Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pemerintahan parlementer didasarkan atas asas
defusion of powers. Jadi presidensil separation of powers, parlementer defusion of powers. Pada
sistem parlementer, baik pemerintah maupun parlemen itu dapat saling membubarkan.
Pemerintah dapat dibubarkan oleh parlemen apabila tidak mendapat dukungan mayoritas dari
anggota parlemen, parlemen pun dapat dibubarkan oleh pemerintah melalui kepala negara
apabila dianggap tidak mencerminkan lagi aspirasi rakyatnya. Dan yang keempat, sistem
parlementer kepala pemerintahan adalah Perdana Menteri, sebagai kepala eksekutif yang
ditetapkan oleh kepala negara, apakah itu Presiden, atau dengan sebutan seperti raja. Sistem
parlementer menjadi bagian dari sistem pemerintahan yang digunakan oleh Indonesia sejak tahun
1949-1959 dengan konstitusi berbeda, yaitu Konstitusi RIS 1949 dan UUD 1950.
Fungsi legislasi dalam sistem presidensil didasarkan pada adanya pemisahan kekuasaan
yang tegas antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Pemisahan tersebut merupakan
karakter khas dari sistem presidensil. Dengan demikian, dalam sistem presidensil badan legislatif
menentukan agendanya sendiri, mambahas dan menyetujui rancangan undang-undang pun
sendiri pula. Artinya bahwa, fungsi legislasi dalam sistem presidensil merupakan wewenang
eksklusif dari badan legislatif. Namun pemisahan kekuasaan tersebut pada hakikatnya tidak serta
merta dijalankan secara mutlak. Namun dalam sistem negara modern, ada hubungan fungsional
antara eksekutif dan legislatif. Bahkan dalam fungsi legislasi di Indonesia dilakukan secara
bersama-sama antara eksekutif dan legislatif.
Dengan demikian menurut S.L. Witman dan J.J Wuest ciri-ciri dari sistem presidensial
adalah sebagai berikut:
1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan.
2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen juga
tidak perlu berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari mayoritas anggota
parlemen.
3. Dalam hal ini tidak ada tanggung jawab yang berbalasan antara presiden dan
kabinetnya, karena pada akhirnya seluruh tanggung jawab sama sekali tertuju
pada presiden (sebagai kepala pemerintahan).
4. Presiden dipilih langsung oleh para pemilih.
Lembaga negara atau lembaga pemerintah dalam sistem pemerintahan republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sesudah Amandemen ada 7 (tujuh) yaitu: MPR,
DPR, DPD, Presiden, BPK, MA dan MK. Nyatanya, di Indonesia pembagian kekuasaan tidak
murni terbagi kedalam tiga kekuasaan. Ada pemabagian kekuasaan keempat yang disebut
kekuasaan eksaminatif, yaitu kekuasaan terhadap pemeriksaan keuangan negara. Kekuasaan
eksaminatif di Indonesia berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sesudah
amandemen adalah BPK.