Anda di halaman 1dari 7

3

KONSEP KEWENANGAN DALAM


HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Legitimasi yang dimiliki oleh setiap Penyelenggara Negara,


Pejabat Negara, dan Pejabat Pemerintahan merupakan
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Kewenangan
ini mengakibatkan aparat pemerintah diakui dan dipatuhi oleh
rakyatnya. Kewenangan atau wewenang yang diberikan oleh
undang-undang kepada aparat pemerintah harus memiliki
legitimasi dari rakyat supaya rakyat tertib.
“Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal,
kekuasaa yang berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh
Undang-Undang) atau dari Kekuasaan Eksekutif/Administratif.
Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang
tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan
(atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang
hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam

1
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 2

kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah


kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik.”
Kewenangan dapat diperoleh dari 3 (tiga) cara, yakni
diperoleh secara atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan
atribusi diperoleh melalui Undang-Undang, kewenangan non-
atributif diperoleh dari mandat ataupun delegasi. Produk hukum
dapat dibuat oleh Pejabat Publik yang memiliki kewenangan yang
diperoleh dari kewenangan non-atributif untuk melaksanakan
pemerintahan.

Pengertian Kewenangan

Istilah wewenang dalam Hukum Administrasi Negara


merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi, karena wewenang
sekaligus menjadi batasan kekuasaan untuk berbuat sesuatu dan
tidak berbuat sesuatu. Secara umum wewenang dalam Hukum
Administrasi Negara adalah Kekuasaan menggunakan
sumberdaya untuk mencapai tujuan organisasi dan secara umum
tugas di definisikan sebagai kewajiban atau suatu pekerjaan yg
harus dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya.
Istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang sering
ditemukan dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan
ilmu hukum. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan
kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah
kewenangan, demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan
sering disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang
memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule and the
ruled).
Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan
kekuasaan. Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan
wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan
merupakan unsur esensial dari suatu Negara dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya,
yaitu: a) hukum; b) kewenangan (wewenang); c) keadilan; d)
kejujuran; e) kebijakbestarian; dan f) kebajikan.
RISPA NGINDANA 3

Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu


aspek politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya
beraspek hukum semata. Artinya, kekuasaan itu dapat bersumber
dari konstitusi, juga dapat bersumber dari luar konstitusi
(inkonstitusional), misalnya melalui kudeta atau perang,
sedangkan kewenangan jelas bersumber dari konstitusi.
Kewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang. Istilah
wewenang digunakan dalam bentuk kata benda dan sering
disejajarkan dengan istilah “bevoegheid” dalam istilah hukum
Belanda.
Menurut Philipus M. Hadjon, “dalam hukum tata negara
wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai kekuasaan
hukum (rechtsmacht). Jadi dalam konsep hukum publik,
wewenang berkaitan dengan kekuasaan.
F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan AR berpendapat
“Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband opgevad als het
vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus
rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead
en te scheppen” (kewenangan pemerintah dalam kaitan ini
dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum
positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum
antara pemerintahan dengan waga negara).
Ferrazi Mendefinisikan kewenangan sebagai hak untuk
menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi
pengaturan (regulasi dan standarisasi), pengurusan (administrasi)
dan pengawasan (supervisi) atau suatu urusan tertentu.
Dari berbagai pengertian kewenangan sebagaimana tersebut
di atas, penulis berkesimpulan bahwa kewenangan (authority)
memiliki pengertian yang berbeda dengan wewenang
(competence). Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang
berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang adalah suatu
spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek
hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka
ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam
kewenangan itu.
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 4

Jenis-Jenis Kewenangan Hukum Administrasi


Negara

Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi)


pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata (riil),
mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputisan selalu
dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara
atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi menunjuk pada
kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada
kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan
wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat
tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian
wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama
pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi
mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama
mandator (pemberi mandat).
Dalam kaitan dengan konsep atribusi, delegasi, ataupun
mandat, J.G. Brouwer dan A.E. Schilder, mengatakan:
a) with atribution, power is granted to an administrative
authority by an independent legislative body. The power is initial
(originair), which is to say that is not derived from a previously
existing power. The legislative body creates independent and
previously non existent powers and assigns them to an authority.
b) Delegation is a transfer of an acquired atribution of power from
one administrative authority to another, so that the delegate (the body
that the acquired the power) can exercise power in its own name.
c) With mandate, there is not transfer, but the mandate giver
(mandans) assigns power to the body (mandataris) to make decision
or take action in its name.
Artinya:
a) Dengan atribusi, daya diberikan kepada otoritas
administratif oleh badan legislatif independen. kekuasaan
adalah awal (originair), yang mengatakan bahwa tidak berasal
dari kekuatan yang sudah ada sebelumnya. Badan legislatif
menciptakan kekuatan ada yang independen dan sebelumnya
non dan memberikan mereka ke otoritas.
RISPA NGINDANA 5

b) Delegasi adalah transfer atribusi diperoleh kekuasaan


dari satu kewenangan administratif ke yang lain, sehingga
delegasi (tubuh yang mengakuisisi kekuatan) dapat
menjalankan kekuasaan atas namanya sendiri.
c) Dengan mandat, ada tidak mentransfer, tapi mandat
pemberi (Mandans) memberikan kekuatan untuk tubuh
(Mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil
tindakan dalam namanya. J.G. Brouwer berpendapat bahwa
atribusi merupakan kewenangan yang diberikan kepada suatu
organ (institusi) pemerintahan atau lembaga Negara oleh
suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini
adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada
sebelumnya. Badan legislatif menciptakan kewenangan
mandiri dan bukan perluasan kewenangan sebelumnya dan
memberikan kepada organ yang berkompeten.
Delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari
kewenangan atribusi dari suatu organ (institusi) pemerintahan
kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang telah
memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas
namanya, sedangkan pada Mandat, tidak terdapat suatu
pemindahan kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator)
memberikan kewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk
membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas
namanya.
Ada perbedaan mendasar antara kewenangan atribusi dan
delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang ada siap dilimpahkan,
tetapi tidak demikian pada delegasi. Berkaitan dengan asas
legalitas, kewenangan tidak dapat didelegasikan secara besar-
besaran, tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan
hukum menentukan menganai kemungkinan delegasi tersebut.
Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada
(konstitusi), sehingga kewenangan tersebut merupakan
kewenangan yang sah. Dengan demikian, pejabat (organ) dalam
mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan
tersebut. Stroink menjelaskan bahwa sumber kewenangan dapat
diperoleh bagi pejabat atau organ (institusi) pemerintahan dengan
cara atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan organ (institusi)
pemerintah adalah suatu kewenangan yang dikuatkan oleh
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 6

hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya. Tanpa


kewenangan tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan yuridis
yang benar.

Kesimpulan
Legitimasi yang dimiliki oleh setiap Penyelenggara Negara,
Pejabat Negara, dan Pejabat Pemerintahan merupakan
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Wewenang
dalam hukum administrasi negara merupakan kekuasaan
menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi dan
juga kemampuan untuk bertindak sesuai dengan kekuasaan yang
sah. Berdasarkan azaz legalitas dalam Hukum Administrasi
Negara bahwasanya semua perbuatan pejabat administrasi harus
didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan dan sumber-sumber wewenang itu ada 3
yaitu yang pertama atribusi, pemberian kewenangan pada badan
atau lembaga/pejabat negara tertentu baik oleh pembentuk
Undang-Undang Dasar maupun pembentuk Undang-Undang.
Yang kedua delegasi, adalah penyerahan atau pelimpahan
kewenangan dari badan/lembaga pejabat tata usaha Negara lain
dengan konsukuensi tanggung jawab beralih pada penerima. Dan
yang ketiga mandat, adalah pelimpahan kewenangan dan
tanggung jawab masih dipegang oleh Pemberi Mandat.
Konsekuensi yuridis wewenang yang dimiliki seorang pejabat
akan berbeda apabila wewenang tersebut bersumber dari
pelimpahan wewenang (delegasi) maupun penugasan (mandat).

Soal Latihan
1) Jelaskan konsep kewenangan!
2) Jelaskan perbedaan atribusi, delegasi dan mandat!
3) Berikan contoh penerapan atribusi, delegasi dan
mandate!

Referensi
RISPA NGINDANA 7

A. Gunawan Setiardja. 1990. Dialektika Hukum dan Moral dalam


Pembangunan Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Kanisius.
Miriam Budiardjo. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
Marbun, Moh. Mahfud MD, SF. 2009. Wewenang dalam hukum
administrasi negara.
Jakarta : Airlangga.
Ridwan, H.R. 2002. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Suwoto Mulyosudarmo. 1990. Kekuasaan dan Tanggung Jawab
Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi
Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan,
Surabaya: Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai