daripada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Sedangkan kesatuan bangsa berarti satu bangsa Indonesia dalam
satu jiwa bangsa, seperti yang diputuskan dalam Konggres Pemuda pada
tahun 1928, dalam keadaan utuh dan tidak boleh berkurang, baik sebagai
subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Kesatuan
wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari daratan , perairan, dan dirgantara diatasnya,
seperti yang dinyatakan dalam deklarasi Juanda 1957 dalam keadaan utuh
dan tidak boleh berkurang atau retak.
Falsafah Sapu Lidi
Bangsa Indonesia sama sekali tidak asing dengan konsep persatuan
dan kesatuan karena disamping secara naluriah merupakan mahluk sosial,
yaitu tidak dapat hidup menyendiri, bangsa Indonesia juga bersifat komunal.
Hal ini dapat diamati dari sistem kemasyarakatan yang pada umumnya tetap
mempertahankan struktur klan, marga, suku atau daerah asal. Dalam
memecahkan masalah kehidupan , hal itu tetap tergambar dalam falsafah
bahwa sapu lidi sebagai sapu lebih bermanfaat daripada sebagai lidi yang
lepas dari ikatan. Semboyan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh
merupakan semboyan orisinal bangsa Indonesia.
Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatua wilayah sebagai
konsep merupakan suatu kondisi dan cara terbaik untuk mencapai tujuan
bersama. Suatu masyarakat yang didorong oleh keharusan pemenuhan
kebutuhannya perlu bekerjasama atau bersatu dalam bekerja karena pada
dasarnya mereka saling membutuhkan. Masyarakat juga perlu bersatu agar
dapat menghimpun kekuatan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat
dilakukan secara sendiri-sendiri.
Disamping itu, pencapaian suatu tujuan masyarakat dapat efektif
bila dilakukan dalam satu tatanan atau suatu tata hubungan dalam
masyarakat yang berada dalam satu kesatuan. Konsepsi persatuan dan
kesatuan tidak saja berlaku secara nasional, tetapi juga diperlukan dalam
lingkup regional dan global, yang wujudnya seperti ASEAN, APEC, WTO dan
PBB.
Dengan demikian Pancasila dalam sila ketiga Persatuan Indonesia,
menyatakan bahwa negara Indonesia lebih mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa. Sebab dengan persatuan bangsa maka akan tercipta tujuan
nasional bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut;
1. Bagaimana asal mula pancasila?
2. Bagaimanakah tindakan yang terdapat dalam sila-sila pancasila dalam
mewujudkan persatuan?
3. Bagaimanakah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dasar persatuan
bangsa Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan adalah menjelaskan pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar yang menjadi pemersatu bangsa.
Manfaatnya adalah agar pembaca mengetahui bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa bersumber pada kodrat manusia
sebagai mahkluk sosial, dan merupakan pedoman-pedoman yang
tepat bagi manusia dan negaranya.


BAB II
PEMBAHASAN



A. Asal Mula Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia dibentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Pancasila mengalami berbagai perumusan.yang pertama oleh Mr.
Muhammad Yamin (29 Mei 1945), yang kedua oleh Prof. Supomo (31 Mei
1945), yang ketiga oleh Bung Karno (1 Juni 1945), yang keempat dalam
Piagam Jakarta (22 Juni 1945), yang kelima dalam Mukadddimah UUD RIS
(1949) dan dalam Mukaddimah UUD Sementara (1950). Pancasila dibahas,
dirumuskan, dan disepakati oleh para pendiri Negara dalam rangka
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu pancasila
dirumuskan dan diputuskan dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam sila-
sila pancasila secara lahiriah merupakan hasil pemikiran dan mufakat para
anggota kedua badan tersebut. Pancasila adalah dasar filsafat negara
Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,serta pada batang
tubuh UUD 1945.
Secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu
asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Asal mula
langsung Pancasila menurut Notonegoro terbagi menjadi: Pertama, kausa
Materialis, dimana asal bahan Pacasila terdapat pada bangsa Indonesia
sendiri yang ada di dalam kepribadian dan pandangan hidup. Kedua, kausa
Formalis, asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama
Drs.Moh.Hatta serta anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan
membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama
Pancasila. Ketiga, kausa Effisien atau asal mula karya yaitu asal mula yang
menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara yang sah.
Keempat, kausa Finalis atau asal mula tujuan dimana para anggota BPUPKI
dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno-Hatta yang menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila.(lihat Kaelan, 2003 : 104). Asal mula Pancasila
yang tidak langsung adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Hal
itu berarti asal mula Pancasila yang tidak langsung terdapat pada
kepribadian serta dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.

B. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri-prakar

Sebelum proklamasi kemerdekaan, bangsa kita sudah ber-Pancasila.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pancasila telah kita miliki, telah kita
amalkan didalam adat-istiadat, kebudayaan kita, dan agama-agama kita dan
setelah kita merdeka maka ada kedudukan baru dalam unsur-unsur tersebut
yaitu dalam asas kenegaraan kita. Dengan demikian dapat diistilahkan bahwa
kita ber-pancasila dalam Tri-prakara, dalam tiga jenis yaitu, Pancasila Adat-
kebudayaan, Pancasila Religius, Pancasila Negara yang ketiganya bersama-
sama kita miliki. Ketiga unsur yang merupakan bagian tri-prakara yang
disebutkan diatas,terjalin dalam proses kausalitas saling memperkuat dan
tidak boleh ada yang bertentangan karena merupakan unsur-unsur yang
membentuk Pancasila. Negara ber-Pancasila berarti memperkuat dan
memelihara perkembangan bangsa Indonesia yang beragama dan
berkebudayaan, bangsa Indonesia yang beragama dan berkebudayaan
berarti memperkuat dan mengembangkan negara, sehingga terwujudlah
Pancasila negara. Oleh karena itu seharusnya ada kesediaan dan kecakapan
serta usaha dalam diri kita masing-masing sebagai warga negara yang
berasaskan kebudayaan, religious dan kenegaraan dalam membangkitkan,
memelihara dan memperkuat, mengembangkan niat untuk bersatu, untuk
melaksanakan pertalian kesatuan kebangsaan.

