KELOMPOK V
- Maksimal keuntungan
- Keadilan
- Kesamaan
- Kebutuhan
Kriteria Distribusi:
- Hasil
- Perilaku
- Faktor lain
Sumber: Kreitner dan Kiniki 2003
Penjelasan gambar:
Norma penghargaan organisasi:
Maksimasi keuntungan: model penghargaan organisasi dengan memberi keuntungan maksimal
kepada pegawai tanpa memandang finansial organisasi.
1. Keadilan: model penghargaan organisasi dengan memberikan penghargaan kepada pegawai
sesuai proporsi.
2. Kesamaan: model penghargaan organisau dengan memberi penghargaan yang sama tanpa
memandang kontribusi dan masing-masing individu.
3. Kebutuhan: model penghargaan organisasi dengan mendasarkan ke pegawai daripada
kontribusinya.
Model ini lebih melihat kebutuhan apa yang diinginkan pegawai daripad kontribusi.
Tipe penghargaan:
1. Finansial/material tiperbentuk penghargaan yang diberikan organisasi berupa uang/materi
yang berwujud
2. Sosial: tipe/bentuk penghargaan berupa pengakuan dan lingkungan social pekerjaan.
3. Psikis tipe/bentuk penghargaan dengan memberi efek pada perasaan, harga diri, dan
kepuasan kerja/prestasi.
Hasil yang diinginkan tujuan yang diinginkan dari sistem penghargaan organisasi:
1. Menarik: hendaknya setiap penghargaan kepada pegawai dapat menimbulkan
ketertarikan/hasrat bagi pegawai untuk memperolehnya.
2. Memotivasi: penghargaan pegawai harus dapat memotivasi pegawai untuk dapat bekerja
lebih baik, lebih bersemangat dan lebih berkinerja tinggi.
3. Mengembangkan: penghargaan pegawai hendaknya dapat memberi peluang kepada pegawai
untuk berkembang, berkembang kemampuan dan wawasannya, berkembang kariernya, dan
berkembang pendapatannya.
4. Memuaskan: hendaknya setiap penghargaan dapat menimbulkan kepuasan kerja bagi
pegawai yang memperolehnya.
5. Memelihara: penghargaan pegawai hendaknya dapat mempertahankan keberadaan pegawai
pada organisasi tertentu sehingga tingkat tourn over atau keluar dari organisasi rendah.
C. TUJUAN SISTEM PENGHARGAAN
Sistem penghargaan/imbalan:
1. Mendukung pencapaian strategi dan sasaran jangka pendek organisasi dengan
memastikan bahwa organisasi memiliki pegawai terampil, kompeten dan berkomitmen
sesuai dengan kebutuhan.
2. Membantu mengomunikasikan nilai-nilai dan harapan (sasaran) kinerja organisasi.
3. Mendukung manajemen dan perubahan budaya dengan menyesuaikan budaya gaji
dengan budaya perusahaan dan memastikan bahwa manajemen imbalan sejalan dengan
budaya organisasi yang ada atau yang diinginkan dan membantu organisasi merespons
perubahan.
4. Mengarahkan dan mendukung perilaku yang diinginkan dengan menciptakan jenis
perilaku yang diberi imbatan dan menetapkan cara pemberian imbatan melalui
penggajian kinerja atau penggajian variabel serta proses manajemen kinerja
5. Mendorong kinerja bernilai lebih dengan memfokuskan pada penggapan kinerja dan
skema gainsharing sistem penghargaan berdasarkan produtivitas yang dicapai pada
bidang-bidang yang memungkinkan dicapainya nilai lebih secara maksimal).
6. Memajukan pengembangan berkelanjutan melalui skema gaji yang dikaitkan dengan
kompetensi dan gaji berbasis keterampilan, broadbanding, dan manajemen kinerja
efektif.
7. Memotivasi semua anggota organisasi mulai dari tenaga kasar di pabrik sampai ke
dewan direksi melalui kombinasi imbalan finansial dan non finansial yang tepat.
8. Mencapai prinsip keadilan dengan memberi imbalan sesuai kompetensi dan kontribusi
pegawai secara konsisten
Misal: jahatan yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan mem butuhkan standar
kompetensi: pemahaman interpersonal (level 6), keyakinan diri (level 5), kontrol diri (level
4), dan orientasi pelayanan pelanggan (level 5).
Dengan demikian, pada saat evaluasi/penilaian kinerja, setiap pegawai dengan jabatan
yang diemban akan dinilai/diukur sejauh mana pencapaian standar kompetensinya. Kinerja
pegawai akan diketahui pencapaian level kompetensinya. Dalam penerapan model ini,
tantangan utama adalah cara mengukur pencapaian kompetensi seseorang secara objektif,
bebas, dan bias kepentingan subjektivitas penilai.
BAB 42. PELAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Ciri Pemimpin
Ciri kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pendidik umum yang luas,
2. Kemampuan berkembang secara mental,
3. Ingin tahu,
4. Kemampuan analitis,
5. Memiliki daya ingat kuat,
6. Kapabilitas integratif,
7. Keterampilan berkomunikasi,
8. Keterampilan mendidik,
9. Rasionalitas dan objektivitas,
10. Pragmatis,
11. Sense of urgency,
12. Sense of cohesiveness,
13. Sense of relevance,
14. Kecerdasan,
15. Keberanian,
16. Adaptabilitas dan fleksibilitas,
17. Kemampuan mendengar,
18. Ketegasan, (Sondang P. Siagian).
Tiga teori yang membahas timbulnya kepemimpinan.
1. Teori Genetis (Hereditary Theory)
Pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan
2. Teori Sosial
Teori sosial merupakan kebalikan dari teori genetis, yaitu bahwa setiap orang
diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin baik apabila pada waktu
lahirnya, ia telah memiliki bakat kepemimpinan Bakat itu dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat tersebut.
B. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin dalam
mempengaruhi orang lain. Pola perilaku bisa dipengaruhi beberapa faktor, seperti: nilai-
nilai, asumsi, persepsi, harapan, dan sikap yang ada dalam diri pemimpin. Berbagai
penelitian tentang gaya kepemimpinan yang dilakukan ahli mendasarkan pada asumsi bahwa
pola perilaku tertentu pemimpin dalam mempengaruhi bawahan ikut menentukan elektivitas
dalam pemimpin.
Kontinum Kepemimpinan
Teori kontinum tentang gaya kepemimpinan merupakan teori klasik yang diperkenalkan
Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt mengacu pada dua bidang pengaruh yang ekstrim.
Pertama, pengaruh penggunaan kewenangan oleh pemimpin. Kedua, pengaruh kebebasan
dari bawahan. Pada kedua bidang, pengaruh tersebut tampak kecenderungan yang
berhubungan dengan aktivitas pemimpin dalam proses pengambilan keputusan.
Dan kelima kisi-kisi manajerial di atas, Team Management merupakan gaya manajemen
paling ideal sebab merupakan tipe perilaku kepemimpinan paling efektif.
Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan bisa diamati dari sudut pola perilaku pemimpin dalam menghadapi
tingkat kematangan dari bawahan, Pengertian kematangan di sini bukan pengertian umum
tentang kedewasaan seseorang, melainkan menyangkut kemampuan dan kemauan dari
bawahan untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Tingkat
kemampuan menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan,
latihan. dan pengalaman Tingkat kemauan berkaitan dengan keyakinan diri, semangat, dan
dorongan yang dimiliki.
Tingkat kematangan ditentukan sebagai berikut.
1. Tingkat kematangan rendah jika tidak ada kemampuan dan kemauan dari bawahan.
2. Tingkat kematangan rendah menuju sedang jika bawahan memiliki kemampuan, namun
tidak memiliki kemauan
3. Tingkat kematangan sedang menuju tinggi jika bawahan memiliki kemampuan, namun
tidak memiliki kemauan.
4. Tingkat kematangan tinggi jika bawahan memiliki kemampuan dan kemauan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
Berdasarkan tingkat kematangan, maka gaya tingkat kepemimpinan yang tampak bisa
dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Instruktif: gaya kepemimpinan yang diambil dalam menghadapi bawahan memiliki
tingkat kematangan rendah. Oleh karena mereka tidak memiliki kemampuan dan
kemauan maka orang semacam itu perlu diberi pengarahan agar mereka melakukan
tentang apa, bagaimana, dan di mana) tugas, serta mau melaksanakannya sesuai
petunjuk yang telah diberikan.
2. Konsultatif: gaya kepemimpinan dalam menghadapi bawahan yang memiliki tingkat
kematangan rendah menuju sedang Dalam tingkat kematangan ini, bawahan telah
memiliki kemauan Namun, mereka masih memerlukan pengarahan karena tingkat
kemampuannya rendah. Melalui komunikasi dua arah akan bisa dipertahankan
tingkat kemauan mereka kemudian penjelasan yang diberikan masih dalam rangka
mencari saran/input yang diperlukan
3. Partisipatif: gaya kepemimpinan dalam menghadapi bawahan memiliki tingkat
kematangan tinggi. Segala kemampuan dan kemauan mereka perlu dikembangkan
sehingga perlu diberikan limpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas.
Sifat Kepemimpinan
Pengertian sifat kepemimpinan adalah keadaan, kodrat, perangai, cini, dan watak seseorang
yang tampak dan dimiliki lebih banyak oleh seseorang secara berlebihan dari orang lain.
Banyak ahli berpendapat, keberhasilan seseorang dalam memimpin ditentukan oleh sifat
yang dimiliki secara menonjol.
BAB 44
KONFLIK DALAM PERUSAHAAN
BAB 45
B. METODE PENDEKATAN K3
Internasional Labour Organisation (ILO) menyusun 12 langkah yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi kecelakaan kerja:
1. Peraturan perundang-undangan
2. Standarisasi
3. Inspeksi
4. Riset teknis
5. Riset medis
6. Riset psychologis
7. Riset statistik
8. Pendidikan
9. Latihan
10. Persuasi
11. Asuransi
12. Penerapan poin 1 sd. 11 di tempat kerja
C. MANAJEMEN K3
Diperlukan Langkah pengendalian, pencegahan dan penanggulangan terhadap kecelakaan
kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran. Terjadinya kecelakaan adalah risiko
kelangsungan suatu kegiatan industri/perusahaan.
Unsur manajemen K3 terdiri dari manusia, material/bahan, mesin dan peralatan, dana dan
metode.
Penyebab kecelakaan dikelompokkan kedalam unsur penyebab, yaitu manusia, bahan dan
peralatan, sistem manajemen. Upaya pencegahannya diperlukan syarat berikut:
1. Tenaga kerja harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup;
2. Bahan dan peralatan/mesin yang digunakan harus memadai;
3. Dana yang cukup dalam menunjang aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan
organisasi;
4. Metode harus sesuai dengan tujuan upaya K3.
Fungsi manajemen K3 adalah mengarahkan dan mengendalikan sekelompok orang yang
tergabung dalam bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran K3,
pimpinan/manajer yang melaksanakan manajemen.
Kebijakan K3 memuat:
1. Dukungan dan minat pucuk pimpinan terhadap pentingnya meningkatkan K3;
2. Penemuan tentang apa dan bagaimana dalam upaya meningkatkan usaha K3;
3. Penerapan instruksi, penjelasan keadaan dimaksud dan membuat laporan K3.
D. PERATURAN K3
1. UU keselamatan kerja, lembaran negara Nomor 1 Tahun 1970, termasuk diatur juga
masalah Kesehatan kerja
2. Tujuan UU tersebut kecelakaan kerja harus dicegah jangan sampai terjadi, dan
lingkungan kerja harus memenuhi syarat Kesehatan.
3. Pengawasan, yaitu dengan melakukan pemeriksaan Kesehatan baik secara awal dan
berkala, dengan maksud tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya
terhadap pengaruh lingkungan kerja dan tetap menjaga efisiensi dan produktivitas kerja.
BAB 46
HUBUNGAN INDUSTRIAL
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUBUNGAN INDUSTRIAL
Pengertian hubungan industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk dianalisis pelaku
proses produksi barang dan jasa, yaitu: pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
Pihak yang berkepentingan adalah:
1. Pekerja
2. Pengusaha
3. Organisasi masing-masing, yaitu:
a. Organisasi buruh (serikat pekerja), asosiasi para pekerja yang bersifat sukarela dan
berkesinambungan, bertujuan jangka panjang untuk melindungi anggotanya dalam
bekerja ataupun meningkatkan taraf hidup mereka.
Contohnya Serikat Pekerja Seluruh Indonesia/SPSI di Pusat.
b. Organisasi pengusaha (organisasi majikan), asosiasi pengusaha sebagai wadah
kesatuan pengusaha yang turut serta mewujudkan kesejahteraan sosial melalui kerja
sama terpadu, serasi antar pemerintah, pengusaha dan pekerja.
Contohnya: Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).
Hubungan industrial bukan hanya membahas antara pekerja pengusaha, tetapi juga
menyangkut masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lain-lain.
Ruang lingkupnya:
1. Syarat kerja
2. Pengupahan
3. Jam kerja
4. Jaminan sosial
5. Keselamatan dan kesehatan kerja
6. Masalah organisasi pekerja, organisasi pengusaha
7. Penyelamatan keluh kesah
8. Peraturan, persyaratan kerja
9. UU ketenagakerjaan
10. Bi Partit/Tri Partit.
BAB 47
ARTI DAN PENTINGNYA KNOWLEDGE MANAGEMENT / MANAJEMEN
PENGETAHUAN BAGI ORGANISASI SDM
Pemprosesan
informasi organisasi
Intelijen Bisnis
Kognisi Perusahaan
Pengembangan
Organisasi
Terbatinkan Terbatinkan
Internalisasi Kombinasi
Eksplisit Eksplisit
D. Model Manajemen Pengetahuan
Untuk merancang sistem manajemen pengetahuan yang dapat membantu organisasi
untuk meningkatkan kinerja diperlukan empat komponen. Komponennya adalah sebagai
berikut:
a) Manusia, disarankan pada organisasi untuk menunjuk memperkerjakan seorang
document control/manajer pengetahuan.
b) Proses, telah dirancang serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep dalam
pelaksanaannya.
c) Teknologi, telah dibuat ususal penambahan infrastruktur yang diperlakukan untuk
menunjang berjalannya system manajemen pengetahuan efektif.
d) Isi (content) telah dirancang dari system knowledge management berupa database
pengetahuan dan dokumen yang dibutuhkan pegawai untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
BAB 48
PENGETAHUAN, WACANA, DAN KENYATAAN DI ORGANISASI
1. Berharga
2. Langka
3. Sulit ditiru
4. Sulit digantikan (Berney, 1991)
Gambar 48.2
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan
Berharga
Langka
Sulit ditiru
Sulit diganti
Pengembangan
strategi
Penyempurnaan
proses
Penerapan
teknologi
Tabel 48.1
Perbedaan Fokus Perhatian
Manajemen Informasi dan Laporan Manajemen Pengetahuan
Menentukan apakah dokumen patut Menyediakan kerangka kerja untuk
dikategorikan sebagai record konsolidasi pengetahuan sebuah
Menentukan lokasi fisik dan system organisasi
pencegahan akses bagi yang tidak Memfasilitasi lokalisasi dan
berhak penggunaan bersama berbagai
Membentuk kerangka waktu untuk pengetahuan yang sebelumnya
memindahkan record dari satu lokasi ke tersembunyi
lokasi lain ataupun dari satu status Kodifikasi pengetahuan, menyediakan
(aktif, statis, arsip) ke status lainnya petunjuk ke lokasi knowledge tacit
Mengembangkan dan mengelola Mendorong inovasi kolaborasi dengan
kebijakan pemusnahan dokumen memanfaatkan pengetahuan yang ada
dan memaksimalkan nilai informasi
dengan memusatkan perhatian pada isi
BAB 49
PENGORGANISASIAN ASET PENGETAHUAN
A. Konsep Dasar Pengorganisasian
1. Dimensi Pengorganisasian
