Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336888959

Kewenangan Pemerintah yang Bersumber dari Peraturan Perundang-


Undangan

Article · October 2019

CITATIONS READS

0 1,593

4 authors, including:

Retiya Susanti
Universitas Sriwijaya
11 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Retiya Susanti on 30 October 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Kewenangan Pemerintah yang Bersumber dari Peraturan Perundang-Undangan

Retiya Susanti

FISIP, Ilmu Administrasi Publik Universitas Sriwijaya 2018


retiyasusanti@gmail.com

Abstrak
Dalam prinsip Negara hukum yang menjadi sumber kewenangan dapat dilihat pada
konstitusi yang memberikan legitimasi kepada badan-badan publik untuk melakukan
fungsinya. Dalam melaksanakan fungsinya pemerintah untuk mendapatkan kewenangan yang
bersumber dari kekuasaan yang berasal dari peraturan perundang-undangan. Melalui undang-
undang parlemen sebagai pembentuk undang-undang yang mewakili rakyat untuk ikut
menentukan kewajiban apa yang pantas bagi warga masyarakat. Berdasarkan kewenangan
legislasi oleh lembaga legislative dan peraturan perundang-undangan serta berdasarkan
kewenangan atribusi, delegasi, dan mandat oleh pemerintah dalam menjalankan tugas dan
fungsi publiknya. Overregulasi yang terjadi di Indonesia selama ini berkaitan dengan
kewenangan menteri membuat peraturan umum dan abstrak disebabkan oleh klausula norma
yang terdapat dalam setiap undang-undang produk legislasi legislatif. Menteri memperoleh
kewenangan atribusi dalam undang-undang tersebut. Padahal secara teoritis, batas
kewenangan atribusi hanya dapat dimiliki oleh presiden selaku kepala pemerintahan,
sedangkan menteri hanya terbatas pada kewenangan delegasi. Dampak terhadap penataan
regulasi menjadi tidak tertata, saling tumpang tindih, kontradiktif, dan bahkan menghasilkan
kontraproduktif terhadap pelayanan publik. Kewenangan yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan tersebut diperoleh melalui atribusi, delegasi dan mandat. Wewenang
tersebut tidak hanya berlaku kepada organ pemerintah tetapi juga kepada para pegawai.

Kata kunci : Atribusi, Delegasi dan Mandat.

Pendahuluan
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 dalam pasal 5 ayat 22
menjelaskan tentang atribusi adalah pemberian kewenangan kepada badan dan/atau pejabat
pemerintahan oleh undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 atau undang-
undang dan dalam pasal 5 ayat 23 menjelaskan tentang delegasi adalah pelimpahan
kewenangan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan
dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi. Serta dalam pasal 5 ayat 24 mandat adalah
pelimpahan kewenangan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada
badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggungjawab dan tanggung
gugat tetap berada pada pemberi mandat.
Dalam kajian hukum administrasi, mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang
organ pemerintahan ini penting, karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum
(rechtelijke verantwording) dalam penggunaan wewenang tersebut, seiring dengan salah satu
prinsip dalam negara hukum; ”geen bevoegheid zonder verantwoordelijkheid atau there is no
authority without responsibility” (tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban). Sumber
kewenangan dapat dilihat pada konstitusi setiap negara yang memberi suatu legitimasi kepada
badan-badan publik untuk dapat melakukan fungsinya.
Perwujudan dari fungsi pemerintahan sebagaimana dikemukakan diatas, itu nampak
pada tindakan pemerintahan(besturrshandelingen) yang dalam banyak hal merupakan wujud
dari tindakan yang dilakukan oleh organ-organ maupun badan pemerintahan. Dalam
melaksanakan fungsinya (terutama berkaitan dengan wewenang pemerintahan), Pemerintah
mendapatkan kekuasaan atau kewenangan itu bersumber dari kekuasaan yang diberikan oleh
undang-undang. Wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan.
Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.Wewenang
sekaligus berarti hak dan kewajiban. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan
wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku,
dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat
dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal
yang dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting
dalam kajian hukum tata negara dan hkum administrasi negara. Begitu pentingnya kedudukan
kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menyebut sebagai konsep inti
dalam hukum tata negara dan hokum administrasi negara.1
Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan negara, agar negara dapat
menyelenggarakan pemerintahan dengan baik, maka(organ) negara harus diberi kekuasaan.
Adanya kekuasaan tersebut, negara dapat bekerjasama, berkiprah melayani warga negaranya
dan memandang kekuasaan dari sumbernya. Kekuasaan dapat besumber dari kekerasan fisik,
kekayaan dan kepercayaan. Kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek
hukum, sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum saja. Artinya kekuasaan dapat
bersumber dari konstitusi dan inkonstitusi, misalnya melalui kudeta ataupun perang,
sedangkan kewenangan pasti bersumber dari konstitusi. Di dalam kewenangan terdapat
wewenang-wewenang tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintahan,
tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanan tugas, dan pembentukan wewenang serta
distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam undang-undang dasar.

1
Ridwan HR. “Hukum Administrasi Negara”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006). Hlm. 99.
Pembahasan
Hukum mengatur dan memberi wewenang kepada administrasi Negara untuk
menyelenggarakan tugas servis publik. Seiring dengan pilar utama Negara hukum yaitu asas
legalitas(legaliteitsbeginsel atau het begiensel van wetmatigheid van bestuur), maka
berdasarkan prinsip ini bahwa wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-
undangan yang artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-
undangan. Menurut Philipus Hadjon(1997,130) kewenangan membuat keputusan hanya dapat
diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan atribusi atau dengan delegasi. Atribusi adalah
wewenang yang melekat pada suatu jabatan, sedangkan delegasi adalah pemindahan atau
pengalihan suatu kewenangan yang ada. Maksud dari atribusi dan delegasi ini adalah untuk
mengetahui atau memeriksa apakah sutu badan berwenang atau tidak untuk
menyelenggarakan suaru kewenangan dalam membuat keputusan, harus berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan formal bila keputusan yang dibuat memberikan kewajiban
kepada masyarakat.2
Dalam pelimpahan wewenang pemerintahan melalui atribusi, menurut Indirahto bahwa
atribusi terjadi pemberian wewenang baru. Legislator yang kompeten untuk memberikan
atribusi wewenang pemerintahan dibedakan menjadi yang berkedudukan sebagai original
legislator, dimana pada tingkat pusat adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi dan DRR
bersama-sama pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-undang dan tinglat daerah
adalah DPR dan pemerintah daerah yang melahirkan peraturan daerah. Serta yang bertindak
segadai delegated legislator, sebagai presiden yang berdasarkan pada suatu ketentuan undang-
undang mengeluarkan peraturan pemerintah kepada badan atau jabatan tata usaha Negara
tertentu.3 Atribusi bisa diartikan sebagai pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat
undang-undang kepada organ pemerintah. Dimana pemberian wewenang tersebut berasal dari
undang-undang yang membuat undang-undang melalui DPR dan presiden yang menghasilkan
undang-undang kementerian Negara Nomor 39 Tahun 2008 yang dijadikan dasar pemberian
kewenangan pemerintah agar presiden mempunyai dasar hukum bagaimana cara menentukan
menteri-menteri.
Dalam pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi terdapat beberapa syarat
yang harus diperhatikan: Delegasi harus definitive dan pemberi delegasi(delegans) tidak dapat
lagi menggunakan wewenang yang telah dilimpahkan. Delegasi harus berdasarkan ketentuan
perundang-undangan, delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan kepegawaian
tidak diperkenankan. Adanya kewajiban mempertanggungjawabkan dari penerima
delegasi(delegetaris) kepada delegans. Delegans dapat memberikan instruksi tentang
penggunaan wewenang tersebut kepada delegatari. Delegasi kewenangan merupakan
pelimpahan atau penyerahan kewenangan yang telah ada dari badan/lembaga/pejabat Negara
kepada badan/lembaga/pejabat Negara yang lain, yang perlu diperhatikan bahwa kewenangan
itu semula ada pada badan/lembaga/pejabat yang menyerahkan atau melimpahkan wewenang
2
Jum Aggriani. “Hukum Administrasi Negara”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). Hlm. 89.
3
Ridwan HR. Op. Cit. Hlm. 101.
tersebut(delegansi) dan dengan adanya penyerahan tersebut, maka(delegentaris), jadi tidak
diciptakan wewenang baru.4
Sedangkan dalam pelimpahan wewenang pemerintahan melalui mandat merupakan
bentuk pelimpahan kekuasaan, tetapi tidak sama dengan delegasi. Karena,
mandataris(penerima mandate) dalam melaksanakan kekuasaannya tidak bertindak atas
namanya sendiri, tetapi atas nama si pemberi kuasa, karenanya yang bertanggungjawab adalah
si pemberi kuasa. Contohnya mandagari dengan Dirjen atau Irjennya, dimana
menteri(mandans) menugaskan Dirjen/Irjennya(mandataris) untuk atas nama Mandagri untuk
melakukan suatu tindakan hkum dan mengeluarkan keputusan-keputusan TUN tertentu. Jadi,
yang berwenang dan bertanggungjawab tetap ada pada menteri. Dalam hal mandate, menteri-
menteri dapat sewaktu-waktu memberikan petunjuk-petunjuk umum maupun khusus kepada
manadataris dalam rangka pelaksanaan tugas yang dimandatkan. Menteri juga sewaktu-waktu
dapat mengambil keputusan sendiri.5
Perbedaaan Mandat dan Delegasi

MANDAT DELEGASI
Dalam hubungan rutin Dari suatu organ pemerintahan
a.Prosedur pelimpahan atasan bawahan: hal biasa kepada orang lain: dengan
kecuali dilarang secara tegas peraturan perundang-undangan
b. Tanggung jawab dan Tanggung jawab dan tanggung
Tetap pada pemberi mandat
tanggung gugat gugat beralih kepada delegataris
Tidak dapat menggunakan
Setiap saat dapat
c. Kemungkinan si wewenang itu lagi kecuali
menggunakan sendiri
pemberi menggunakan setelah ada pencabutan dengan
wewenang yang dilimpahkan
wewenang itu lagi berpegang pada asas “contrarius
itu
actus”

Dalam kepustakaan terdapat pembagian mengenai sifat wewenang pemerintah yakni


terikat, fakultatif dan bebas terutama dalam kaitannya dengan kewenangan pembuatan dan
penerbitan keputusan-keputusan(beschikkingen) oleh organ pemerinthan, sehingga dikenal
ada keputusan yang bersifat terikat dan bebas. Indroharto mengatakan bahwa pertama,
wewenang pemerintah yang bersifat mengikat terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan
kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan
dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil, dengan
kata lain, terjadi apabila peraturan dasar yang menetukan isi dari keputusan yang harus diamil
secara rinci, maka wewenang pemerintahan semacam itu merupaakan wewenang yang terikat.
Kedua, wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau penjabat tata usaha Negara yang
bersangkutan tidak wajib menetapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilhan,
sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya. Ketiga, wewenang bebas ketika
4
Jum Anggraini. Op. Cit. Hlm. 91.
5
Jum Anggraini. Op. Cit. Hlm. 92.
peraturandasarnya memberi kebebasan member kebebasan kepada badan atau pejabat tata
usaha Negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan
dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberika ruang lingkup kebebasan kepada pejabat
tata usaha Negara yang bersangkutan.6

Meskipun pemerintah diberikan kewenangan bebas namun. Dalam Negara hukum pada
dasarnya tidak terdapat kebebasan dalam arti yang seluas-luasnya atau kebebasan tanpa batas,
sebab dalam suatu Negara hukum baik penyerahan wewenang, sifat dan isi wewenang, mapun
pelaksanaan wewenang tunduk pada batasan-batasan yuridis. Mengenai penyerahan
wewenang dan sebaliknya, terdapat aturan-aturan hokum tertulis dan tidak tertulis. Di
samping itu di dalam Negara hokum juga dianut prinsip bahwa setiap penggunaan kewenanan
pemerintah harus disertai dengan pertanggungjawaban hukum. Terlepas dari bagaimana
wewenang itu diperoleh dan apa isi dan sifat wewenang serta bagaimana
mempertanggungjabkan wewenang tersebut, yang pasti bahwa wewenang merupakan faktor
penting dalam hubungannya dengan masalah pemerintahan, karena berdasarkan pada
wewenang inilah pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan hukum di bidang
publik(publiekrechtshandeling).7
Terkait dengan kewenangan seseorang dalam menjalankan jabatannya, maka
kewenangan tersebut selalu diikuti dengan pertanggungjawaban setelah menjalankan
kewenangan. Berdasarkan ilmu hukum perdata, dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi
dua macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian, dikenal dengan
pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on fault) dan
pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang dikenal (lilability without fault) yang dikenal
dengan tanggung jawab risiko atau tanggung jawab mutlak (strick liabiliy).

Kesimpulan

Bahwa wewenang yang diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari
peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, organ pemerintah memperoleh kewenangan
secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu perundang-undangan. Dalam hal
atribusi, penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang
ynag sudah ada, dengan tanggungjawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang
diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang(atributaris). Delegasi tidak ada
penciptaan wewenang yang ada hanya pelimpahan wewenang dari pejaat yang satu kepada
pejabat lain dan tanggungjawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi(delegans),
tetapi beralih pada penerima delegasi(delegaris). Sedangkan mandat hanya bertindak atas
nama pemberi mandate(mandans), tanggungjawab akhir keputusan yang diambil mandataris
tetap berada pada manadans. Hal ini karena, oenerima mandate bukan pihak lain dari pemberi
mandat.

6
Ridwan HR. Op. Cit. Hlm. 108.
7
Ridwan HR. Op. Cit. Hlm. 109.
DAFTAR PUSTAKA

HR, Ridwan. “Hukum Administrasi Negara”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006). Hlm.
99.

Aggriani, Jum. “Hukum Administrasi Negara”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). Hlm. 89.

Muhammad Zainul Arifin, Understanding The Role Of Village Development Agency In


Decision Making,Kader Bangsa Law Review,http://ojs.ukb.ac.id/index.php/klbr,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, The Theft Of Bank Customer Data On Atm Machines In Indonesia,
International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET),
http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/IJMET_10_08_018/IJMET_1
0_08_018.pdf ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Studi Kasus Desa Datar Balam Kabupaten Lahat), Jurnal Fiat Justicia,
http://journal.ukb.ac.id/journal/detail/288/implementasi-peraturan-pemerintah-pp-
-nomor-8-tahun-2016-tentang-dana-desa-yang-bersumber-dari-anggaran-
pendapatan--dan-belanja-negara--studi-kasus-desa-datar-balam-kabupaten-lahat ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad zainul Arifin, Penerapan Prinsip Detournement De Pouvoir Terhadap Tindakan
Pejabat Bumn Yang Mengakibatkan Kerugian Negara Menurut Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Jurnal Nurani,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2741/2070 ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi Daerah Di
Indonesia, Lex Librum : Jurnal Ilmu Hukum,
http://www.lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/138/pdf ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin
Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan, Jurnal Thengkyang,
http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Hala
man%20%201-21 ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Memfasilitasi
Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap Perusahaan Di Indonesia, Jurnal
Nurani, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2740/2072,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Suatu Pandangan Tentang Eksistensi Dan Penguatan Dewan
Perwakilan Daerah, Jurnal
Thengkyang,http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/articl
e/view/6/4 ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Kajian Tentang Penyitaan Asset Koruptor Sebagai Langkah
Pemberian Efek Jera, Researchgate.net,
https://www.researchgate.net/publication/333701113_KAJIAN_TENTANG_PEN
YITAAN_ASSET_KORUPTOR_SEBAGAI_LANGKAH_PEMBERIAN_EFEK
_JERA_Oleh ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Freeport Dan Kedaulatan Bangsa,
https://www.academia.edu/38881838/Freeport_Dan_Kedaulatan_Bangsa,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Memulai Langkah Untuk Indonesia, Researchgate,
https://www.researchgate.net/publication/333700909_MEMULAI_LANGKAH_
UNTUK_INDONESIA_1,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=idhttps://unsri.
academia.edu/MuhammadZainulArifinhttps://www.researchgate.net/profile/Muha
mmad_Arifin

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai