2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang kekuasaan dan pengaruh.
Adapun makalah tentang kekuasaan dan pengaruh ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kekuasaan dan pengaruh ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang agama
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Kendari, 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kekuasaan
Otoritas
Tipe-Tipe Kekuasaan :
Meskipun dua teori tersebut berfokus pada proses kekuasan pada berbagai
level analisis yang berbeda, level-level tersebut memiliki berbagai kesamaan
keunggulan dan sebagai besar memiliki kecocokan. Kedua teori
menekankan pentingnya keahlian untuk memperoleh wewenang.
Dari studi yang dilakukan, alasan utama untuk patuh adalah pemimpin
dengan kekuasaan yang memiliki legitimasi, dan kekuasaan memberi
penghargaan juga menjadi alasan penting untuk patuh, meskipun tipe-tipe
ini tidak berhubungan dengan komitmen. Kekuasaan yang memiliki
legitimasi merupakan alasan yang paling umum untuk memenuhi
permintaan atasan, meskipun hal ini tidak mempunyai korelasi dengan
komitmen tugas. Untuk sebagian besar permintaan atau perintah yang rutin,
penggunaan kekuasaan yang memiliki legitimasi dengan bentuk permintaan
atau perintah yang sederhana akan menghasilkan kepatuhan target.
Akan tetapi, posisi kekuasaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit
mungkin akan merusak. Pemimpin yang memiliki kekuasaan posisi yang
terlalu besar mungkin akan tergoda untuk bergantung padanya daripada
membangun kekuasaan personal dan menggunakan pendekatan lainnya
(seperti kosultasi, bujukan) untuk mempengaruhi orang lain agar mau
menuruti kemauannya atau mendukung perubahan. Sepanjang sejarah telah
banyak pemimpin politik yang memiliki kekuasaan posisi yang kuat
menggunakan posisinya untuk mendominasi dan mengeksploitasi bawahan.
Studi mengenai jumlah pengaruh yang digunakan orang pada level yang
berbeda dalam hierarki wewenang organisasi memperlihatkan bahwa
sebagian besar organisasi yang efektif mempunyai tingkat pengaruh timbal
balik yang tinggi. Pemimpin dalam organisasi yang efektif membangun
hubungan yang kuat dimana mereka memiliki pengaruh yang kuat atas
bawahan tetapi mereka juga menerima pengaruh dari bawahannya.
Bukannya berusaha untuk melembagakan kekuasaannya dan mendikte
bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan, seorang eksekutif yang efektif
mendelegasikan wewenang kepada bawahan dalam organisasi untuk
menemukan dan menerapkan cara baru dan lebih baik untuk melakukan
sesuatu.
Kekuasaan Pemimpin
Efek penengah kekuasaan ini kebanyakan terjadi pada tipe kekuasaan yang
secara langsung relevan dengan taktik yang digunakan dalam usaha
mempengaruhi.
Juga dimungkinkan bahwa kekuasaan pemimpin dapat memperkuat
keberhasilan dari taktik mempengaruhi di mana kekuasaan tidak relevan
secara langsung (juga digambarkan dengan panah 2). Agen yang memiliki
kekuasaan yang kuat berdasarkan referensi mungkin akan lebih berhasil
menggunakan persuasi rasional untuk mendapatkan dukungan atas
proposalnya. Pemimpin yang memiliki kekuasaan memaksa yang kuat
mungkin akan lebih berhasil dalam memperoleh kepatuhan dari permintaan
yang sederhana, meskipun tidak menggunakan taktik tekanan atau
pertukaran. Kekuasaan berdasarkan keahlian akan meningkatkan kredibilitas
sebuah permintaan yang tidak berhubungan dengan keahlian agen. Sebagai
contoh, seorang ilmuwan terkenal mempengaruhi orang untuk berpartisipasi
dalam sebuah usaha yang berisiko dari segi keuangan.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Latar Belakang:
Perpustakaan adalah sebuah organisasi yang memiliki satu tujuan. Dalam
organisasi terdapat berbagai macam bagian dan fungsi. Mengelola suatu organisasi
diperlukan kemampuan manajemen yang baik, kemampuan tersebut akan menghasilkan
keseimbangan dan pelaksanaan tujuan secara efektif dan efisien. Kemampuan seorang
pemimpin diperlukan dalam sebuah organisasi termasuk perpustakaan. Menurut Umar
(1999) sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin organisasi yang mampu
menaungi banyak bagian secara fungsional dan struktural untuk menjaga agar tiap bagian
berjalan sesuai tugas dan fungsi masing-masing dan tetap pada satu tujuan yang
ditetapkan.
Menurut Laugu (2015:116), pemimpin perpustakaan harus sesuai dengan
karakteristik perpustakaan, artinya harus memiliki tolak ukur yang dapat dikembangkan
dalam kompetensi profesional dan sosial. Hal tersebut diperlukan agar pengelolaan
perpustakaan dapat mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan. Ciri-ciri dan
karakteristik pemimpin atau kepala perpustakaan tentu berbeda. Begitu pun dengan
model kepemimpinan yang digunakan tentu tidak akan jauh dari pendidikan yang
ditempuh, pengalaman maupun wawasan.
Keterampilan pemimpin dalam hal administrasi pada perpustakaan merupakan
tantangan yang besar. Perpustakaan yang baik tentu akan memberikan dampak yang baik
pada masyarakat. Pemimpin perpustakaan tentunya haruslah dapat membuat kaderisasi
dan pengembangan kepemimpinan perpustakaan setelahnya dari stakeholder/pustakawan
yang ada.
Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola kepemimpinan kepala
perpustakaan di Balai Layanan Perpustakaan Daerah DPAD DIY.
Metode Penelitian:
Metode penelitian dalam artikel ini adalah deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan
dalam proses pengumpulan data adalah wawancara sebagai data inti dan studi pustaka.
Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan purposive sampling. Informan dalam
penelitian ini adalah Pustakawan di Balai Layanan Perpustakaan Daerah DIY dan
berjumlah dua orang. Waktu penelitian ini yaitu pada bulan November 2019.
Kesimpulan:
Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepala Balai Layanan
Perpustakaan Daerah DIY dalam memimpin perpustakaan menggunakan dua pola, yaitu
pola kepemimpinan situasional dan pola kepemimpinan transformasional. Pemimpin
menggunakan pola kepemimpinan situasional dapat dilihat dari cara pemimpin
mendelegasikan kabid masing-masing untuk memberikan arahan tugas pada bawahan.
Pemimpin juga melibatkan bawahan dalam menyelesaikan suatu masalah atau
menyelenggarakan kegiatan penunjang layanan. Pola kepemimpinan yang nampak yaitu
pola kepemimpinan transformasional. Pola kepemimpinan ini dapat dilihat dari sikap
pimpinan memotivasi bawahan dan mendorong bawahan untuk berpikir kreatif. Jenis
kekuasaan yang dimiliki oleh Kepala Balai Layanan Perpustakaan Daerah DIY adalah
jenis kekuasaan legitimate power atau kekuasaan yang sah. Jenis kekuasaan yang dimiliki
pemimpin tersebut bersumber dari surat keputusan yang sah dan legal di mata hukum.
Judul : ABUSE OF POWER: TINJAUAN TERHADAP
PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN OLEH PEJABAT
PUBLIK DI INDONESIA
Pendahuluan :
1. Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) saat ini menjadi tranding topic,
baik di media massa, media cetak maupun media elektronik.
Abuse of Power merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang
pejabat publik atau penguasa dengan agenda kepentingan tertentu, baik untuk
kepentingan individu maupun kepentingan kelompok atau korporasi. Kalau
tindakan itu dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka
tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan korupsi.
2. istilah menyebutkan bahwa kekuasaan itu dekat dengan korupsi.
Kekuasaan yang tidak terkendali akan menjadi semakin sewenang-wenang dan
pada akhirnya berujung pada penyimpangan.
Makin besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan untuk melakukan
korupsi.
3. Pelaku utama dalam banyaknya kasus penyalahgunaan kekuasaan adalah
mereka yang disebut sebagai administrator publika atau pegawai negeri atau
aparatur sipil negara (ASN). (Sundarso, 2015);
4. Tindakan penyalahgunaan kekuasan tersebut sebagian besar berdampak pada
terjadinya Korusi, Kolusi dan Nepotisme (KKN);
5. Penyalahgunaan kekuasaan saat ini seperti hal yang tidak asing lagi bagi
mereka yang memiliki jabatan publik, juga tidak bisa ada salahnya dengan
pandangan bahwa tidak semua pejabat publik yang memiliki mental untuk
melakukan penyelewengan kekuasaan.
6. Penyebab terjadinya penyalahgunaan kekuasaan mampu berdampak pada
korupsi yang merjalela. Diantara penyebabnya:
a. Bahwa punishment yang dirasakan dari hasil penyalahgunaan kekuasaan
relatif lebih ringan dibanding dengan manfaat yang dirasakannya;
b. Penyalahgunaan kekuasaan bisa diakali dan direkayasa dalam bentuk wujud
fisik pertanggungjawaban;
c. Untuk mendapatkan kekuasaan memerlukan modal materi yang cukup besar,
sehingga begitu kekuasaan melakat pada dirinya tentu yang bersangkutan
berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan yang besar;
d. Tidak baiknya sistem check and balance dalam sistem pemerintahan.
