DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1. Sejarah Legislatif....................................................................................................2
2.2. Pengertian Badan Legislatif....................................................................................2
2.3. Konsep Perwakilan (Representasi).........................................................................3
2.4. Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis (Bi-Kamerialisme dan Uni-
Kamerialisme)....................................................................................................................3
2.4.1. Majelis Tinggi..................................................................................................4
2.4.2. Majelis Rendah................................................................................................5
2.5. Fungsi Badan Legislatif..........................................................................................6
2.6. Badan Legislatif di Negara-negara Komunis..........................................................7
2.7. Badan Legislatif di Indonesia..................................................................................7
2.8. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).............................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................................14
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
i|Page
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ungkapkan kehadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Badan Legislatif” dengan baik. Selanjutnya selawat dan salam penulis
sanjungkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga dan para sahabat beliau. Karena
beliaulah kita menjadi manusia yang berakal, berilmu, dan berakhlak mulia.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
.......................................................
ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
Menurut kamus besar bahasa Indonesia badan legislatif adalah dewan yang berwenang
membuat undang-undang. Dalam susunan kenegaraan modern, praktik
penyelenggaraan demokrasi dilakukan melalui sistem perwakilan. Begitu janggal
apabila seluruh warga negara berkumpul di suatu tempat, kemudian secara bersama-
sama menggunakan haknya sebagai pemegang kedaulatan sejati untuk
menyelenggarakan negara secara langsung. Indonesia yang memiliki luas yang besar
ini bukanlah negara kota yang pernah melaksanakan demokrasi langsung. Lembaga
perwakilan rakyat merupakan institusi final perwujudan kedaulatan rakyat tersebut.
Begitu pula di beberapa negara lain.
Oleh karena itu, kita perlu memahami kedudukan lembaga legislatif dalam sistem
politik. Sejarah panjang lembaga legislatif di Indonesia dan negara komunis. Berkali-
kali memakai konstitusi yang berbeda-beda menurut “selera” elite politik yang
berkuasa. Tidak jarang ditemukan lembaga legislatif yang sejajar dengan lembaga-
lembaga politik negara yang ada. Tetapi pada suatu masa pernah terjadi lembaga
legislatif berada di bawah satu lembaga politik negara. Untuk itu perlu juga dipelajari
bagaimana kedudukan lembaga legislatif, apa fungsi badan legislatif, apa konsep
perwakilan badan legislatif. Semuanya akan dijelaskan di dalam makalah ini.
1|Page
BAB II PEMBAHASAN
Pada awalnya Parlemen Inggris merupakan badan legislatif tertua di dunia, mula-
mula hanya sekelompok orang yang diberi tugas oleh raja untuk mengumpulkan dana
dan untuk memungkinkan raja membiayai kegiatan pemerintahan serta peperangannya.
Akan tetapi lambat laun dalam setiap penyerahan dana (semacam pajak) disertai
tuntutan agar pihak raja menyerahkan pula beberapa hak privilege sebagai imbalan.
Dengan demikian secara berangsur-angsur sekelompok orang tersebut berubah
namanya menjadi badan legislatif (Parlemen) yang bertindak sebagai badan yang
membatasi kekuasaan raja yang absolute (absolutisme). Dalam perkembangannya
badan legislatif ini dilakukan pemilihan melalui mekanisme pemilihan umum sehingga
dapat diterima keberadaannya secara sah dan menyeluruh di seluruh dunia sebagai
badan yang mewakili rakyat dan memiliki wewenang untuk menentukan kebijaksanaan
umum dalam membuat undang-undang.
Contoh, Badan Legislatif yang tertua di dunia adalah DPR (Parlemen) Inggris.
Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, maka
dewan perwakilan rakyat menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu
dengan jalan menentukan kebijasanaan umum dan menuangkannya dalam undang-
undang. Sehingga badan eksekutif hanya merupakan penyelenggara dari kebijaksanaan
umum itu.
Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu
legislate, atau membuat undang-undang. Nama lain yang sering dipakai adalah
Assembly yang mengutamakan unsur “berkumpul” (untuk membicarakan masalah-
masalah publik). Nama lain lagi adalah Parliament, suatu istilah yang menekankan
unsur “bicara” (parler) dan merundingkan. Sebutan lain mengutamakan representasi
atau keterwakilan anggota-anggotanya dan dinamakan People’s Representative Body
atau Dewan Perwakilan Rakyat. Akan tetapi apapun perbedaan dalam namanya dapat
dipastikan bahwa badan ini merupakan simbol dari rakyat yang berdaulat.
Menurut teori yang berlaku, rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat ini
mempunyai suatu “kehendak” (yang dikemukakan oleh Rousseau tentang Volonte
Generale atau General Will). Keputusan-keputusan yang diambil oleh badan ini
merupakan suara yang authentic dan general will itu. Karena itu keputusan-
2|Page
keputusannya, baik yang bersifat kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh
masyarakat.
2.4. Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis (Bi-Kamerialisme dan Uni-
Kamerialisme)
Ada negara yang memakai sistem satu majelis (yang biasa dinamakan House of
Representatives atau Lower House). Negara lain memakai sistem duan majelis yaitu
Upper House atau Senate. Atas dasar apa negara memilih antara dua sistem itu? Para
penganjur sistem satu majelis berpendapat bahwa satu kamar mencerminkan mayoritas
dari kehendak rakyat karena baisanya dipilih secara langsung oleh masyarakat. Prinsip
mayoritas inilah yang dianggap sesuai dengan konsep demokrasi.
Dipihak lain para pendukung sistem dua majelis yakin bahwa kekuasaan sistem
satu majelis perlu dibatasi, karena memberi peluang untuk menyalahgunakan
wewenang itu. Anggota-anggotanya mudah dipengaruhi oleh fluktuasi situasi politik,
karena dipilih langsung oleh rakyat. Dalam sistem dua majelis, Senat sedikit banyak
3|Page
dapat menetralisir kecenderungan itu melalui pembahasan tambahan yang lebih
moderat. Suatu alasan lain ialah bahwa sistem dua majelis memberi kesempatan
kepada provinsi atau negara bagian untuk memajukan kepentingan-kepentingannya,
yang khusus tambahan biasanya disusun sedemikian rupa sehingga wewenangnya
kurang daripada badan yang mewakili rakyat.
Mengenai anggota majelis tinggi yang dipilih, kita menjumpai bahwa masa
jabatan anggota majelis tinggi lebih lama daripada masa jabatan anggota majelis
rendah, seperti di India, Amerika Serikat, dan Filipina. Dalam keadaan semacam
ini mustahil kedua majelis itu pada suatu waktu berlainan komposisinya, dalam arti
bahwa majelis rendah dikuasai oleh partai tertentu sedangkan majelis tinggi
dikuasai oleh partai lain.
Inggris: House of Lords. Jumlah anggota pada tahun 2007 adalah 847 orang.
Sebagian keanggotaan berdasarkan keturunan, sebagian lagi berdasarkan
penunjukan seumur hidup. Wewenangnya, rancangan undang-undang dapat
ditangguhkan selama paling lama satu tahun, akan tetapi rancangan anggaran
belanja tidak boleh ditolak. Badan ini dapat menjatuhkan badan eksekutif.
India: Rajya Sabha (Council of States). Jumlah anggotanya kira-kira 250 orang
dengan masa jabatan 6 tahun. Mayoritas anggota dipilih oleh badan legislatif
negara-negara bagian, dan kira-kira 12 anggota ditunjuk dari kalangan ahli
kebudayaan, pekerjaan sosial, cendekiawan, dan sebagainya. Rajya Sabha tidak
dapat menjatuhkan kabinet. Di bidang perundang-undangan wewenangnya hampir
sama dengan majelis rendah (Lok Sabha), kecuali dalam hal rancangan undng-
undang keuangan di mana kedudukannya hanya sebagai penasihat.
Amerika Serikat: Senate. Jumlah anggota 100 (2 dari setiap negara bagian) orang
yang dipilih secara langsung dalam pemilihan umum dengan masa jabatan enam
tahun. Wewenangnya jauh lebih besar daripada Majelis Rendah (House of
Representatives). Setiap perjanjian internasional, begitu pula pengangkatan-
4|Page
pengangkatan yang penting, seperti menteri, duta besar, dan hakim agung harus
disetujui oleh Senat.
Filipina: Senate. Jumlah anggota 24 orang, dengan masa jabatan enam tahun.
Australia: Senate. Jumlah anggota pada tahun 1999 adalah 76 orang. Karena
terbatasnya wewenang, kadang-kadang disebut House of Review.
Inggris: House of Commons. Jumlah anggota 646 orang, dengan masa jabatan
maksimal lima tahun. House of Common dapat menjatuhkan badan eksekutif.
India: Lok Sabha. Jumlah anggota 530-552 orang, dengan masa jabatan maksimal
lima tahun. Lok Sabha dapat menjatuhkan badan eksekutif.
Filipina: National Assembly. Jumlah anggotanya kira-kira 104 orang, dengan masa
jabatan empat tahun.
5|Page
2.5. Fungsi Badan Legislatif
a. Hak Bertanya
Anggota Badan Legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada
pemerintah mengenai sesuatu hal. Di Inggris dan India kita melihat adanya
“Question hour” (jam bertanya), di mana pertanyaan diajukan secara lisan
dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang-kadang
Perdana Menteri sendiri menjawabnya secara lisan. Oleh karena itu segala
kegiatannya banyak menarik perhatian media massa, maka badan legislatif
melalui diajukannya suatu pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian
umum terhadap suatu kejadian atau keadaan yang dianggap kurang wajar.
b. Hak Interpelasi
Hak ini adalah hak untuk meminta keterangan keapada pemerintah
mengenai kebijaksanaannya di suatu bidang. Misalnya, bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Badan eksekutif wajib memberi
penjelasan dalam sidang pleno, penjelasan mana dibahas oleh anggota-anggota
dan diakhiri oleh pemungutan suara, apakah keterangan pemerintah
memuaskan atau tidak. Jika hasil pemungutan suara bersifat negatif, maka hal
ini merupakan tanda peringatan bagi pemerintah bahwa kebijaksanaannya
diragukan. Dalam suasana perselisihan antara Badan Legislatif dan Badan
Eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukannya mosi
tidak percaya. Di Republik Perancis ke III (1870-1940) dan ke IV (1946-1958)
interpelasi sering menggocangkan kedudukan kabinet.
6|Page
Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong-Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak
interpelasi.
Dalam praktik badan legislatif komunis, baik Uni Soviet maupun di negara-negara
komunis lainnya yang mengikuti pola Uni Soviet, tidak bertindak sebagai badan
pembuat undang-undang atau sebagai badan pengontrol terhadap pemerintah, akan
tetapi merupakan sarana untuk menjalin hubungan yang lancar antara masyarakat
dengan aparatur negara, sekaligus diharkan dapat meyakinkan masyarakat bahwa
mereka berpartisipasi dalam proses pemerintahan.
7|Page
1. Volksraad: (1918-1942)
Jumlah anggota 38 orang, ditambah dengan ketua, seorang Belanda yang
ditunjuk oleh pemerintah. Pada permulaan berdirinya Volksraad partisipasi dari
organisasi politik Indonesia sangat terbatas. Dari 38 orang anggota, 4 orang
mewakili organisasi Indonesia, di antaranya dari Budi Utomo dan Sarikat Islam.
Hal ini berubah pada tahun 1931, waktu diterima prinsip “mayoritas pribumi”. Dari
jumlah 60 orang anggota ada 30 orang Indonesia pribumi, di antaranya 22 dari
partai dan organisasi politik, ketuanya tetap orang Belanda. Franksi Nasional di
bawah pimpinan Husni Thamrin memainkan peranan yang penting.
8|Page
legislatif seperti hak budget, hak amandemen, hak inisiatif, dan hak kontrol seperti
hak bertanya, interpelasi, angket, dan mosi.
DPR Peralihan ini dibubarkan dengan Penetapan Presiden No.3 Tahun 1960
justru karena timbulnya perselisihan antara pemerintah dengan DPR Peralihan ini
mengenai penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, di mana 44 miliar
9|Page
rupiah yang diajukan pemerintah hanya disetujui sekitar 36 sampai 38 miliar rupiah
saja.
DPR Peralihan ini mempunyai 262 anggota yang terdiri atas 56 anggota dari
PNI, 53 anggota dari Masyumi, 45 anggota dari NU, 33 anggota dari PKI dan
selebihnya anggota-anggota dari sejumlah partai-partai kecil. Jumlah fraksi adalah
18 dan 4 orang anggota tidak berfraksi. DPR Peralihan ini hanya menyelesaikan 5
buah Undang-Undang dan 2 buah usul pernyataan pendapat.
10 | P a g e
tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan
Rakyat dan Undang-Undang No. 16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD, 7 buah resolusi, 9 buah pernyataan pendapat, dan 1 buah
angket.
11 | P a g e
Keanggotaan DPR-RI tahun 1999 sampai sekarang, diisi oleh anggota dari
partai politik yang memperoleh suara dalam pemilu. Sebagaimana diketahui tahun
1999 dan 2004 pemilu diikuti oleh masing-masing 48 dan 24 partai politik yang
lolos verifikasi Depkehham dan KPU.
Sistem pemilu yang digunakan dalam kurun waktu di atas adalah sistem
pemilu yang demokratis yang didasarkan pada asas LUBERJURDIL (langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil). Tugas dan wewenang DPR masa ini adalah
lebih luas di bandingkan dengan masa sebelumnya. Secara umum tugas dan
wewenangnya adalah sama dengan sebelumnya namun yang berbeda adalah tugas
dan wewenang untuk melakukan fit and propertest (uji kepatutan dan kelayakan
pejabat publik), seperti Gubernur BI, Panglima TNI, Kapolri, dan juga para calon
Duta Besar RI yang akan ditugaskan ke negara sahabat di luar negeri.
Hal lain dalam badan legislatif Indonesia dalam periode ini adalah lahirnya
lembaga legislatif baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah (Senat) yang mewakili
daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Adapun tugas dan wewenangnya
adalah meliputi urusan yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, Pemekaran
Daerah, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta masalah lai yang berkaitan
dengan ruang lingkup daerah.
12 | P a g e
a. Sidang umum IV, tanggal 20 juni sampai dengan 5 juli 1966 di jakarta.
b. Sidang istimewa, tanggal 7 sampai dengan 12 maret 1967 di Jakarta.
c. Sidang umum, tanggal 21 sampai dengan 27 maret 1968 di Jakarta.
Majelis ini menghasilkan 36 ketetapan, yaitu No. IX s.d. XLIV dengan perincian:
a. Sidang umum IV menghasilkan 24 ketetapan (Ketetapan No. IX sampai
dengan XXXII/MPRS/1966)
b. Sidang istimewa menghasilkan empat ketetapan (No. XXXIII sampai
XXXVI/MPRS/1967)
c. Sidang umum V menghasilkan delapan ketetapan (No. XXXVII sampai
XLIV/MPRS/1968).
13 | P a g e
14 | P a g e
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo Miriam, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
16 | P a g e