Anda di halaman 1dari 2

INISIASI 6

Mekanisme checks and balances dalam sistem politik terkait erat dalam sistem
pembagian kekuasaan antar tiga lembaga yaitu: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Di Indonesia mekanisme checks and balances secara tegas baru di praktekkan
secara seimbang pada masa era reformasi. UUD 1945 telah mengatur dalam
undang-undang kebebasan dan kewenangan di masing2 lembaga, namun pada
masa Orde Baru lembaga eksekutif lebih dominan. Kekuasaan Presiden (eksekutif)
pada masa Orde Baru didukung penuh oleh birokrasi yang mayoritas berasal dari
kader-kader partai mayoritas Golkar dan militer yang memiliki hubungan struktural
dengan Presiden, dan oleh Ruth McVey disebut dengan istilah bureaucratic politics.
Sistem pembagian kekuasaan yang dipraktekkan di Indonesia tidak lepas dari
konsep trias politica Montesquieu, dalam bukunya LEspirit des Lois yang ditulis
pada tahun 1784, yang juga berangkat dari konsep pemisahan kekuasaan John
Locke. Dalam perjalanan sejarah sistem politik Indonesia seperti yang ditulis oleh
Miriam Budiardjo, Indonesia tidak mengenal pemisahan kekuasaan tetapi menganut
pembagian kekuasaan.
Mekanisme checks and balances dalam pembagian kekuasaaan adalah untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan seperti terjadi pada masa Orde
Lama dan Orde Baru. Secara sederhana, checks and balances tidak saja
menciptakan pembagian kekuasaan yang sehat dan seimbang diantara tiga
lembaga, tetapi juga menciptakan pembatasan kekuasaan. Oleh sebab itu, penting
sekali ketiga lembaga ini saling kerjasama, koordinasi dan mematuhi pembatasan
kekuasaan ini.
Presiden (eksekutif) mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR dan
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang. Dalam
amandemen atas UUD 45 diatur pula pembatasan masa jabatan presiden.
Lembaga DPR ( legislatif) memiliki kekuasaan membentuk undang-undang dan
menjalankan legislasi, anggaran dan pengawasan. Untuk menjalankan fungsinya
DPR memiliki hak interpelasi, hak angket dan menyatakan pendapat. Dalam
menjalankan fungsi dan haknya di DPR diawasi langsung oleh publik (konstituen).
Lembaga legislatif (MPR) memiliki wewenang pula atas usul DPR memberhentikan
presiden (baca Modul 6, hal 6.60). Amandemen UUD 45 juga mengamanatkan
penguatan lembaga yudikatif artinya kekuasaan kehakiman dijalankan secara
independen dalam menegakkan hukum dan keadilan dengan membentuk 3 (tiga)
lembaga penting yaitu Mahkamah Agung, Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi.

TUGAS 2

Tugas 2
Apakah kelembagaan partai politik memiliki kewajiban untuk tercapainya Pencapaian Visi
Indonesia 2030 terkait MDGs? Tulis 2 (dua) halaman argumentasi Anda.

Format Penulisan:
1. Time New Roman, Font 12, Spasi 1.5
2. Jumlah halaman pada kertas A4: 2 halaman
Penilaian:
1. Orisinalitas 40
2. Ketajaman Bahasan 30
3. Keakuratan & Kejelasan rangkuman 30

Submission status
DISKUSI 6
by Siti Nuraini - Sunday, 3 April 2016, 5:38 PM
DISKUSI 6
Adanya peristiwa politik yaitu seorang hakim MK dan beberapa orang anggota DPR menjadi
tersangka korupsi, sehingga menodai tidak saja lembaga yudikatif dan legislatif tetapi
keseluruhan sistem politik bangsa Indonesia. Bagaimana kita sebagai bangsa harus menyikapi
peristiwa politik ini? Diskusikan !
Salam,
tutor

Anda mungkin juga menyukai