Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
NAMA : 1. SUCI ANDRIYANI 2020143683
2. ANNISA SYABILA 2020143541
3. SELA ANGGRAINI 2020143537
MATA KULIAH : PENDALAMAN MATERI PKN SD
DOSEN PENGAMPU : KIKI ARYANINGRUM M, PD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi
agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantilan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Hakikat Profesi Kependidikan” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendalaman materi PKN SD. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi referensi bagi pembaca agar dapat memahami mengenai pembelajaran hakikat profesi
dengan baik dan benar.

Kami menyadari makalah ini masih perlu penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.Latar belakang……………………………………………………………………

2.Rumusan masalah………………………………………………………………..

Bab II Pembahasan……………………………………………………………….

A.Pengertian sistem politik……………………………………………………….

B.Partai politik dalam era orde lama……………………………………………..

C.Perkembangan sistem politik pada masa orde baru……………………………

D.Lembaga Negara MPR, PRESIDEN dan DPR………………………………..

E. Lembaga Negara DPD, BPK, MA, MK.............................................................

Bab III Penutup.....................................................................................................

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak zaman
kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding father
bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam
pengelolaan negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa
pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam
rangka merespon permasalahan bangsa yang semakin kompleks.
Sistem politik indonesia  adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat, prinsip,
penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, skala prioritas, dll)
yang terorganisir dalan negara Indonesia untuk mengatur pemerintahan dan mempertahankan
kekuasaan  demi kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat. Kemudian untuk mewujudkan
semua tujuan sistem politik indonesia membutuhkan suprastruktur dan infrastruktur yang
baik.  Mereka adalah lembaga negara (Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, MA,
MK, KY dan lembaga lainnya) sebagai kekuatan utama dan didukung oleh partai politik,
organisasi masyarakat, 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah sistem perpolitikan di indonesia pasca kemerdekaan ? ( SUCI
ANDRIYANI 2020143683 )
2. Lembaga negara MPR, PRESIDEN ,DPR ?
3. Lembaga negara DPD,BPK, negara MA ,MK ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui sejarah sistem perpolitikan di indonesia pasca kemerdekaan
2. Untuk mengetahui lembaha negara MPR, PRESIDEN, DPR
3. Untuk mengetahui lembaga negara DPD, BPK, MA, MK

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sistem politik
sistem Politik Indonesia adalah sebuah sistem politik yang berlaku di indonesia Faktor
yang mempunyai nilai abadi sebagai fundamen dan merupakan konsekuensi
pendirian negara Indonesia,seperti falsafah Negara dan lain sebagainya, dalam banyak hal,
walaupun bersifat transcendental tapi sudah nyata diterima sebagai suatu kenyataan kiranya perlu
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap sistem politik Indonesia, walaupun dipergunakan
pendekatan yang menyisihkan pengaruh falsafah sebagai hasil aktivitas merenun-renung.
Kemudian dapat diuraikan lebih lanjut bahwa pada sistem politik Indonesia akan ditemui
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Suatu sistem, termasuk sistem politik, harus secara
terbuka pengaruh dari lingkungannya, disamping juga dapat mengubah lingkungannya. Artinya
bahwa sistem politik Indonesia merupakan sistem politik yang dianut oleh Indonesia yang
berdasarkan nilai budaya Indonesia yang bersifat turun-temurun dan juga bisa diadopsi dari nilai
budaya asing yang positif bagi pembangunan sistem politik Indonesia. Sedangkan sistem politik
di Indonesia lebih menekankan bahwa sistem ini adalah sistem politik yang pernah dilaksanakan
di Indonesia pada masa lalu. Contoh, pada masa pemerintahan orde lama dan orde baru dan
bahkan masa pra kemerdekaan

B. Partai politik dalam Era orde lama

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde
Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut. Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal. Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Pressaden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando, Pada
18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai
Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang
dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah sabah ,sarawak dan brunei),
jawa barat, jawa tengah , jawa timur ,sulawesi , maluku (termasuk papua ) dan nusa tenggara
Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai
dengan hadimya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Menjelang
Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah parpol meningkat
hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan. Pada masa diberlakukannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No.
7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13 Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan
dan pembubaran partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai
yang mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNL, NU. PKI,
PSIL, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun 10
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960. PSI dan Masyumi dibubarkan.. Dengan berkurangnya
jumlah parpol dari 29 parpol menjadi parpol tersebut, hal ini tidak berarti bahwa konflik
ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik dapat terkurangi. Untuk
mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di Bogor pada tanggal 12 Desember
menghasilkan"DeklarasiBogor.

