MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Tata Negara
Disusun Oleh:
Kelompok 7
BANDUNG
2023
PEMBAGIAN KEKUASAN MENURUT UNDANG-UNDANG
1. Kekuasaan Eksekutif: Cabang eksekutif dipegang oleh pihak eksekutif pemerintahan, seperti
presiden atau perdana menteri. Fungsi utama cabang eksekutif adalah melaksanakan undang-
undang yang telah disahkan oleh cabang legislatif dan menjalankan kebijakan pemerintah.
Mereka juga bertanggung jawab atas administrasi pemerintahan dan keamanan nasional.
2. Kekuasaan Legislatif: Cabang legislatif adalah badan legislatif seperti parlemen atau kongres
yang bertugas membuat undang-undang baru, mengubah undang-undang yang ada, dan
mengawasi kegiatan pemerintah. Cabang ini berfungsi untuk mewakili kehendak rakyat dan
mengawasi kebijakan yang dijalankan oleh pihak eksekutif.
3. Kekuasaan Yudikatif: Cabang yudikatif terdiri dari sistem peradilan dan pengadilan yang
bertugas menafsirkan undang-undang, menegakkan hukum, dan menjalankan proses hukum
dalam menyelesaikan sengketa. Mereka bertindak sebagai pengawas independen untuk
memastikan bahwa tindakan pemerintah dan undang-undang yang dibuat sesuai dengan
konstitusi dan prinsip-prinsip hukum.
Pembagian kekuasaan menurut UUD secara horizontal biasa dikenal dengan kata “Trias
Politica”. Trias Politica berasal dari bahasa latin yang berarti “kekuasaan politik tiga serangkai;
pembuat undang-undang, pelaksana undang-undang dan kehakiman” Konsep Trias Politica
dikemukakan oleh Montesquieu (Filsuf Preancis - 1748), di mana Trias Politica berasal dari
bahasa Yunani “Tri” yang berarti tiga, “As” yang berarti poros/pusat, dan “Politica” yang
berarti kekuasaan.
Pemisahan antara eksekutif dan legislatif mempunyai fungsi untuk mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan hukum antar negara, sementara itu kekuasaan yudikatif berkaitan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan hukum sipil. Montesquieu menganggap apabila
kekuasaan eksekutif dan legislatif disatukan dalam satu orang atau dalam satu Lembaga maka
tidak akan ada kemerdekaan. Konsep Trias Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa
kekuasaankekuasaan yang sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Lembaga legislatif adalah salah satu dari tiga cabang kekuasaan dalam sistem
pemerintahan Indonesia, selain eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan
untuk merumuskan atau membuat undang-undang yang diperlukan oleh negara. Kekuasaan
untuk membuat undang-undang harus terletah dalam suatu badan khusus untuk itu. Jika
penyusunan undang-undang tidak diletakkan pada suatu badan tertentu , maka akan mungkin
tiap golongan atau tiap orang mengadakan undang-undang untuk kepentingannya sendiri.
a. Fungsi legislasi
Fungsi utama dari lembaga legislatif adalah membuat dan menetapkan undang-
undang sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan. demokrasi secara sederhana merupakan suatu mekanisme untuk
pemilihan dan memberikan kekuasaan kepada pemerintah, bukan satu jenis masyarakat dan
bukan juga seperangkat tujuan moral. Demokrasi merupakan sesuatu yang berat bahkan
mungkin bentuk pemerintahan yang paling rumit dan sulit.
d). Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan
internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya (Binding on
international agreement and treaties or other legal binding documents)
Dalam menjalankan tugasnya, mendapat hak menyususn da mengajukan rancanga,
mengajukan peraturan, menyampaikan usulan dan pendapat, memilih dan dipilih lalu
mendapatkan tunjangan. Legislasi merupakan kewenangan tatanan kelembagaan membuat
undang-undang atau peraturan-peraturan sampai kepada keputusan- keputusan politik di mana
individu-individu mendapatkan kekuasaan untuk memutuskan dengan alat perjuangan
kompetitif bagi suara rakyat. Dalam menjalankan fungsi legislasi, lembaga legislatif berperan
dalam pembuatan peraturan perundang-undangan
b. Fungsi anggaran
Fungsi anggaran DPR diatur dalam Pasal 23 UUD 1945 yang menyatakan,
1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Rancangan undang-undang pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan Dewan
Perwakilan Daerah.