C. Sila-sila Pancasila Dasar Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia

Sila-sila dari Pancasila sebagai asas kehidupan adalah cita-cita hidup
yang seharusnya terus diamalkan, tak ada hentinya, semakin baik, dan
semakin sempurna.
Pancasila sebagai pandangan hidup dasar pemersatu bangsa Indonesia dapat
diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang sesuai dengan kelima sila yang
terdapat dalam dasar negara tersebut:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengakui serta
memuliakan-Nya sebagai pencipta alam semesta, memiliki tingkah laku susila
sehari-hari sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing.
Menghormati kemerdekaan atau kebebasan orang dan umat lain untuk
memeluk agama atau kepercayaannya masing-masing dan untuk berbadah
menurut agama dan kepercayaannya itu. Menghormati agama atau
kepercayaan laindan pemeluk atau penganutnya, ikut memperjuangkan
terciptanya suasana yang baik bagi kehidupan beragama dan melawan hal-
hal seperti pertunjukan dan penertiban yang merugikan hidup moral
keagamaan orang banyak. Ikut memperjuangkan adanya kerukunan dan
kerja sama anat umat beragama dan melaksanakan sila-sila lain dan
menjalankan tugas sehari-hari sebagai bakti terhadap Tuhan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mengakui dan memperlakukan setiap orang, tanpa membedakan bangsa,
keturunan, warna kulit, jenis kelamin, agama dan kedudukan, sebagai sesama
manusia yang berakal budi. Memperlakukan sesama manusia sebagaimana ia
ingin diperlakukan oleh orang lain dengan mengambil sikap tenggang rasa.
Dalam menuntut hak-haknya tidak main hakim sendiri, tapi menempuh jalan
hukum untuk menjamin keadilan. Memperlakukan bangsa-bangsa lain
sebagai sesama anggota umat manusia dan menghormati hak-hak mereka.
Persatuan Indonesia
Ikut membela kebenaran, keutuhan wilayah, keamanan dan kesejahteraan
Indonesia. Memiliki kesadaran dan kebangsaan nasional Indonesia serta
mengembangkannya. Menjunjung tinggi dan mencintai Indonesia sebagai
kesatuan politik, kesatuan sosial dan budaya, kesatuan ekonomi, mapun
kesatuan pertahanan dan keamanan. Memiliki dan mengembangkan
solidaritas terhadap sesame warga negara. Menjunjung tinggi dan ikut
mengembangka kebudayaan nasional Indonesia, termasuk pandangan hidup
dan moral bangsa, dasar falsafah negara dan bahasa Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Menghormati keyakinan dan pendapat sesama karena setiap orang
mempunyai kebebasan untuk mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Ikut
dalam pemilihan-pemilihan umum guna mamilih wakil-wakil rakyat untuk
MPR, DPR, dan DPRD. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan bersama dan menerima serta melaksanakan
keputusan hasilnya.
Mematuhi Hukum Nasional, termasuk UUD 1945, Ketetapan ketetapan MPR,
dan peraturan perundangan lain, sebagai keputusan bersama rakyat.
Menyadari diri sebagai warga negara yang ikut bertanggung jawab atas
keselamatan negara dan pelaksanaan tugas-tugasnya, seperti yang
terkandung dalam alinea ke-4 UUD 1945.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Memperhatikan kesejahteraan umum yang menjadi urusan negara dan
memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dan kedudukannya
masing-masing semi terwujudnya kesejahteraan umum itu. Ikut
memperjuangkan agar semua warga negara, terutama yangn lemah
kedudukannya, dapat ikut dalam perekonomian dan mendapatkan bagian
yang wajar dari pendapatan nasional. Memperjuangkan diadakannya
jaminan-jaminan sosial bagi segala lapisan masyarakatdengan pelaksanaan
kesejahteraan sosial yang baik. Mematuhi peraturan-peraturan perundangan
yang ditetapkan oleh negara sebagai sarana untuk mewujudkan
kesejahteraan khususnya dalam membayar pajak secara jujur sesuai undang-
undang yang berlaku.
Tindakan-tindakan yang terkandung dalam kelima sila pada Pancasila yang
disebutkan diatas merupakan ciri-ciri manusia Pancasila, dengan
melaksanakannya sebagai warga negara adalah wujud ikut serta
mewujudkan persatan dan kesatuan bangsa.




D. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah berabad-abad
lamanya berakar dan hidup dalam hati sanubari, watak, kepribadian dan
pergaulan hidup kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai ciptaan
Tuhan memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai suatu pandangan
hidup. Nilai-nilai luhur adalah merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang
berkenaan dengah hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup
manusia, seperti cita-cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia.
(lihat Kalean, 2003 : 107). Pandangan hidup adalah suatu wawasan yang
menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi
sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun
dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
Sejak dahulu orang-orang Indonesia telah mengenal dan memiliki rasa
hormat dan taat kepada Tuhan. Mereka menganut agama atau kepercayaan
mereka masing-masing dalam suasana toleransi dan kerukunan karena yakin
bahwa semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan adalah baik dan pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Peri kemanusiaan dijunjung tinggi
dimana memperlakukan sesama manusia sebagaimana orang ingin
diperlakukan oleh orang lain. Orang melihat orang lain sebagai sesama atau
seorang yang sama dalam hal martabat, hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
tanggung jawabnya, senasib dan sepenanggungan. Didalam masyarakat hak
milik perorangan diakui dan disertai oleh semangat tolong-menolong secara
kekeluargaan. Terlihat pula semangat keadilan sosial yang dilakukan secara
demokratis dalam permusyawaratan semua warga. Unsur kerakyatan ini
dipraktekkan dalam bentuk rapat, musyawarah, mufakat, gotong-royong,
protes bersama terhadap kebijaksanaan atau tindakan pemimpin yang
dianggap tidak adil atau ada hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum
peraturan yang berlaku. Dengan cara-cara itu rakyat mengungkapkan
sikapnya dan menyalurkan partisipasinya dalam urusan-urusan bersama.
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup
bangsa dan itulah yang menjadi dasar negara pada pandangan hidup
Pancasila. Pandangan yang bersumber pada akar budayanya dan nilai-nilai
religiusnya akan membawa bangsa Indonesia untuk mengetahui arah tujuan
yang ingin dicapainya
Dari pandangan hidup itu Pancasila diambil dan ditetapkan sebagai
dasar falsafah negara karena meliputi unsur-unsur bersama di seluruh tanah
air sehingga dapat diterima semua golongan, dan memuat unsur-unsur yang
relevan sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila adalah satu-satunya
pandangan hidup yang dapat mempersatukan kita. Pancasila adalah
perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia dan merupakan kristalisasi nilai-
nilai luhur yang selalu harus kita junjung tinggi bersama dan kita bela
selama-lamanya. Karena pancasila memiliki kedudukan yang penting dan
sebagai pandangan hidup, maka pancasila itu pun menjadi tuntunan hidup
dan tujun bangsa Indonesia, menjadi sumber tertib sosial, sumber tertib
seluruh peri kehidupan kita, baik sebagai individu, maupun dalam ikatan
golongan, ikatan partai politik, ikatan organisasi, pancasila juga merupakan
sumber tertib negara dan tertib hukum serta harus menjadi pedoman dan
dilaksanakan oleh Pemerintah, semua aparatnya dan oleh setiap pejabat
dalam melaksanakan kekuasaaan serta tugasnya.
Sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila adalah terbuka terhadap
unsur-unsur kebudayaan lain yang dianggap sesuai dengan corak kehidupan
asli dan dapat memperkaya serta menyempurnakannya. Keterbukaan ini
adalah salah satu ciri kebudayaan bangsa Indonesia. Ketebukaan disini
maksudnya terbuka terhadap masukan-masukan dari luar dan
mengembangkannya demi meningkatkan unsur-unsur dalam pancasila
dalam mengikuti perkembangan zaman tanpa menghapus nilai dasar yang
terkandung dalam pancasila tersebut. Sepanjang sejarah kebudayaan
Indonesia selalu bersedia mengambil unsur-unsur lain yang selaras.
Terdorong oleh keinginan untuk maju bangsa Indonesia mengintegrasikan
budaya luar kedalam kebudayaannya sendiri. Secara demikian terjadilah
pembaharuan-pembaharuan yang seluas-luasnya sebagai bekal untuk
menghadapi masa depan atau untuk membangun masa depan yang lebih
baik. Dalam usaha pengembangannya diusahakan terpelihara suatu
keseimbangan yang baik antara unsur-unsur yang lama dan yang baru.
Dengan demikian pandangan hidup masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika
tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh
mematikan keanekaragaman bangsa.



