ABSTRACT
Government authority is a basic concept in the legal system that regulates the rights
and responsibilities of the government in carrying out its duties. Attribution refers
to the constitutional determination of authority, while delegation involves the
delegation of responsibility by the government to another entity or institution.
Mandate is key in understanding the involvement of third parties in carrying out
government duties. This article details these concepts, highlighting the dynamics of
the relationship between authority, attribution, delegation, and mandate in the
context of government structures.
ABSTRAK
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Kewenangan yang didapat dari atribusi mutlak berasal dari amanat undang-
undang yang secara eksplisit langsung terdapat dari redaksi undang-undang atau
pasal tertentu (Fitri, 2019), dan penerima atribusi dapat memperluas bidang atribusi
dan memperluas wewenang baru yang telah didapat sejauh tidak melewati bidang
kewenangan, kewenangan atribusi akan tetap lekat selama tidak ada perubahan
peraturan perundang-undangan, secara mutlak tanggung jawab dan tanggung gugat
kepada penerima atribusi, hubungan hukum wewenang antara pembentuk undang-
undang dengan organ/badan pemerintahan, sedangkan dalam delegasi tidak dapat
menciptakan dan memperluas wewenang yang ada hanya pelimpahan wewenang
dari organ/badan dan atau pejabat pemerintahan lain dan secara yuridis tanggung
jawab delegasi berpindah dari pemberi ke penerima delegasi. Penerima delegassi
bertanggung jawab kepada pemberi delegasi serta dapat dicabut atau ditarik
kembali jika terdapat penyalahgunaan dan atau penyimpangan yang dilakukan oleh
penerima delegasi, berdasar kewenangan atribusi yang diberikan oleh pemberi
delegasi kepada penerima delegasi (delegataris), mandat yaitu diperoleh dari
pelimpahan wewenang yang diberikan dari pemberi mandat kepada penerima
mandat (mandataris) biasanya terdapat di dalam intern pemerintahan biasa terjadi
antara atasan dan bawahan kemudian mandat dapat ditarik kembali atau digunakan
1Khazanah Hukum, Vol. 2 No. 3: 92-99. KEWENANGAN ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT.
(diakses pada tanggal 3 november 2023/13.45)
sewaktu-waktu oleh pemberi kewenangan sedangkan tanggungjawab dan tanggung
gugat berada pada pemberi mandat. 2
A. Atribusi
2 ibid
Pentingnya konsep ini terletak pada kejelasan perbedaannya dengan
wewenang delegasi dan mandat. Konsep yang digunakan harus mampu
membedakan dengan tegas antara wewenang atribusi, yang melekat pada jabatan,
dengan wewenang delegasi yang merupakan pengalihan sebagian wewenang, serta
mandat yang merupakan arahan tertulis untuk melaksanakan tugas atau keputusan.
Dengan demikian, adanya konsep baku untuk wewenang atribusi tidak hanya
memberikan landasan hukum yang jelas, tetapi juga mencegah kebingungan antara
berbagai bentuk wewenang dalam konteks hukum dan administrasi.
B. Delegasi
Syarat delegasi
➢ Harus definitive
➢ Harus didasarkan peraturan perundang-undangan
3Philipus M Hadjon, Kebutuhan akan Hukum Administrasi Umum, dalam Hukum Administrasi dan
Good Governance, (Jakarta :Universitas Trisakti, 2012),hlm.21
➢ Tidak dilakukan kepada bwahan
➢ Kewajiban memberikan keterangan penjelasan oleh delegalitas
kepada delegasi
➢ Ada kemungkinan wewenang yang dilimpah ditarik kembali jika
badan/organ yang menerima pelimpahan wewenang TIDAK BISA
melaksakan (asas contrario actus, harus didahului dengan
pencabutan dengan peraturan yang setara atau lebih tinggi).
c. Mandat
Jadi salah satu ciri dari pelimpahan dalam bentuk mandat ini adalah
kewenangan dari si pemberi mandat dapat diturunkan tidak hanya satu layer ke
bawah, namun dapat diturunkan beberapa layer ke bawah. Sebagai contoh, Menteri
Keuangan dapat memberikan mandat langsung kepada Kepala Seksi ataupun
kepada pelaksana sekalipun dalam hal diperlukan.
Namun demikian pelimpahan dalam bentuk mandat ini dalam hal sudah
dimandatkan dari pemberi mandat kepada penerima mandat, maka si penerima
mandat tidak dapat melimpahkan kewenangan itu kepada pihak lain (berhenti
kepada si penerima mandat).
b. tanggung jawab jabatan dan tanggung jawab gugat tetap ada pada si pemberi
mandat;
c. tanggung jawab pribadi karena mal-administrasi (antara lain melawan hukum,
penyalahgunaan wewenang, gratifikasi dll), menjadi tanggungjawab pelaku (tidak
ada vicarious liability, tidak ada superior respondeat);
e. bentuk dari tata naskah dinasnya biasanya berupa a.n., u.b., a.p.
D. KEWENANGAN PEMERINTAH
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kewenangan itu haruslah jelas
diatur secara jelas dan ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan yang
berlaku. Hal ini berarti bahwa, perolehan dan penggunaan wewenang daerah dalam
pengaturan tata ruang laut pada wilayah kepulaun hanya dapat dilakukan apabila
daerah berdasarkan ketentuan perundang-undangan memiliki kewenangan untuk
itu, sebagaimana dikemukakan oleh Philipus M. Hadjo 9yakni, bahwa :
KESIMPULAN
Kewenangan atribusi akan tetap lekat selama tidak ada perubahan peraturan
perundang-undangan, secara mutlak tanggung jawab dan tanggung gugat kepada
penerima atribusi, hubungan hukum wewenang antara pembentuk undang-undang
dengan organ/badan pemerintahan, sedangkan dalam delegasi tidak dapat
menciptakan dan memperluas wewenang yang ada hanya pelimpahan wewenang
dari organ/badan dan atau pejabat pemerintahan lain dan secara yuridis tanggung
jawab delegasi berpindah dari pemberi ke penerima delegasi.
Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Ridwan HR, Jakarta 2002