3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
c. Fungsi Pengawasan
Kegiatan pengaturan oleh negara dapat mengurangi hak dan kebebasan warga
negara, membebani harta atau kekayaan warga negara dan mengatur pendapatan dan
pengeluaran oleh penyelenggara negara. Ketiganya perlu dikontrol oleh rakyat sendiri
melalui wakil-wakilnya yang duduk di lembaga legislatif . Apabila tidak dikontrol, maka
kekuasaan di tangan pemerintah dapat terjerumus ke dalam kecenderungan alamiahnya
yaitu menjadi sewenang-wenang.
Dalam praktik, sebenarnya fungsi kontrol atau pengawasan adalah fungsi yang harus
diutamakan karena pada hakikatnya asal mula munculnya konsep parlemen sebagai lembaga
perwakilan rakyat itu sendiri dalam sejarah berkaitan erat dengan kata “le parle” yang
berarti “to speak” yang berarti “berbicara” wakil rakyat itu dalah juru bicara rakyat, yaitu
untuk menyuarakan aspirasi, kepentingan, dan pendapat rakyat.
2) Kekuasaan Eksekutif (Executive Power)
Demikian pula halnya pembagian kekuasaan secara vertikal pada dasarnya bertujuan
untuk membatasi kekuasaan pemerintah (pusat) terhadap pemerintahan daerah. Dengan kata
lain tanpa pembagian kekuasaan secara vertikal tidak mungkin kesewenang-wenangan
pemerintah pusat terhadap daerah dapat dicegah. Tanpa pembagian kekuasaan negara secara
vertikal tidak mungkin ada pemerintahan daerah otonom, yang berarti tidak ada penyerahan
kewenangan dari pemerintah (pusat) kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan umum untuk masyarakatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia
(desentralisasi).
Dengan kata lain penyerahan kewenangan itu terjadi karena adanya pembagian
kekuasaan secara vertikal. Dengan penyerahan kewenangan itu berarti Pusat membatasi
(dibatasi) kekuasaannya untuk tidak lagi mengatur dan mengurus kewenangan yang telah
diserahkan kepada daerah otonom tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kehadiran
lembaga pemerintahan tingkat daerah (desentralisasi) ini sangat diperlukan.
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut,
pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota).
Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang
ditentukan oleh pihak yang ada dipemerintahan pusat.
Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. Pemberian otonomi kepada daerah bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan kepada masyarakat
maupun meningkatkan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Angkasa, N. (2013). Analisis Kedudukan dan Fungsi Yudikatif Sebagai Pemegang Kekuasaan
kehakiman dalam sistem negara hukum di Indonesia. Nizham Vol. 01 No. 01.
Efi Yulistyowati, Endah Pujiastuti, Tri Mulyani. (2016). Penerapan konsep trias politica dalam
sistem pemerintahan republik Indonesia Studi Komparatif atas Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 sebelum dan sesudah Amandemen. Jurnal Dinamika Sosial Budaya,
Volume 18, Nomor 2.
Habibi, M. Y. (2013). pelaksanaan fungsi Legislatif. Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara
Volume 2 Nomor 2.
Ruhenda, Heldi, Hasan Mustafa, M.Andi Septiadi. (2020). Tinjauan Trias Politika Terhadap
Terbentuknya Sistem Politik dan pemerintahan di Indonesia. Journal of Governance
and Social Policy.
Syamsuddin, M. (2018). tinjauan Politik Islam Terhadap Teori Trias Politika. jurnal Hukum
dan Politik Vol. 9 No. 1.
Tutik, Titik Triwulan, 2007, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial sebagai