a) Organisasi itu sendiri memiliki bentuk dan konfigurasi yang melukiskan
hierarki manajemen dan saluran komunikasi formal
b) Melalui proses pengorganisasian, tugas dirumuskan, ditetapkan, dan
pekerjaan individual distruktur
c) Falsafah organisasi mempengaruhi upaya dengan apa koornidasi dicapai
2. Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasi terdiri atas:
a) Melaksanakan refleksi tentang rencana dan sasaran
b) Menetapkan tugas pokok
c) Membagi tugas pokok menjadi tugas bagian
d) Mengalokasikan sumber daya dan petunjuk untuk tugas
e) Mengevaluasi hasil dari strategi pengorganisasian yang diimplementasi
3. Prinsip Pengorganisasian
Prinsip pengorganisasian terdiri atas:
a) Pembagian kerja
b) Wewenang dan tanggung jawab
c) Disiplin
d) Kesatuan perintah
e) Kesatuan arah atau tujuan
f) Mendahulukan/mengutamakan/menenpatkan kepentingan umum
g) Pengupahan/penggajian
h) Sentralisasi
i) Skala hierarki
j) Tata tertib
k) Keadilan stabilitas jabatan
l) Prakarsa/inisiatif
m) Solidaritas kelompok kerja
4. Manfaat Pengorganisasian
Manfaat pengorganisasian terdiri atas :
a) Kejelasan tentang ekspektasi kinerja individual dan tugas terspesialisasi
b) Pembagian kerja menghindari timbulnya duplikasi, konflik yang
menyalahgunakan sumber daya, material dan non material
c) Terbentuknya sususan arus aktivitas kerja logic yang dapat dilaksanakan
baik oleh individu/sebagai kelompok
d) Saluran komunikasi yang mapan yang membantu pengambilan keputusan
dan pengawasan
e) Mekanismen mengordinasi yang memungkinkan terciptanya harmonisasi
antara anggota organisasi yang terlibat dalam aneka bentuk kegiatan
f) Upaya yang difokuskan pada sasaran secara logical dan efisien
g) Struktur otoritas tepat memungkinkan kelancaran perencanaan dan
pengawasan terhadap seluruh organisai bersangkutan
Gambar 49.1
Mekanisme Perancangan Organisasi
Struktur organisasi
Strategi KM
Proses bisnis KM
Perancangan struktur
3. Fungsi Operasi
Fungsi yang memastikan beroperasinya forum online melalui sarana manajemen
pengethuan dan forum tatap muka dengan melakukan:
a. Menjamin beroperasinya sarana manajemen pengetahuan dengan indicator
keandalan yang ditergetkan
b. Melakukan perancangan system dokumentasi dan implementasinya
c. Mengelola konten yang diupload ke sarana manajemen pengetahuan
d. Melakukan fungsi updating dan deleting dokumen pada repository sarana
manajemen pengetahuan
e. Mengelola security system dan security document
f. Mengelola administrasi system
g. Menerbitkan laporan rutin
h. Melalukan fault prevention, fault handling, penanganan keluhan pelanggan
menyangkut sarana manajemen pengethuan
i. Mendokumentasikan pengetahuan yang diperoleh dari forum tatap muka dan
mendstribusikan ke unit/personil yang membutuhkan
j. Menyediakan fasilitator untuk forum yang diprogramkan
4. Fungsi Performasi Dan Pengembangan
Fungsi performasi dan pengembangan dilakukan melalui pelaksanaan tugas:
a. Membangun system performasi manajemen pengetahuan dan evaluasinya,
mengusulkan KPI inti manajemen pengetahuan.
b. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap laporan performasi yang berasal dari
pengelola expert dan pengelola operasi.
c. Melakukan analisis terhadap persyaratan pengguna, teknologi dan bisnis,
mendefinisikan konsekuensinya terhadap kebutuhan knowledge
d. Menerbitkan laporan rutin unit manajemen pengetahuan berdasarkan laporan
pengelola operasi dan pengelola expert
e. Memberi feedbeck terhadap pengelola operasi dan pengelola expert
f. Mendefinisikan dan merencanakan kebutuhan knowledge dan expert untuk jangka
menengah (2-3 tahun) jangka pendek (1 tahun)