Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Marsela Rayu Asnita

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048412158

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4318/Sistem Kepartaian dan Pemilu

Kode/Nama UPBJJ : 18/Palembang

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL

1. Hasil pemilu baik Pilpres maupun Pileg sering berakhir dengan perselisihan hasil, dan tidak
terkecuali Pilkada 2020 seperti kasus diatas. Menurut Anda mengapa hal ini terjadi?
Kaitkan jawaban Anda dengan arti penting hubungan partai politik dengan pemilihan
umum!

2. Apakah Anda setuju dengan pendapat Menkopolhukam tentang peran partai politik terkait
prokes Covid19 selama proses Pilkada 2020? Beri argumentasi Anda dan kaitkan dengan
fungsi partai politik

3. Uraikan perkembangan klasifikasi partai politik di Indonesia, yang sejak awal kemerdekaan
sampai sekarang tetap ada. Beri argumentasi pada uraian Anda tersebut!

Jawaban :

1. Hal ini terjadi karena Pelanggaran pemilu yang tidak diselesaikan dengan baik dapat
berujung sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK), Secara normatif, UU No. 7 Tahun
2017 tentang Pemilu mengatur putusan Bawaslu bersifat final dan mengikat. Sengketa
biasanya dipicu oleh masalah rekapitulasi suara berjenjang di setiap tahapan, sehingga
terjadi jual beli suara. Misalnya, dalam satu partai politik ada caleg yang mendapat suara
sedikit, kemudian suaranya itu dialihkan ke caleg lain yang perolehan suaranya lebih besar.
Praktik jual beli suara ini bisa juga terjadi dalam persaingan antar partai politik. Modus
kecurangan ini biasanya melibatkan penyelenggara pemilu. Untuk memenangkan
kontestasi, peserta pemilu biasanya mencurahkan energinya untuk berkampanye guna
meraih suara rakyat. Padahal, untuk memenangkan pemilu tak cukup hanya berkampanye,
butuh upaya lebih guna mendulang perolehan suara. Salah satunya, mencegah terjadinya
pelanggaran dan kecurangan bersifat terstruktur, sistematis, masif dalam setiap tahapan
pemilu baik pemilu legislatif (pileg) maupun pemilu presiden dan wakil presiden (pilpres).
masalah yang harus diantisipasi guna menghadapi Pemilu. Misalnya, dari sisi keamanan
dalam persidangan dan pengelolaan informasi melalui media sosial. Ini diperlukan untuk
mengawasi berbagai media selama pelaksanaan Pemilu. MK berupaya mengantisipasi
segala masalah dalam pelaksanaan PHPU Mulai mengidentifikasi modus pelanggaran
pemilu, keamanan, menjaga integritas, standar pemeriksaan bukti yang memiliki nilai
pembuktian dalam sidang sengketa Pemilu.
Partai politik merupakan organisasi yang bersifat nasional yang dibentuk oleh sekelompok
warga negara dengan sukarela, karena ada kesamaan tujuan untuk membela dan
memperjuangkan tujuan bersama. Sedangkan pemilu adalah suatu proses untuk memilih
seorang anggota partai politik yang berhak untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu. Dan
partai politik merupakan satu-satunya partai yang berkaitan dengan pemilu. Di musim
pemilihan umum partai politik bertugas untuk menutupi kelemahannya dengan cara
menyusun strategi untuk menguatkan identitas partainya, agar menarik simpati masyarakat
agar memilih kandidat dari partai politik tersebut.

Di musim pemilihan umum di Indonesia sering terjadi persengketaan pilkada, dan akar
permasalahannya pun setiap daerah berbeda-beda. Kecurangan dalam pelaksanaan
pemilihan umum juga masih sering terjadi. Hal ini di sebabkan oleh persaingan setiap partai
politik yang ingin menguasai kursi jabatan pemerintahan. Partai politik mempunyai peran
penting dalam penyaluran aspirasi rakyat dan perekrutan seseorang yang ingin bergabung di
dunia politik. Hal inilah yang menjembatani partai politik untuk mempermudah menduduki
kursi jabatan pemerintahan, dan hanya tinggal melihat bagaimana suatu partai politik itu
menarik simpati rakyatnya untuk mempercayainya. Dari paparan diatas dapat kita simpulkan
kaitan erat dari partai politik dan pemilu ini adalah pada sisi pencarian dukungan dari partai
politik dalam pelaksanaan pemilu.