C. Perkembangan sistem politik pada masa orde baru .

Orde baru dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh orde Baru
memilih perbaikan kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer.
DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat dengan keluarga Presiden Soeharto. Hal ini mengakibatkan
aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.

Kuatnya dominasi Negara dan birokrasi dalam mengontrol kehidupan masyarakat membuat
pembangunan politik pada masa Orde Baru tidak berjalan dengan baik. Sebagaimana
dikemukakan oleh Jeffery Winters, dalam masa kekuasaannya, Soeharto melakukan permainan
politk yang lihai, sambil terus-menerus mendepolitisasi dan memobilisasi masyarakat umum.
Langkah-langkah ini menurutnya telah memberikan rassa aman kepada para investor dalam dan
luar negeri sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi dapat terwujud di negeri ini. Ini berakibat
padda tidak adanya pembangunan politik elementer. Soeharto dan sekutunya di ABRI
melaksanakan politik penyingkiran secara pribadi, dan bukannya dengan cara membangun
institusi-institusi politik yang kuat (yang terus dapat berfungsi, terlepas siapapun yang berkuasa).
Begitu kuatnya kekuasaan politik Soeharto yang ditopang oleh birokrasi dan militer membuat
struktur politik tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Politik dan pemerintahan yang
didominasi oleh birokrasi dan militer yang pada perkembangan selanjutnya mempresentasi pada
diri Soeharto. Ini telah memandulkan fungsi-fungsi struktur politik demokrasi hingga hanya
sebagai pelayan atas keinginan-keinginan Soeharto dan kroni-kroninya.

Golkar telah berperan sebagai partai hegemonic, yang meskipun dirinya sendiri tidak mau disebut
sebagai partai politik. Sebagai partai hegemonic, Golkar mempunyai keunikan, yakni bukan
partai kader dan partai massa. Ini karena partai hegemonic tidak diciptakan dan dikembangkan
oleh kelompok atau kelas tertentu dalam masyarakat sebagaimana partai massa dan kader, tetapi
dibangun oleh pemerintah. Dalam praktinya, partai hegemonic ini mempunyai massa yang besar
sebagaimana dalam partai massa, tetapi anehnya mempunyai anggota yang berasal dari kalangan
elit sebagaimana biasa terjadi dalam partai kader. Namun berbeda dengan kedua partai ini ,partai
hegemonic mempunyai faksi-faksi dalam dirinya, yang terdiri dari faksi militer dan birokrasi.
Kedua faksi ini secara bersama berfungsi sebagai politburo yang mengontrol kebijakan-kebijakan
partai. Dalam konteks Indonesia pembuatan keputusan secara formal addalah ketua partai, tetapi
dalam kenyataannya berada di tangan presiden.

Di sisi lain, ketiadaan pembangunan politik juga membuat politik pada masa Orde Baru minim
partisipasi politik. Pada tingkat sistem, otoritarianisme politik yang dikontekstasikan Orde Baru
telah membuat sistem politik tidak lagi responsive terhadap tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. Pembangunan ekonomi yang semestinya ditujukan untuk mendorong kemakmuran
rakyat, dalam kenyataannya hanya dinikmati oleh segelintir elit politik dan ekonomi terutama yang
berada dalam lingkaran keluarga Soeharto.

D. Lembaga Negara MPR, PRESIDEN DAN DPR

1. Kedudukan, tugas dan wewenang mpr

~ Kedudukan MPR

MPR adalah Lembaga negara. Majelis permusyawaratan rakyat (MPR), sekarang ini bukan lagi
merupakan Lembaga tertinggi negara. Ia adalah Lembaga negara yang sederajat dengan lembaga
negara lainnya. MPR merupakan Lembaga pelaksana kedaulatan oleh karena anggota MPR
adalah para wakil rakyat yang berasal dari pemilihan umum. MPR bukan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat sebgaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945, perubahan ketiga
bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang undang dasar.

