Anda di halaman 1dari 3

1. Saudara mahasiswa cermatilah artikel di bawah ini.

Jelaskan mengapa pendidikan bagi anak perempuan masih kurang mendapat perhatian, kaitkan
dengan pembahasan tentang sosialisasi gender

Pendidikan Anak Perempuan

Oleh A. Fatih Syuhud

Ditulis untuk Buletin El-Ukhuwah Ponpes Al-Khoirot Putri Malang

Apabila pendidikan anak secara umum harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sejak lahir,
maka pendidikan anak perempuan harus mendapat perhatian yang lebih khusus lagi. Hal itu karena
anak perempuan adalah calon ibu. Banyak orang yang salah dan meremehkan peran ibu. Hal ini
terjadi terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Mereka menganggap pendidikan anak
perempuan, baik formal atau nonformal, adalah tidak atau kurang penting. ٍMereka berfikir, setinggi
apapun pendidikan seorang anak perempuan nantinya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga.

Anggapan meremehkan seperti itu menunjukkan dua hal. Yaitu, bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga dinilai sebagai sesuatu yang tidak penting. Dan bahwa segala sesuatu yang dilakukan di dalam
rumah seakan bukanlah pekerjaan. Suatu pekerjaan baru dianggap terhormat kalau dilakukan di luar
rumah, keluar pagi pulang sore dan mendapat gaji bulanan.

Itulah sebabnya, banyak orang tua lebih memprioritaskan pendidikan anak laki-lakinya. Sementara
pendidikan untuk anak perempuan dilakukan secara sambil lalu sambil menunggu ada yang
meminang. Dan begitu ada lelaki yang melamar, pendidikannya pun ditinggalkan. Walaupun saat itu
sekolahnya baru tingkat SLTP atau baru masuk jenjang SLTA. Orang tua ingin cepat melihat anak
perempuannya mentas alias cepat menikah agar beban orang tua segera lepas. Keadaan ini semakin
diperparah dengan adanya mitos di sebagian daerah bahwa menolak lamaran pertama adalah
pantangan karena akan berakibat nasib sial akan menimpa sang anak seperti akan kesulitan
mendapat jodoh.

Semua anggapan yang salah kaprah di atas berasal dari satu hal: kurangnya pendidikan orang tua.
Terutama, minimnya pendidikan ibu. Lemahnya level pendidikan atau minusnya wawasan keilmuan
seorang ibu akan berdampak sangat besar pada sukses dan gagalnya pendidikan seorang anak.
Padahal kesuksesan seorang pemuda adalah cermin dari kesuksesan pendidikan waktu kecil di
rumah yang notabene sebagian besar berada di tangan ibu. Kalau kita membaca buku biografi tokoh-
tokoh sukses tingkat nasional maupun dunia, umumnya kesuksesan mereka tidak lepas dari peran
sang ibu. Presiden RI ke-3 B.J Habibie dan Presiden RI ke-4 menjadi orang besar karena hasil didikan
ibu mereka masing-masing karena ayah mereka meninggal saat masih anak-anak. Presiden Amerika
Serikat ke-44 Barack Hussein Obama dalam buku otobiografinya Dreams from My Father
menjelaskan panjang lebar betapa besar peran ibu dan neneknya yang tak kenal lelah dalam
mendidik dan membentuk kepribadian dan kesuksesan hidupnya sejak balita sampai dewasa.

Apabila Anda yang membaca tulisan ini adalah seorang ibu yang menikah di usia muda dan
berpendidikan minim, tidaklah perlu sedih dan berputus asa. Karena kesuksesan mendidik anak tidak
hanya terletak pada tingginya level pendidikan, tapi yang utama adalah tingginya level wawasan
keilmuan. Khususnya, wawasan dalam bidang parenting (ilmu mendidik dan mengasuh anak). Selain
itu, hal-hal berikut perlu dilakukan secara terus menerus:
Pertama, selalu banyak belajar dari siapa saja yang lebih berpengalaman. Mulai dari masalah
mendidik anak, kesehatan, kepribadian, dan lain-lain.

Kedua, banyak membaca apa saja yang berguna. Termasuk membaca biografi tokoh-tokoh nasional
dan dunia dan kisah-kisah sukses yang lain.

Ketiga, ibadah yang rajin baik fardhu maupun yang sunnah. Terutama shalat tahajud untuk
mendoakan diri sendiri dan keluarga. Usaha dzahir yang maksimum baru sempurna apabila
dilengkapi dengan usaha batin yang optimal pula. Sekaligus ini sebagai pendidikan keteladanan bagi
anak.

https://www.fatihsyuhud.net/pendidikan-anak-perempuan/

= Sosialisasi Gender merupakan suatu proses aturan perilaku dimasyarakat yang dianggap dapat
diterima atau tidak dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki. Pendidikan bagi seorang perempuan
rata-rata masih relatif kecil, tidak banyak telah terjadi pernikahan dini. Sebab banyak masyarakat yang
berpikiran bahwa perempuan tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi karena hanya akan menjadi ibu
rumah tangga. Pemikiran tersebut seharusnya dikesampingkan, berpikir lah bahwa perempuan dan
laki-laki harus mendapatkan pendidikan tinggi agar anak-anaknya mengikuti jejak kedua orangtuanya.
Orang tua hanya berpikir kalau anak perempuan tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi karena akan
merugikan waktu dan uang, orang tua yang tidak mau pusing akan lebih memilih menikahkan anak
perempuannya. Pendidikan bagi seorang anak perempuan akan sangat berguna untuk keluarga dan
anak-anaknya, anak perempuan akan berusaha menerapkan apa yang telah didapatkan pada
pendidikan yang telah dilaluinya. Pendidikan yang berkualitas bagi anak perempuan akan
meningkatkan taraf hidupnya. Perempuan dalam mengurus rumah tangga akan memerlukan
pendidikan, baik untuk mengurus kebutuhan sehari-hari ataupun mengurus anak kelak tetapi banyak
perempuan masih tidak sadar akan pentingnya tingkat pendidikan tersebut. Pendidikan akan menjadi
jalan perubahan bagi seorang anak perempuan, dengan pendidikan perempuan akan mandiri dalam
segala apapun. Perempuan yang memiliki pengetahuan akan membuat rencana didalam keluarganya
agar menjadi damai dan tentram, karena merasa terpenuhi semua jasmani dan rohaninya. Pendidikan
akan memperankan penting bagi perempuan yang memilikinya, jika suatu rumah tangga itu baik maka
ada perempuan yang baik dan sebaliknya. Maka seharusnya pendidikan bagi seorang anak perempuan
sama pentingnya dengan anak laki-laki. Maka sosialisasi gender itu harus diberitahukan semua orang,
dan harus juga dipahami semua orang, bisa saja anak perempuan lebih baik dari pada laki-laki.
Sehingga tidak akan terjadi pandangan sebelah mata terhadap wanita lebih baik dirumah dari pada
diberikan pendidikan sekolah.

2. Perilaku kolektif mengandung makna bahwa ada penyimpangan perilaku yang dilakukan
oleh suatu kelompok, dan ada beberapa faktor yang menunjang tersebarnya suatu perilaku
kolektif di masyarakat
a. Carilah contoh perilaku kolektif yang sudah tersebar di masyarakat
 Tawuran pelajar
 Tawuran antar masyarakat
 Kejahatan kelompok

b. Berdasarkan jawaban di atas, jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku


kolektif tersebut bisa tersebar.
Menurut teori Le Bon perilaku kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor berikut ini :

 Situasi sosial
Keadaan menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.

 Ketegangan struktural
Adanya kesenjangan disuatu wilayah menimbulkan ketegangan yang dapat
menimbulkan bentrok ketidakpahaman

 Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum.


Seperti isu-isu penindasan suatu kelompok yang dapat menyinggung
kelompok lain.

 Faktor yang mendahului


Yakni faktor-faktor penunjang kecemasan dan kecurigaan yang dikandung
masyarakat.

 Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak.


Perilaku kolektif akan terwujud apabila khalayak ramai
dikomando/dimobilisasikan oleh pimpinannya.

 Berlangsungnya suatu pengendalian social.


Merupakan hal penentu yang dapat menghambat, menunda bahkan mencegah
ke 5 faktor diatas.

Referensi :

https://www.google.co.id/amp/s/ahmadzumaro.wordpress.com/2011/05/26/perilaku-kolektif-dan-
penyimpangannya/amp/

Anda mungkin juga menyukai