2. ya sangat setuju, karena Ketentuan untuk melaksanakan pilkada harus dengan


memperhatikan protokol kesehatan agar terhindar dari penyebaran virus Covid-19. Adapun
protokol kesehatan diterapkan hampir di semua tahapan Pilkada, mulai dari tahapan
pendaftaran bakal pasangan calon, kampanye, debat publik, hingga pemungutan suara. Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia bersama penyelenggara pemilu lainnya dan
sejumlah instansi berwenang membentuk kelompok kerja untuk mengawal kepatuhan
protokol Covid-19 dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2020. Dengan melibatkan
partai politik dan tim kampanye pasangan calon baik dari calon perseorangan maupun dari
partai politik untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan Covid-19. Serta tidak melakukan
pengumpulan massa pada tahapan berikutnya, seperti pada penetapan paslon dan
pengundian nomor urut bagi paslon.
Partai politik adalah organisasi yang mengoordinasikan calon untuk bersaing dalam pemilihan
di negara tertentu. Partai politik di Indonesia sendiri adalah organisasi yang sifatnya nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga Indonesia secara sekarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu, untuk memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pengertian ini tercantum di dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang No. 2
tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Nah, untuk melakukan Pemilihan Umum, partai politik sendiri wajib memenuhi persyaratan
tertentu yang telah ditetapkan oleh Undang-undang. Melalui definisi yang telah dijelaskan
tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari dibentuknya partai politik adalah untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara,
serta memelihara keutuhan Negara Indonesia.

Di samping itu, fungsi partai politik sebagai pilar demokrasi juga perlu ditata dan
disempurnakan dengan diarahkan pada dua hal utama, yaitu  

1. Membentuk sikap dan perilaku partai politik yang terpola atau sistemik sehingga terbentuk
budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan
dengan sikap dan perilaku partai politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen
keanggotaan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan
politik yang kuat.

2.  Memaksimalkan fungsi partai politik baik fungsi partai politik terhadap negara maupun
fungsi partai politik terhadap rakyat melalui pendidikan politik dan pengkaderan serta
rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki
kemampuan di bidang politik.

Indonesia sebagai Negara demokrasi selalu menyimpan berbagai masalah mulai dari
perbedaan dan persaingan. Masalah seperti itu tidak dapat dipungkiri juga menyerang
negara-negara di dunia yang menganut sistem demokrasi.Oleh karena itu, partai politik
dengan segala perannya, mulai dari menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah,
sebagai sarana partisipasi politik, pengatur konflik, hingga kontrol atas kebijakan-kebijakan
pemerintah, dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana mestinya. Hal ini dilakukan
untuk mencapai keseimbangan dalam menjalankan segala kegiatan politik dalam berbangsa
dan bernegara.

Lalu Partai Politik berfungsi sebagai sarana yaitu :

a.    pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;

b.    penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat;

3. sejak awal kemerdekaan sampai sekarang Sejarah partai politik di Indonesia dari masa ke
masa

Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1908, berdirilah organisasi pergerakan nasional eksklusif untuk priyayi yang
bernama Boedi Oetomo. Organisasi ini kemudia menjadi embrio pergerakan organisasi
lainnya. Hal ini menyebabkan bermunculannya organisasi-organisasi kemerdekaan lainnya.
Partai modern pertama yang secara tegas memperjuangkan Hindia bagi orang Hindia adalah
organisasi Indische Partij (Desember 1912). di Bandung dan dipimpin oleh Tiga Serangkai,
yaitu Dr. Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Tujuan partai itu
adalah Indonesia lepas dari Belanda. Partai itu hanya berusia 8 bulan karena ketiga pemimpin
masing – masing dibuang ke Kupang, Banda, dan Bangka, kemudian diasingkan ke Belanda.

Masa Penjajahan Jepang

Berbeda dengan masa penjajahan Belanda, selama Jepang berkuasa di Indonesia kegiatan
partai politik dilarang. Namun, hal ini tidak berlaku untuk golongan Islam yang membentuk
Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia.

Masa Awal Kemerdekaan

Pada masa setelah kemerdekaan, Moh. Hatta selaku Wakil Presiden RI mengeluarkan
Maklumat No X tanggal 16 Oktober 1945. Hal ini menyebabkan banyak bermunculan partai di
Indonesia. Inilah multisistem partai pertama di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Masa Orde Lama

Masa parlementer marak terjadi di Indonesia pada tahun 1950-1959 yang merupakan titik
kejayaan partai politik di Indonesia. Muncul 4 partai besar yaitu Sejarah Partai PNI (Partai
Nasional Indonesia), NU, Masyumi, dan Sejarah PKI, tetapi kabinet berjalan tidak mulus
karena banyaknya partai politik pada masa parlementer. Kabinet yang sering berganti-ganti
dan pembangunan yang gagal menyebabkan dikeluarkannya dekrit presiden pada 5 Juli 1959
yang menyatakan berakhirnya masa parlementer di Indonesia. Dekrit Presiden ini menjadi
jalan keluar dari kemelut Konstituante yang gagal mencapai kata sepakat mengenai Dasar
Negara.