~ Tugas dan Wewenang MPR

MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Mengubah dan menetapkan UUD


2. Melantik preiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan wakil presiden dan
atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan didalam sidang
paripurna MPR
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa jabatannya
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan waki presiden dalam masa jabatannya selambat lambat nya dalam waktu enam puluh
hari

2. Tugas dan wewenang presiden

Presiden adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam suatu negara. Presiden dipilih oeh rakyat
melalui pemilu dan bertanggung jawab menjalankan tugas negara. Presiden memegang dua
jabatan yaitu kepala pemerintahahan dan kelapa negara. Dua jabatan ini memiliki tugas dan
wewenan yang berbeda. Tugas dan wewenang presiden tercantum dalam pasal 4 ayat 1 UUD
1945, tentang peraturan kepala kekuasaan eksekutif dalam sebuah negara.

Tugas dan wewenang presiden sebagai kepala pemerintahan:

1. Presiden memegang keuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1)


2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UUD sebagaimana mestinya
(pasal 5 ayat 2)
3. Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri Menteri (pasal 17 ayat 2)
4. Presiden mengesahkan rancangan undang undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang undang (pasal 20 ayat 4)
5. Rancangan undang undang anggran pendapatan dan belanja negara (APBN) diajukan oleh
presiden untuk dibahas bersama dewan perwakilan rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan dewan perwakilan daerah (pasal 23 ayat 2)

3.Tugas dan wewenang DPR

1. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat

2. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk: (1). Menyataan perang ataupun membuat
perdamaian: (2) mengangkat dan memberhentikan anggota komisi yudisial

3. Memilih anggota BPK memperhatikan pertimbangan DPD

4. Memberikan persetujuan kepada komisi yudisial terkait calin hakim agung yang akan
ditetapkan menjadi hakim agung oleh presiden

5. Memilih 3 orang hskim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke presiden

E. Lembaga Negara DPD, BPK, MA, MK

1. Tugas wewenang DPD

Tugas dan wewenang DPD atau Dewan Perwakilan Daerah diatur dalam Undang-
undang Dasar atau UUD. Sebagai pilihan rakyat, tugas DPD secara harfiah adalah
mendengarkan dan mewujudkan kepentingan bersama sebuah daerah. Sesuai namanya,
Dewan Perwakilan Daerah atau DPD adalah lembaga yang mewakili kepentingan sebuah
daerah atau bahkan di tingkat provinsi. Meski begitu, sebetulnya DPD merupakan
lembaga yang masih cukup muda usianya, karena baru terbentuk pada tahun 2001
silam. Namun tetap saja, fungsi DPD serta tugas dan wewenang DPD diatur dalam UUD
1945.

Sebagai negara demokratis, anggota DPD dipilih melalui Pemilihan Umum atau Pemilu,
setiap lima tahun sekali. Tugas dan wewenang DPD, sejatinya hanya fokus pada satu
daerah saja. Lebih lanjut, DPD lahir, dari amandemen UUD 1945. Perlu diperhatikan,
meski terlihat serupa namun ada perbedaan antara tugas dan wewenang DPD dan DPRD
atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Melansir dari Hukum Online, menurut UUD
1945, DPD adalah bagian dari MPR atau Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal ini
dijelaskan di Pasal 2 ayat 1 UUD 1945.

 Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,


hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;

 Ikut membahas Rancangan Undang-undang (RUU) yang berkaitan dengan poin


pertama;

 Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah Rancangan Undang-


undang yang berasal dari DPR atau Presiden;

 Memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan Undang-undang tentang


APBN dan Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama;

 Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai


otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama;

 Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai


otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan Undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

 Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan
membuat pertimbangan kepada DPR tentang Rancangan Undang-undang yang
berkaitan dengan APBN;
 Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK;

 Menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah,


hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; dan

 Melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan daerah .

2. Tugas wewenang BPK

BPK adalah Badan Pemeriksa Keuangan merupakan sebuah badan negara yang
mandiri dan didirikan terkait keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan atau
BPK dibentuk pada 1 Januari 1947. Berdasarkan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945, tugas
dan wewenang BPK menurut UUD 1945 adalah untuk memeriksa tanggung jawab
tentang keuangan negara yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.

BPK memiliki sejumlah tugas sebagai tujuan dari pendiriannya. Berdasarkan Pasal 6 UU


BPK tugas yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
 Melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
 Melakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
 Apabila pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan
undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada
BPK dan dipublikasikan.
 Melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
Kemudian, dalam menjalankan tugasnya, BPK tentu dibekali oleh sejumlah kewenangan.
Adapun kewenangan BPK sebagaimana tertuang dalam Pasal 9 ayat (1) UU BPK adalah
sebagai berikut.

 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,


menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan.
 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang,
unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
 Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara.
 Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

3. Tugas wewenang MA

Mahkamah Agung atau MA adalah salah satu lembaga tinggi negara yang
memegang kekuasaan kehakiman bersama Mahkamah Konstitusi dan Komisi
Yudisial. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, MA bebas dari pengaruh cabang-
cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung memiiki badan peradilan di bawahnya
yaitu badan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata
usaha negara. Pengaturan tugas dan wewenang MA diatur secara jelas dalam
Undang-Undang atau UU MA, UU kekuasaan kehakiman, dan UU peradilan umum.
Kehadiran MA didasari oleh Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar atau UUD 1945.

Berikut tugas dan wewenang Mahkamah Agung Republik Indonesia:


 Memeriksa dan memutus permohonan kasasi (Pasal 20 ayat 1 UU Nomor 48 Tahun
2009).

 Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili (Pasal 28 ayat


1 UU Nomor 14 Tahun 1985).

 Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan


yang telah memperoleh kekuatan tetap (Pasal 28 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun
1985).

 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU (Pasal 20 ayat


1 huruf b UU Nomor 48 Tahun 2009).

 Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan


dari semua badan peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32 ayat 3 UU Nomor
3 Tahun 2009).

 Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di semua badan


peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32 ayat 4 UU Nomor 3 Tahun 2009)

 Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasehat masalah hukum kepada


lembaga negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta (Pasal 22 UU Nomor
48 Tahun 2009).

 Memberi pertimbangan hukum atas permohonan grasi dan rehabilitasi (Pasal 35


UU Nomor 5 Tahun 2004).

 Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada


semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan
kekuasaan kehakiman (Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 48 Tahun 2009).

 Melakukan pengawasan internal atas tingkah laku hakim (Pasal 32A UU Nomor 3
Tahun 2009).

 Mengawasi pelaksanaan tugas administrasi dan keuangan (Pasal 32 ayat 2 UU


Nomor 3 Tahun 2009).
4. Tugas wewenang MK

Kedudukan Mahkamah Konstitusi tertuang dalam Penjelasan Umum UU


Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.

Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi


Sebagai sebuah lembaga negara, wewenang Mahkamah Konstitusi dan
tugasnya diatur dalam perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1)
UUD 1945, tugas Mahkamah Konstitusi sebagaimana juga kewenangan
Mahkamah Konstitusi, antara lain menguji UU terhadap UUD 1945, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan hasil
pemilu.
Kemudian, dilanjutkan dalam Pasal 24C ayat (2) UUD 1945, kewajiban
Mahkamah Konstitusi adalah memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden menurut UUD 1945. Pelanggaran
dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal 7A
UUD 1945, yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan
tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa sistem politik yang berlaku di indonesia adalah
Demokrasi pancasila, di mana rakyat di turut serta dalam politik dengan memiliki hal politik
masing-masing sesuai dengan hak asasi manusia di indonesia. Kenapa indonesia tidak
menganut sistem politik liberal, fasisme, dan komunisme? Itu semua dikarenakan indonesia
sebagai negara demokratis tidak cocok menganut sistem politik tersebut.

B. SARAN

Kita sebagai warga negara indonesia harus bangga negara kita menganut sistem politik
Demokrasi pancasila yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Oleh karena itu mari kita
membantu pemerintah untuk menjalankan sistem politik indonesia dengan cara apapun, bisa
dengan mengeluarkan pendapat yang membangun tapi tidak dengan bentuk anarkis.

Anda mungkin juga menyukai