7. Namun apabila kita berkaca dari studi kasus yang ada di Indonesia baik dari
media massa, televisi maupun media online maka akan sangat banyak masalah
publik yang berkaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan tersebut. yang paling
menghebohkan adalah kasus suap yang dilakukan oleh walikota malng kepada
anggota DPRD kota malang terkait dengan perubahan APBD yang menjerat 41
dari 45 anggota DPRD yang ada di Kota Malang. Yang mana mereka semua
merupakan perwakilan rakyat yang seharusnya mencerminkan sikap dan
perilaku yang bisa menjadi panutan bagi masyarakat yang telah memberikan
kepercayaan kepada mereka.
Pembahasan :
Kekuasaan
Saran
Penulis menyarankan:
a. Meninjau kembali punishment yang diberikan kepada mereka yang
melakukan penyalahgunaan kekuasan yang merugikan negara, sehingga ada
efek jera yang dirasakan;
b. Pemeriksaan terhadap LPJ yang dilakukan oleh setiap instansi harus
dilakukanan secara mendetail sehingga celah/ruang mereka yang ingin
melakukan penyalhgunaan kekuasaan dapat terminimalisir;
c. Mengurani biaya politik sebelum menjabat sebagai pejabat publik atau
wakil rakyat, sehingga tidak ada rasa untuk mengembalikan uang yang telah
digunakan dalam biaya politik sebelum menjabat;
d. Memperkuat sistem check and balance dalam sistem pemerintah, sehingga
bisa saling mengontrol dan memberikan teguran terhadap pelanggaran yang
terjadi.
Judul Jurnal : Dinamika Kekuasaan dalam Perubahan Organisasi
Volume : Volume 07, Nomor 02
Tahun : 2020
Halaman : 88-94
Penulis : Farid
Latar Belakang:
Perubahan organisasi telah mengisyaratkan bahwa proses perubahan organisasi
dipengaruhi oleh pelembagaan kepentingan kekuasaan dan perilaku kelompok di dalam
dan di sekitar organisasi (Jacobs, Van Witteloostuijn, & Christe ‐Zeyse, 2013). Pandangan
ini memberikan arti bahwa suatu organisasi dimasa yang akan datang diperhadapkan
berbagai tantangan dan tekanan persaingan global dan deregulasi yang telah
menyebabkan banyak perusahaan dan lembaga untuk mencari bentuk-bentuk baru
organisasi dan model yang berbeda dalam mengelola sumberdaya manusia (Haas, 2018).
Kecendrunan ini terlihat dimana banya perusahaan menjadi lebih ramping dan
kurang berorientasi fungsional. Tingkatan manajemen dieliminasi dan jumlah staf
perusahaan dikurangi. Banyak perusahaan mencoba mencari bentuk-bentuk baru dalam
hubungan kerja dan peran serikat pekerja serta dewan direksi. Kondisi ini memdorong
sistem kelembagaan dan politik memainkan peran penting dalam perubahan organisasi.
Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini untuk memahami dinamika kekuasaan dan perubahan organisasi.
Tulisan ini dielaborasi dari berbagai artikel dengan menggunakan lima perspektif untuk
memahami hubungan antara pendekatan kekuasaan yang digunakan untuk efek
perubahan, agen yang terlibat dalam proses perubahan, strategi perubahan yang paling
menonjol dan taktik pengaruh, dan hasil perilaku.
Metode Penelitian:
Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Studi literature
review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan
pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku,
internet, dan pustaka lain.
Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari proses perubahan tergantung pada cara di mana dapat
memberikan hasil. Berdasarkan studi kasus dan pertimbangan teoritis, beberapa model
penelitian mengusulkan sebuah model perubahan yang secara bersamaan memobilisasi
pendekatan kontinjensi dan politik. Landau membahas kasus manajemen perubahan di
sektor publik dan berfokus pada hambatan kelembagaan dan budaya untuk perubahan
organisasi di sektor ini. Dia menyimpulkan bahwa perubahan jangka panjang tergantung
baik pada penggunaan alat-alat yang efektif oleh para manajer perubahan, dan cara
individu yang bekerja dalam organisasi merasa dalam konteks kerja baru mereka. Dia
mengusulkan bahwa konsultan harus mengadopsi peran pendengar empatik kepada
semua orang yang terlibat dalam proses perubahan