Masa Orde Baru

Masa ini ditandai dengan Soeharto yang menggantikan Soekarno sebagai Presiden Republik
Indonesia. Pada masa Orde Baru munculah organisasi non-partai yang bernama Golongan
Karya. Golkar mendapat suara terbanyak mengalahkan NU, Parmusi, dan PNI pada Pemilu
1971.  Pada tahun 1973, Indonesia mulai menyederhanakan partai politik menjadi tiga yakni
dua partai politik dan satu golongan. Partai beraliran nasionalis dan beberapa partai non-
Islam yaitu PNI, IPKI, Murba, Parkindo, dan Partai Katolik dijadikan satu menjadi Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Partai politik yang berideologi Islam yaitu NU, PARMUSI, PSII, dan PERTI digabungkan menjadi
Partai Perstauan Pembangunan (PPP) pada 5 Januari 1973. Satu golongan non-partai adalah
Golkar yang merupakan penyokong Soeharto dalam menguasai Indonesia. Dua partai politik
dan golongan karya mengikuti sejarah Pemilu di indonesia pada tahun 1977, 192, 1987, 1992,
dan 1997. Rezim Orde Baru berakhir dengan pengunduran diri Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998 karena diduga banyak melakukan Kolus, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Masa Reformasi (masa sekarang)

Setelah rezim Soeharto berhasil ditumbangkan, pemilu dengan sistem multi partai kembali
terjadi di Indonesia. Sejak tahun 2004 hingga saat ini peserta Pemilihan Umum muncul tak
terbendung. Fenomena ini adalah gambaran euphoria demokrasi Indonesia yang dulu sangat
dikekang, tetapi kemudian dilepaskan begitu saja.

Selain banyaknya jumlah partai politik peserta Pemilu, perubahan yang menonjol adalah
besarnya peran partai politik dalam pemerintahan. Keberadaan partai politik sangat erat
dengan kiprah para elit politik, mengerahkan massa politik, dan semakin mengkristalnya
kompetisi memperebutkan sumber daya politik. Keberadaan hakikat reformasi di Indonesia
adalah terampilnya partisipasi penuh kekuatan, yaitu kekuatan-kekuatan masyarakat yang
disalurkan melalui partai-partai politik sebagai pilar demokrasi.

Hal ini menyebabkan munculnya UU No. 2 Tahun 1999 yang selanjutnya disempurnakan
dengan UU No. 31 Tahun 2002 yang memungkinkan lahirnya partai-partai baru di Indonesia.
Namun dari sekian banyak partai yang muncul di era reformasi, hanya ada 5 partai yang
memperoleh suara signifikan yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat
Nasional (PAN).

Kehadiran banyak partai diharapakan menjadi wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam kemajuan NKRI. Pasal 1 ayat 2 Amandemen UUD 1945 berisi bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal ini berarti
bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi sepenuhnya dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi
dilaksanakan menurut Kententuan UU No. 23. UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan
Presiden Langsung disusun untuk menindaklanjuti Pasal 1 Ayat 2 Amandemen UUD 1945.
Pada penjelasannya diuraikan bahwa salah satu wujud dari kedaulatan rakyat adalah
penyelenggaraan pemilihan umum baik untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD maupun
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang seluruhnya dilaksanakan menurut Undang-
Undang sebagai perwujudan negara hukum dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dinyatakan dalam Pasal 6A UUD 1945,
yaitu “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat,
dan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik gabungan-
gabungan partai politik peserta Pemilu sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum”. Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui pemilihan yang
dilaksanakan secara LUBER serta JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia serta Jujur dan
Adil) yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang nasional, tetap, dan mandiri .

Sehingga dapat disimpulkan Berkembangnya partai politik di Indonesia telah dimulai sejak era
kolonialisme Belanda sebagai suatu manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Setelah itu
partai politik di Indonesia berkembang melewati berbagai masa. Partai politik di Indonesia 
bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1
Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Partai Politik adalah perkumpulan
(segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan, setujuan, (terutama di bidang politik). Baik
yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok
anggota partai yang terkemuka; maupun yang berdasarkan partai massa, yaitu partai politik
yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya.

Sumber
https://www.kompasiana.com/navisbro/59a5b3b828d54e73bb01ec92/hubungan-parpol-dan-
pemilu
https://pskji.org/115186/mengapa-hasil-pemilu-baik-pilpres-maupun-pileg-sering-berakhir-
dengan-perselisihan-hasil/
https://www.hukumonline.com/klinik/a/fungsi-partai-politik-lt550a445c6466c

Anda mungkin juga menyukai