E. Pancasila adalah Asas Persatuan dan Kesatuan

Pancasila adalah asas persatuan, kesatuan, damai, kerjasama,hidup
bersama dari bangsa Indonesia yang warga-warganya sebagai manusia
mempunyai bawaan kesamaan dan perbedaan.
Unsur-unsur yang terkandung didalam pancasila itu merupakan ciri-
ciri khas dari pada kita bangsa Indonesia,oleh karena itu dengan sendirinya
juga segala keadaan didalam kehidupan kenegaraan kita perwujudannya
didasarkan pada filsafat pancasila. Rakyat, bangsa, masyarakat, adat istiadat,
kebudayaan, kesusilaan, agama/kepercayaan dan daerah, semuanya itu
termasuk dalam sifat dan keadaan batin atau bawaan daripada negara dan
bangsa kita.
Dasar filsafat Negara kita tersusun atas lima hal, yang masing-masing
merupakan suatu sila,suatu asas peradaban,dan suatu asas keadaban.
Sila-sila yang terdapat pada pancasila itu merupakan bagian-bagian dari
suatu keutuhan dan bagian-bagian dalam hubungan kesatuan. Negara kita
hanya mempunyai satu dasar yang susunannya tidak tunggal,akan tetapi
majemuk tunggal. Dalam istilah disebutkan sebagai Eka-Pancasila. Pada 19
September 1951 di Universitas Gajah Mada, setelah diadakan penelitian
secara ilmiah, dirumuskan oleh Senat Universitas Gajah Mada, Pancasila itu
bukannya suatu konsepsi politis, meskipun tentu saja juga mengandung sifat
politis, konsepsinya pada hakekatnya bukan mengenai politik, akan tetapi
suatu asas pandangan dunia, suatu asas pandangan hidup, buah hasil
perenungan jiwa yang dalam, buah hasil penelaahan cipta yang teratur dan
seksama diatas basis pengetahuan dan pengalaman hidup yang luas. (lihat
Notonogoro hal.3). Berbicara mengenai pancasila seharusnya kita
mendudukkan diri sebagai sesama warga bangsa, sesama saudara, dimana
kita telah mempunyai sejarah yang sama,dan setelah proklamasi
kemerdekaan, kita mempunyai satu tekad untuk menyusun hidup bersama
dalam Negara, yang bersatu, merdeka, adil dan makmur.( Pembukaan UUD
1945). Dengan mengakui memiliki pandangan hidup dan sejarah yang sama,
itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang
hidup bersama memiliki tekad bersama dalam mencapai tujuan bangsa yang
dicita-cita kan.
Aktualisasi pancasila sebagai pandangan hidup dasar persatuan bangsa
dapat diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang
meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Aktualisasi pancasila juga dapat diwujudkan pada setiap individu
terutama dalam aspek moral yang berkaitan dalam hidup negara dan
masyarakat. Denen peran serta aktualisasi Pancasila oleh pemertintah dan
masyarakat yang selaras inilah yang akan memperkuat persatuan bangsa dan
akan berujung dalam peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia yang adil
dan makmur.



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia adalah sangat
luas dan mendalam. Sebagai dasar negara, Pancasila adalah sumber tertib
negara dan tertib hukum, kekuasaan tertinggi, jiwa UUD 1945 dan pedoman
untuk menafsirkan dan untuk melaksanakannya dalam peraturan-peraturan
perundangan, pedoman kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, dan
pedoman pelaksanaan dalam bidang hukum. Intinya, Pancasila adalah norma
tertinggi kahidupan negara dan pembangunan nasional.
Dalam proses penjabaran antara pandangan hidup masyarakat dengan
pandangan hidup bangsa di dalam kehidupan modern memiliki hubungan
timbal balik. Sebagai inti sari dari nilai budaya masyarakat Indonesia,
Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup yang menjadi dasar dalam
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapi, dan
merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara demi mewujudkan
persatuan yang kokoh.

3.2 SARAN

Untuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka harus
dilakukan peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Yang
lebih penting lagi, para pemimpin harus menjadi teladan dalam pengamalan
Pancasila. Pancasila akan menjadi ideologi yang kuat apabila diamalkan
dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
menuju negara aman, damai, tentram, adil, makmur dan sejahtera dalam
semua aspek kehidupan terutama dalam penegakan hukum di Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.




DAFTAR PUSTAKA


1. Kaelan, 2003 Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

2. http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-
pemersatu-bangsa/

3. Notonegoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Bumi Aksara.

4. Krissantono, 1976, Pandangan Presiden Soeharto tentang
Pancasila, CSIS, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai