Anda di halaman 1dari 25

PEMBAGIAN KEKUASAAN ANTARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAN PRESIDEN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

Bab 1

pendahuluan

Salah satu Indikator Negara demokrasi adalah adanya penyelenggaraan pemilihan


umum yang lansung, bebas dan rahasia untuk memilih anggota lembaga perwakilan
rakyat dan presiden. Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang baik.
Namun dengan berbagai kelemahannya demokrasi sampai saat ini masih merupakan
bentuk Negara yang didambakan. Penguatan sistem demokrasi presidensial di
Indonesia, dimulai dengan format baru hubungan presiden dan DPR dalam sejarah
politik Indonesia. salah satu ciri utama format baru relasi Presiden dan DPR tersebut
adalah cukup kuatnya semangat untuk melembagakan prinsip hubungan kekuasaan
secara seimbang antara institusi kePresidenan disatu pihak dan lembaga parlemen
dipihak lain.Dalam konteks system presidensial ,keseimbangan kekuasaan di antara
lembaga eksekutif,legislatif dan yudikatif lazimnya dilembagakan melalui prinsip
sekaligus mekanisme checks and balances.Meskipun sebagian unsur Presidensialisme
telah dianut juga oleh UUD 1945 sebelum amandemen,namun prinsip checks and
balances tidak berlaku karena dominasi presiden yang terlalu besar dalam relasi
Eksekutif –legislatif -yudikatif .Selama periode orde Baru misalnya ,sebagian anggota
DPR dan sebagian besar anggota MPR diangkat oleh presiden ,sementara mereka
dipilih melalui pemilu telah diseleksi sedemikian rupa oleh rezim otoriter,sehingga
hampir tidak ada peluang bagi munculnya kontrol legislatif terhadap Eksekutif.

Sejak Demokrasi Terpimpin Soeharto,’’dalam hal tertentu’’ kekuasaan kehakiman


dimungkinkan diintervensi oleh presiden.semua ini bermuara praktik
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang benar benar sarat-Eksekutif
(executive heavy) .Mengenai hal ini ,Miriam Budiarjo misalnya,menulis,’’Selama 32
tahun orde baru, soeharto secara sistematis meminimalisir fungsi dan peran lembaga
lembaga seperti MPR,DPR,Kehakiman ,dan Mahkamah Agung untuk mengikuti
kebijakan dan aturan yang dipimpin oleh presiden soeharto menjadi kekuatan baru
yang ‘’membawahkan lembaga legislatif dan yudikatif.kekuatan baru yang dibangun
Presiden soeharto ini ditopang oleh birokrasi –sipil dan militer –dan Golkar.

Oleh karena itu ,pengalihan kekuasaan pembentukan UU pada DPR serta


pelembagaan MA dan MK sebagai ‘’kekuasaan yang merdeka’’ seperti dihasilkan
melalui amandemen konstitusi jelas merupakan suatu terobosan konstitusional yang
semakin melembagakan tegaknya prinsip trias politika pada umumnya dan prinsip
checks and balances pada khususnya ,baik dalam relasi eksekutif-legislatif maupun
dalam hubungn segitiga eksekutif –legislatif=yudikatif.

Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, pokok
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimanakah penerapan konsep Trias politika di Indonesia?


2. Bagaimanakah pembagian kekuasaan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden pasca Amandemen UUD 1945?
3. Sistem dan mekanisme checks and balances seperti apa yang dikandung
didalam UUD 1945?
TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui penerapan konsep Trias politika di Indonesia.
2. Untuk mengetahui jawaban terhadap pembagian kekuasaan antara DPR dan
presiden pasca amandemen UUD 1945.
3. Untuk mengetahui sistem dan mekanisme checks and balances seperti apa
setelah pasca amandemen UUD 1945.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. TEORI TRIAS POLITIKA


1. Pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan
Trias politica merupakan sebuah prinsip yang mengemukakan
bahwa kekuasaan –kekuasaan di dalam Negara sebaiknya
tidak diserahkan kepada orang atau badan yang sama ,hal ini
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh
pihak yang berkuasa .Tujuan dari trias politica adalah agar
hak asasi warga Negara dapat lebih terjamin.konsep trias
politica yang berkembang hingga saat ini pertama kali
dikemukakan oleh john locke dan Montesquieu.Menurut
John Locke (1632-1703).’’trias politica adalah suatu
pemisahan kekuasaan di dalam negara ke dalam tiga bagian
kekuasaan, yaitu: legislatif,eksekutif,federative.:
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan membuat peraturan
dan undang –undang;
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-
undang dan didalamnya termasuk kekuasaan mengadili.
Kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang meliputi segala
tindakan untuk menjaga keamanan negara dalam
hubungannya dengan Negara lain seperti membuat aliansi dan
sebagainya.
Sedikit berbeda dengan apa yang telah dikemukakan oleh
john locke, pemisahan kekuasaan dalam trias politica menurut
Montesquieu terdiri dari legislatif, eksekutif ,dan
yudikatif.Dengan penjelasannya dapat dilihat dalam kotak
dibawah ini:
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan membuat peraturan
dan undang undang :
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan atau
menjalankan undang-undang.
Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang mengawasi
jalannya pelaksaan peraturan perundang –undangan.
Baron de Montesquieu(1689-1785) mengidealkan bahwa
ketiga fungsi kekuasaan Negara (Eksekutif,legislatif,dan
yudikatif) harus dilembagakan masing masing dalam tiga
organ Negara berbeda.satu organ negara hanya boleh dan
dapat menjalankan satu fungsi kekuasaan dan tidak boleh
saling mencapuri urusan masing masing jika tidak demikian ,
maka kebebasan akan menjadi terancam.
Berbeda dengan John locke yang memasukkan kekuasaan
yudikatif ke dalam kekuasaan eksekutif,Montesquieu
menempatkan kekuasaan yudikatif sebagai kekuasaan
tersendiri, sebab kalau kekuasaan ini yudukatif dan eksekutif
disatukan maka tidak akan ada kemerdekaan .sebaliknya
kekuasaan yang mengatur hubungan luar negeri (federatif)
oleh Montesquieu dimasukkan ke dalam kekuasaan
eksekutif.Baik Locke dan Montesquieu sama-sama
mempunyai pandangan bahwa kekuasaan didalam negara
harus dipisahkan agar dapat lebih memberikan jaminan bagi
kemerdekaan warga Negara,dan perlindungan hak asasi
manusia.pada saat ini penerapan konsep pemisahan kekuasaan
(separation of power) secara murni tidak lagi diterapkan oleh
negara –negara di dunia,adapun yang banyak diterapkan
adalah konsep pembagian kekuasaan (distribution of
power).Konsep tentang pembagian kekuasaan tidak dapat
dilepaskan juga dari pengaruh gagasan yang dikemukakan
John locke serta Montesquieu tentang trias politica yang
melakukan pemisahan terhadap kekuasaan Negara. Konsep
pembagian kekuasaan negara .konsep pembagian kekuasaan
negara muncul ketika ada pemikiran tentang perlunya
jaminan bahwa masing masing kekuasaan negara yang telah
dipisahkan tidak menjalankan kekuasaan nya secara
berlebihan atau melampaui batas,untuk membendung
kecenderungan ini maka diperlukan adanya sistem
pengawasan dan keseimbangan (check and balances) dimana
setiap cabang kekuasaan dapat mengawasi dan mengimbangi
cabang kekuasaan lainnya.
Pembagian kekuasaan lebih dimaksudkan kepada pembagian
fungsi,wewenang dan tugas berbeda beda,di samping itu
dengan adanya pembagian kekuasaan maka akan
mempermudah urusan pemerintahan dan tugas yang
diemban,disisi lain juga akan muncul adanya check and
balances akan menyeimbangkan kekuatan kekuatan yang ada.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya
konsep negara kesejahteraan dimana pemerintah mempunyai
tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya , maka fungsi
Negara sudah melampaui tiga macam fungsi kekuasaan yang
telah disebutkan .pada saat ini sering dengan semakin
kompleksnya kehidupan manusia,maka sudah bukan
zamannya lagi setiap lembaga tinggi negara hanya diserahkan
satu fungsi tertentun.saat ini badan eksekutif tidak hanya
bertindak sebagai pelaksana undang-undang,namun bergerak
secara aktif dibidang legislatif ,seperti mengusulkan
rancangan undang-undang kepada DPR membuat peraturan
pemerintah, dan lain sebagainya.Begitupun halnya dengan
DPR, lembaga legislatif ini dapat melakukan pengawasan
kepada eksekutif yang dimana seharusnya fungsi ini ada
didalam lembaga yudikatif,DPR juga dapat melakukan
kunjungan kerja dalam menyerap aspirasi masyarakat yang
seharusnya dilakukan oleh lembaga eksekutif.
Konsep pembagian kekuasaan merupakan konsep yang paling
banyak diterapkan oleh negara pada saat ini ,khususnya bagi
negara yang menjungjung tinggi hak asasi warga negaranya
dan menerapkan demokrasi.Konsep pembagian kekuasaan
yang berkembang pada saat ini mengikuti pemikiran
Montesquieu,dimana kekuasaan negara terbagi atas lembaga
legislatif,eksekutif,dan yudikatif.
Di Indonesia kita mengenal beberapa lembaga yudikatif yaitu
Mahkamah Agung , Mahkamah konstitusi, dan komisi
Yudisial (unsur pendukung atau pelengkap ).
2. TEORI SISTEM PEMERINTAHAN
Membicarakan sistem pemerintahan adalah membicarakan
bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara
lembaga lembaga negara yang menjalankan kekuasaan -
kekuasaan negara itu dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan rakyat.organisasi pemerintah bila ditinjau dari
segi pembagian kekuasaannya,dibagi menurut garis horizontal
dan vertical.pembagian kekuasaan secara horisontal
didasarkan atas sifat tugas yang berbeda beda jenisnya,dalam
hal ini menimbulkan berbagai macam lembaga di dalam
suatu negara, sedangkan pembagian kekuasaab secara vertikal
melahirkan dua garis hubungan antara pusat dan daerah dalam
sistem desentralisasi dan dekosentrasi.pada negara negara
yang menganut demokrasi , sistem pemerintahan yang lazim
dianut yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem
pemerintahan presidensial.pada sistem parlementer hubungan
antara eksekutif dan badan perwakilan sangat erat.hal ini
disebabkan adanya pertanggung jawaban para menteri kepada
parlemen, maka setiap setiap kabinet yang dibentuk harus
memperoleh dukungan kepercayaan dari parlemen yang
bearti , bahwa kebijaksanaan pemerintah tidak boleh
menyimpang dari yang dikehendaki parlemen.Menurut
sejarah ketatanegaraan ,sistem pemerintahan parlementer ini
adalah kelanjutan dari bentuk negara monarchi.Dikatakan
demikian, karena kepala negara (apapun sebutannya )
mempunyai kedudukan yang tidak dapat diganggu gugat.
Sedangkan penyelenggara pemerintahan sehari-hari di
serahkan kepada perdana Menteri .senada dengan hal tersebut
SRI SOEMANTRI berpendapat bahwa sistem pemerintah
parlementer adalah :suatu pemerintahan ,dimana
pemerintahan/kabinet harus bertanggung jawab kepada
parlemen /bada eksekutif ,pemerintah dibentuk pada
umumnya setelah pemilihan umum akan terlihat partai politik
manakah yang tercapai kemenangan dalam arti menguasai
suara terbanyak mutlak kursi dalam badan legislatif.partai
politik yang mencapai kemenangan tadi kemudian oleh kepala
negara /raja /Ratu/Presiden melalui pimpinannya diserahi
tugas untuk membentuk ,sering kali pembentukan ini otomatis
menjadi perdana menteri oleh kabinet /pemerintah/badan
eksekutif dibentuk berdasarkan perimbangan kekuatan partai-
partai politik yang terdapat dalam parlemen /badan legislatif,
maka merupakan keharusan pula adanya pertanggung
jawaban dari badan eksekutif kepada badan legislatif.
MIRIAM BUDIARJO,dalam bukunya Dasar dasar ilmu
politik menyatakan bahwa: Dalam sistem parlementer ,badan
legislatif dan eksekutif bergantung satu sama lain.Kabinet,
sebagai bagian dari badan eksekutif yang ‘’ bertanggung
jawab ‘’diharap mencerminkan kekuatan =kekuatan politik
dalam badan legislatif yang mendukungnya dan mati
hidupnya kabinet bergantung kepada dukungan dalam badan
legislatif ( asas tanggung jawab menteri ).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan beberapa ciri dari
sistem pemerintahan parlementer sebagai berikut:
a) Ketua partai politik pemenang pemilu yang
menduduki kursi mayoritas di parlemen ditunjuk
sebagai pembentuk kabinet sekaligus sebagai perdana
menteri , sedang partai politik yang kalah berlaku
sebagai pihak oposisi.
b) Kepala Negara diberi wewenang untuk menunjuk
formatur kabinet dan membubarkan kabinet dalam
keadaan negara menghendaki;
c) Eksekutif ( kabinet ) bertanggung jawab kepada
(parlemen) jika ada mosi tidak percaya dari parlemen
maka kabinet harus mengembalikan mandatnya
kepada kepala negara:
d) Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan
legislative;
e) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dengan
parlemen, dan kepala negara beranggapan bahwa
kabinet dalam pihak yang benar, maka kepala negara
akan membubarkan parlemen .sebagai tanggung jawab
kabinet, maka ia melaksanakan pemilihan umum
dalam tempo 30 hari setelah pembubaran parlemen.
Pada sistem pemerintahan presidensial,eksekutif tidak
bergantung kepada legislatif.presiden sebagai kepala
eksekutif memilih para pembantunya (menteri ) untuk
memimpin departemen masing masing. Sehingga para
menteri bertanggung jawab kepada presiden karena
pembentukan kabinet itu tidak tergantung kepada
parlemen (legislatif). Sistem presidensial menurut SRI
SOEMANTRI adalah: Suatu sistem pemerintahan
dimana pemerintah tidakbertanggug jawab kepada
parlemen /badan legislatif.Disamping presiden
berkedudukan seabagai kepala negara ( sebagai
lambang negara) dia adalah juga kepala pemerintah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan beberapa
ciri ciri sistem pemerintahan presidensial sebagai
berikut:
1) Presiden sebagai kepala eksekutif mengangkat
dan memberhentikan para menteri.Menteri
menteri tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (legislatif) melainkan kepada
presiden (eksekutif)
2) Terhadap pemisahan yang tegas antara
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif baik
mengenai fungsi maupun institusinya.
3) Kedudukan Eksekutif dan legislatif adalah
sejajar/sederajat karena sama sama dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan umum sehingga
kedua lembaga ini tidak dapat saling
menjatuhkan dan keduanya bertanggung jawab
kepada rakyat
4) Presiden disamping sebagai kepala negara juga
sebagai kepala eksekutif .
5) Presiden dan wakil presiden tidak bertanggung
jawab kepada parlemen melainkan
bertanggung jawab kepada rakyat.
6) Masa jabatannya tertentu, misalnya 5 tahun .6
tahun atau 7 tahun sehingga presiden dan juga
wakil presiden tidak dapat diberhentikan di
tengan masa jabatannya karena alas an politik.

BAB III
PEMBAHASA
A. TRIAS POLITICA DI INDONESIA
Indonesia masih menganut prinsip distribusi kekuasaan secara
klasik,dengan membagi bagikan kekuasaan negara kepada kekuasaan
legislatif,eksekutifdan yudikatif.Kewenangan legislatif pada
prinsipnya dijalankan oleh dewan perwakilan rakyat ,kewenangan
eksekutif dijalankan oleh presiden,dan kewenangan yudikatif
dijalankan oleh oleh lembaga pengadilan dibawah pimpinan
mahkamah agung , disamping ada juga yang namanya Mahkamah
konstitusi .kemudian ,unsur checks and balances di Indonesia terlihat
dalam keikutsertaan lebih dari satu cabang pemerintahan dalam
menangani satu persoalan,dan keikutsertaan suatu cabang
pemerintahan yang lain terhadap lembaga lembaga tertentu,seperti
terlihat dalam contoh-contoh berikut ini:
1) Baik presiden maupun Dewan Perwakilan Rakyat berhak
untuk mengajukan rancangan undang –undang.
2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan
perwakilan Rakyat dan presiden yang pada prinsipnya untuk
mendapatkan persetujuan bersama.
3) Presiden dapat menetapkan peraturan pemerintah pengganti
undang undang, tetapi harus mendapatkan persetujuan dari
Dewan perwakilan Rakyat dalam siding berikutnya.
4) Presiden dapat menyatakan perang , membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain asalkan dengan persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat
5) Presiden mengangkat duta besar dan menerima penempatan
duta besar negara lain tetapi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan perwakilan Rakyat.
6) Presiden memberikan amnesti dan abolisi tetapi dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat .
7) Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi tetapi dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
8) Anggota badan pemeriksa keuangan dipilih oleh dewan
perwakilan rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan perwakilan Daerah dan diresmikan oleh presiden .
9) Calon Hakim agung diusulkan oleh komisi yudisial kepada
Dewan perwakilan rakyat untuk mendapatkan
persetujuannya,dan selanjutnya diterapkan sebagai hakim
agung oleh presiden.
10) Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh
presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
11) Anggota Mahkamah Konstitusi ditetapkan oleh presiden ,yang
diajukan masing masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung ,tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat ,dan tiga
orang oleh presiden.
12) Presiden dan/atau wakil presiden dapat diberhentikan oleh
Majelis permusyawaratan Rakyat (yang anggotanya terdiri dari
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah)atas usulan dari Dewan Perwakilan Rakyat
dan setelah mendapatkan pemeriksaan dan pertimbangan dari
Mahkamah Konstitusi.

Kekuasaan Eksklusif penyelenggara Negara


Sebenarnya teori trias politica yang asli, yang berasal dari
MONTESQEUIE tersebut adalah pemberian kekuasaan secara
terpisah (eksklusif) kepada salah satu cabang
pemerintahan,kekuasaan mana tidak boleh dimiliki oleh cabang
pemerintahan lainnya.karena itu, yang ditujukan oleh teori trias
politica yang asli tidak lain adalah suatu ‘’pemisahan
kekuasaan ‘’(division /separation of power).yang dimaksud
dengan kekuasaan eksklusif disini adalah bahwa badan badan
tertentu dari penyelengara negara memiliki kewenangan yang
tidak dimiliki atau tidak diikut dimiliki oleh badan
penyelenggara negara yang lain. Misalnya, kewenangan dalam
hubungan dengan pengangkatan menteri –menteri, hubungan
luar negeri,angkatan bersenjata,yang umum nya ada di tangan
pihak eksekutif,dalam hal ini presiden , perdana menteri atau
raja.Kewenangan seperti ini umumnya tidak dimiliki oleh
badan legislatif atau yudikatif.Ataupun kewenangan
memutuskan suatu anggaran belanja negara yang hanya ada di
tangan badan legislatif saja.Dalam hubungan dengan adanya
badan legislatif (dilaksanakan oleh parlemen) , eksekutif
( dilaksanakan oleh kepala negara),dan yudikatif (dilaksanakan
oleh badan pengadilan), maka teori umum ketatanegaraan
menyatakan bahwa pihak legislatif mempunyai tugas utama
untuk membuat undang-undang ,pihak eksekutif bertugas
untuk menjalankan undang undang ,dan pihak yudikatif
bertugas untuk mengadili pelanggar undang undang.Namun
demikian,teori umum ini banyak kekecualiannya,antara lain
dalam bentuk -bentuk sebagai berikut:
1) Ada cabang kekuasaan negara yang menjalankan
kewenangannya yang tergolong ke dalam bidang yang
seharusnya termasuk ke dalam kewenangan bidang kekuasaan
negara yang lain.Misalnya kekuasaan kepala negara untuk
memberikan grasi,amnesi, abolisi, dan rehabilitasi kepada
rakyatnya,yang sebenarnya sudah termasuk ke dalam
kewenangan badan pengadilan.
2) Ada cabang kekuasaan negara yang menjalankan
kewenangannya secara bersama- sama dengan badan
penyelenggarakan negara yang lain.Misalnya di berbagai
negara , kekuasaan pembuatan undang-undang dimiliki secara
bersama-sama antara parlemen dengan pemerintah
(eksekutif).Atau undang –undang yang harus ditandatangani
oleh presiden ataupun bahkan presiden atau kepala negara
memiliki kewenangan untuk memveto undang-undang yang
dibuat oleh parlemen.

B. PEMBAGIAN KEKUASAAN SETELAH AMANDEMEN


1. Kekuasaan presiden setelah perubahan UUD 1945
Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 yang digulirkan oleh
berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan sosial politik
didasarkan pada pandangan bahwa Undang Undang Dasar
1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia.selain itu didalamnya terdapat pasal-pasal
yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter,sentralistik,dan KKN.
Tuntutan perubahan Undang Undang Dasar pada era reformasi
tersebut merupakan suatu langkah terobosan yang mendasar
karena selama pemrintahan presiden SOEHARTO terjadi
sakralisasi UUD 1945.konstitui Indonesia itu terjadi semacam
‘’kitab suci negara’’yang tidak boleh diubah, bahkan
mengkritisnyapun dilarang.sikap politik pemerintah pada
waktu itu kemudian mempunyai dasar hukum dengan terbitnya
ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang
Referendum ,yang berisi kehendak untuk tidak melakukan
perubahan UUD 1945, maka terlebih dahulu harus dilakukan
referendum dengan persyaratan yang sangat ketat sehingga
kecil kemungkinannya untuk berhasil.Dalam perkembangan
selanjutnya tuntutan itu diwujudkan secara
koprehensip,bertahap ,dan sistematis dalam empat kali
perubahan dimulai pada siding MPR tahun 1999 sampai pada
siding MPR tahun 2002..perubahan UUD 1945 yang dilakukan
MPR ,selain merupakan perwujudan tuntutan reformasi juga
sejalan dengan pidato IR.SOEKARNO yang menyatakan
antara lain bahwa ini adalah sekedar UUD sementara, UUD
kilat, yang barangkali boleh dikatakan revolutie
grondwet.Nanti kita membuat UUD yang lebih sempurna dan
lengkap.Dasar pemikiran yang medatar belakangi
dilakukannya perubahan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain sebagai berikut:
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu
pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal itu berakibat pada
tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengibangi
( checks and balances) pada institusi institusi
ketatanegaraan .penyerahan kekuasaan tertinggi kepada
MPR merupakan kunci yang menyebabkan kekuasaan
pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki hubungan
dengan rakyat:
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (presiden).Sistem yang anut
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah dominan eksekutif (executive heavy)
yakni kekuasaan dominan berada di tangan presiden. Pada
diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintah
(chief executive) yang dilengkapi dengan berbagai hak
konstitutional yang lazim disebut hak prerogatif ( antara
lain memberi grasi,amnesi,abolisi,dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasaan
membentuk undang undang. Hal ini tertulis jelas dalam
penjelasan Undang –Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, yang berbunyi presiden ialah
penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi dibawah
Majelis.Dua cabang kekuasaan negara yang seharusnya
dipisahkan dan dijalankan oleh lembaga negara yang
berbeda, tetapi nyatanya berada di satu tangan (Presiden)
yang menyebabkan tidak bekerjanya prinsip saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances)
dan berpotensi mendorong lahirnya kekuasaan yang
otoriter;
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengandung pasal pasal yang terlalu luwes sehingga
menimbulkan lebih dari satu tafsiran (multitafsir).misalnya
pasal 7 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 ( sebelum diubah) yang berbunyi ‘’ presiden
dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali .’’Rumusan pasal itu dapat ditafsirkan lebih dari
satu, yakni tafsir pertama bahwa presiden dan wakil
presiden dapat dipilih berkali kali, dan tafsir kedua adalah
bahwa presiden dan wakil presiden hanya boleh memangku
jabatan maksimal dua kali dan sesudahnya tidak boleh
dipilih kembali.’’Contoh lain adalah pasal 6 ayat (1)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ( sebelum diubah) yang berbunyi ‘’ presiden ialah
orang Indonesia asli.’’Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tidak memberikan
penjelasan dan memberikan arti apakah yang dimakud
dengan orang Indonesia asli. Akibatnya rumusan itu
membuka tafsiran beragam,antara lain, orang Indonesia asli
adalah warga negara Indonesia asli adalah warga negara
Indonesia yang lahir di Indonesia atau warga negara
Indonesia yang orang tuanya adalah orang Indonesia.
d. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan
presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-
tahun 1945 menetapkan bahwa presiden juga memegang
kekuasaan legislatif sehingga presiden dapat merumuskan
hal-hal penting sesuai dengan kehendaknya dalam undang-
undang. hal itu menyebabkan pengeturan mengenai MPR,
DPR, BPK, MA, HAM dan pemerintah daerah disusun
oleh kekuasaan presiden dalam bentuk pengajuan
rancangan undang-undang ke DPR.
e. Rumusan Undang=Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum
cukup didukung oleh ketentuan konstitusi yang memuat
aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis,supremasi
hukum, pemberdayaan rakyat ,penghormatan terhadap Hak
Asasi manusia dan otonomi Daerah.hal ini membuka
peluang praktik penyelenggaraan negara yang tidak sesuai
dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesai Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.
a) Tidak adanya saling mengawasi dan saling
mengimbangi ( checks and balances) antar lembaga
negara dan kekuasaan terpusat pada presiden
b) Infrastruktur politilk yang dibentuk, antara lain
partai politik dan organisasi masyarakat, kurang
mempunyai kebebasan berekspresi sehingga tidak
dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
c) Pemilihan umum( pemilu) diselenggarakan untuk
memenuhi persyaratan demokrasi formal karena
seluruh proses dan tahapan pelaksanaan dikuasai
oleh pemerintah.
d) Kesejahteraan sosial berdasarkan pasal 33 Undang
undand Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
tercapai, justru yang berkembang adalah sistem
monopoli, oligopoli, dan monopsoni.
Tujuan perubahan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 untuk;
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam
mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan
undang undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945
dan memperkokoh negara kesatuan republic Indonesia yang
berdasarkan pancasila;
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaa kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi
rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan
perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat
manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara
hukum dicita- citakan oleh Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern,antara lain melaui pembagian
kekuasaan yang lebih tegas.sistem saling mengawasi dan saling
mengimbangi ( checks and balances )yang lebih ketat dan
transparan, dan pembentukan lembaga lembaga negara yang
baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa
dan tantangan zaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar menggenai jaminan
konstitusional dan kewajiban negara mewujudkan
kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan
bangsa,menegakkan etika, moral dan solidaritas dalam
kehidupan masyarakat,berbangsa dan bernegara sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan
mewujudkan negara sejahtra.
6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalamm
penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan
negara mewujudkan demokrasi seperti pengaturan wilayah
negara dan pemilihan umum.
7. Menyempurnakan aturan dasat menggenai kehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan
aspirasi,kebutuhan,serta kepentingan bangsa dan negara
Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungan
untuk kurun waktu yang akan datang.
Sejak terjadinya reformasi, UUD 1945 yang disakralkan
mengalami desakralisasi.gagasan perubahan UUD 1945
menjadi tututan yang tidak bisa di elakkan lagi.secara filosofi
sofis,pentingnya perubahan UUD 1945 adalah,pertama,karena
UUD 1945 adalah moment opname dari berbagai kekuatan
politik dan ekonomi yang dominan pada saat dirumuskannya
konstitusi itu.setelah 54 tahun kemudian, tentu terdapat
berbagai perubahan baik ditingkat nasional maupun global.Hal
ini tentu saja belum tercakup dalam UUD 1945 karena saat ini
belum Nampak perubahan tersebut.kedua, UUD 1945 disusun
oleh manusia yang sesuai kodratnya tidak akan pernah sampai
kepada tingkat kesempurnaan. Pekerjaan yang dilakukan
manusia tetap memiliki berbagai kemungkinan kelemahan
maupun kekurangan. Dari aspek historis, sedari mula
pembuatannya, UUD 1945 bersifat sementara,sebagai mana
yang dinyatakan oleh IR.SOEKARNO ( ketua PPKI), dalam
rapat pertama tanggal 18 agustus 1945, dari unngkapan
soekarno diatas dapatlah disimpulkan bahwa UUD 1945 dibuat
secara tergesa gesa karena akan segera dipakai untuk
melengkapi kebutuhan berdirinya negara baru Indonesia yang
sudah diproklamasikan sehari sebelumnya yaitu pada tanggal
17 agustus 1945 dan statusnya adalah sementara.secara yuridis,
para perumus UUD 1945 sudah menunjukkan ke arifan bahwa
apa yang mereka lakukan ketika UUD 1945 di susun tentu
akan berbeda kondisinya dimasa yang akan datang dan
mungkin suatu saat akan mengalami perubahan. Baik dilihat
dari segi sejarah penyusun maupun sebagai produk hukum
yang mencerminkan pikiran dan kepetingan yang ada pada saat
itu UUD akan harus dimakan masa apabila tidak tiadakan
pembaharuan sesuai dengan dinamika kehidupan
masyarakat,bangsa dan bernegara dibidang
politik,ekonomi,sosial maupun budaya.
Dorongan mempebaharui atau mengubah UUD 1945 ditambah
pula dengan kenyataan,UUD 1945 sebagai subsistem tatanan
konstitusi dalam pelaksanaannya tidak berjalan staatside
mewujudkan negara berdasarkan konstitusi seperti tegaknya
tatanan demokrasi, negara berdasarkan atas hukum yang
menjamin hal seperti hak asasi manusia, kekuasaan hakiman
yang merdeka,serta keadilan baagi seluruh rakyat
Indonesia .yang terjadi adalah etatisme,otoriterisme atau kedik
tatoran yang menggunakan UUD 1945 sebagai
sederhana.berbagai kalangan berpendapat bahwa terjadinya
krisis di Indonesia saat ini bermuara kepada ketidakjelasan
konsep yang dibangun oleh UUD 1945.oleh Karena itu
berbagai kalangan penyiapkan bahan kajian untuk perubahan
UUD 1945 dan mendesak MPR untuk secepatnya melakukan
perubahan tersebut.didalam perubahan UUD 1945 diantara lain
di tegas kan bahwa pemerintah presidensiil akan tetap
dipertahankan bahkan diperkuat melalui mekanisme pemilihan
presiden dan wakil presiden secara langsung.berkaitan dengan
penegasan sistem pemerintah negara Indonesia, pasal-pasal
yang terkait dengan hal tersebut telah diadakan perubahan
pertama kali yaitu:
1. Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa, presiden berhak
mengajukan rancangan Undang-Undang.pasal ini sebelumnya
berbunyi;’’presiden memegang kekuasaan membentuk undang
undang dengan persetujuan MPR’’;
2. Pasal 7 menyatakan bahwa, presiden dan wakil presiden
memegang jabatan selama 5 tahun dan sesudah dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa
jabatan.
3. Pasal 17 ayat (2) yang menyatakan bahwa,mentri mentri
diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
4. Pasal 20 ayat (1) “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk undang-undang.
Pasal tersebut memberikan indikasi pelaksanaan sistem
presidensiil. Namun dalam praktik, sistem presidensiil ini
belum dapat dilaksanakan secara murni. Hal tersebut Nampak
jelas dalam ketentuan pasal 8 TAP MPR Nomor VI/MPR/1999
tentang tata cara pencalonan dan pemilihan presiden dan wakil
presiden RI yang berbunyi antara lain seberikiut:
1. Fraksi dapat mengajukan seorang calon presiden:
2. Calon presiden dapat juga diajukan oleh sekurang kurangnya
70 orang anggota majelis yang terdiri atas satu fraksi atau
lebih:
3. Masing-masing anggota majelis hanya boleh mengunakan
salah satu pengajuan calon presiden sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat (1) dan (2) pasal ini.
Sebelum adanya perubahan pertama, undang-undang dasar
1945 dinyatakan executive heavy. Artinya undang-undang
dasar tersebut memberikan kedudukan dan fungsi yang sangat
kuat kepada presiden, lebih-lebih apa bila diikuti oleh sistem
kepartaian yang memungkinkan adanya satu partai politik yang
dominan dalam kehidupan politik. Lembaga negara yang lain
kekuasaannya tidak seimbang bahkan terkesan dibawah
bayang- bayang kekuasaan presiden. Tiga belas pasal dalam
UUD 1945 mengatur langsung jabatan kepresidenan yaitu
pasal 4 sampai dengan pasal 15 dan pasal 22. Selain itu
terdapat pula ketentuan-ketentuan lain yang tidak mungkin
terlepas dari kekuasaan presiden yaitu tentang APBN,
ketentuaan yang mengatur MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK,
Undang-undang organic dan lain sebagainya. Disamping itu,
UUD 1945 juga memberikan kedudukan yang kuat terhadap
lembaga kepresidenan. Presiden adalan penyelenggara
pemeintahan. Selain menjalankan kekuasaan eksekutif,
presiden juga menyelengarakan kekuasaan membentuk
peraturan perundang-undangan, juga melaksanakan kekuasaan
yang bekaitan dengan penegakan hukum, yaitu memberikan
gerasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.kekuasaan presiden
setelah perubahan UUD 1945 mengalami pengurangan dan
pembatasan yang cukup signifikan,bahkan dengan dan melalui
perubahan tersebut dari executive heavy menjadi legislatif
heavy.pengurangan dan pembatasan terdapat terhadap
kekuasaan presiden Nampak pada ketentuan pasal 5 ayat ( 1)
yang semula menyatakan;’’ presiden memegang kekuasaan
membentuk undang undang dengan persetujuan dewan
perwakilan rakyat’’ kemudian diubah menjadi ‘’presiden
berhak mengajukan rancangan undang undang pada perwakilan
rakyat’’. Perubahan pasal 5 ayat ( 1) ini dimaksudkan untuk
meneguhkan kedudukan dan peran DPR sebagai lembaga
legislatif yang memegang kekuasaan legislatif ( membentuk
undang undang); sebagaimana tercantum dalam pasal 20 ayat
(1) hasil perubahan pertama, sementara presiden yang
memegang kekuasaan eksekutif (menjalankan undang undang)
tetap diberi eksekutif, yakni mempunyai hak untuk
mengajukan rancangan undang undang kepada DPR.perubahan
pasal ini memindahkan titik berat kekuasaan legislasi nasional
yang semula berada di tangan presiden, beralih kepada tangan
DPR.pemberdayaan DPR ini tidak menyebabkan DPR lebih
kuat disbanding presiden tetapi kedua lembaga tersebut berada
dalam kedudukan yang seimbang. Terkait dengan kekuasaan
legislatif ini dalam undang undang dasar 1945 antara lain di
atur ketentuan bahwa presiden dan DPR mempunyai
wewenang yang sama untuk membahas setiap rancangan un
ndang undang untuk kemudian disetujui bersama.hal ini sesuai
dengan ketentuan pasal 20 ayat (2) UUD 1945.sedangkan
anggota DPR diberikan hak untuk memajukan rancangan
undang undang (pasal 21) dan presiden mempunyai hak untuk
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang
undang sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (2) UUD 1945,
serta peraturan pemerintah pengganti( undang undang pasal
(22) ayat (1) UUD 1945) Selain itu terjadi pula perubahan
terhadap pasal 7 UUD 1945.Semula pasal tersebut berbunyi
‘’presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama
masa 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.’’ketentuan tersebut memberikan kesempatan dan
peluang kepada seseorang untuk dipilih kembali menjadi
presiden dan wakil presiden setiap 5 tahun sekali.ketentuan
pasal 7 tersebut telah mengalami perubahan sehingga berbunyi
sebagai berikut;’’ presiden dan wakil presiden memegang
jabatan selama 5 tahun,dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama hanya untuk 1 kali masa
jabatan.sedangkan perimbangan kekuasaan presiden dengn
lembaga negara yang lain terjadi dalam pasal 13,14,15 dan 16
UUD 1945. Ketentuan pasal pasal tersebut tidak lagi menjadi
kewenangan mutlak presiden karna hal hal berikut.dalam hal
pengangkatan duta ataupun penerima penempatan duta
besar,presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR.dalam
hal pemberian grasi dan rehabilitasi,presiden harus
memperhatikan pertimbangan MA, begitu pula dalam
pemberian amnesti dan abolisi dimana presiden harus
memperhatikan pertimbangan DPR .adanya pertimbangan MA
dan DPR (lembaga dibidang yudisial dan legislatif)
dimaksudkan agar terjadi checks and balances

Anda mungkin juga menyukai