Anda di halaman 1dari 12

KEWENANGAN PEMERINTAH

Penulis : Fikky Agus ernanda


Npm : 71220111148
Dosen pengampu : DR. Mukidi SE.,SH,.MH
Asas Legalitas dan Wewenang Pemerintah

“dat het bestuur aan de wet is


onderworpen”

Bahwa pemerintah tunduk kepada undang-undang.

“het legaliteitsbeginsel houdt in dat alle


(algemene) de burgers bindende bepalingen op
de wet moeten berusten

Asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan


yang mengikat warga negara harus didasarkan pada
undang-undang
Asas Legalitas dan Wewenang Pemerintah

Berdasarkan definisi dari asas legalitas diatas tadi maka dapat kita simpulkan bahwa segala tindakan
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Tindakan pemerintah akan berakibat
tidak sah jika bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pemerintah hanya memiliki kewenangan tertentu sepanjang diberikan dan berdasarkan undang-undang.
Undang-undang secara umum mengikat segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan dapat disimpulkan bahwa kewenangan itu harus
memiliki dasar perundang-undangan dan juga bahwa kewenangan itu isinya ditentukan normanya oleh
undang-undang.
Hubungan Asas Legalitas dengan Demokrasi

BERKAITAN ERAT
Asas Legalitas Gagasan Demokrasi

MENGHASILKAN

Gagasan demokrasi menuntut agar setiap agar setiap bentuk undang-undang dan
berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin
memperhatikan kepentingan rakyat. Sehingga setiap undang-undang yang dibuat
berdasarkan kepentingan rakyat dan dalam prosedur pembentukan undang-undang
melibatkan dan memperoleh persetujuan dari rakyat melalui wakil di parlemen.
Kewenangan Pemerintah

• Kewenangan (authority) adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh Badan dan atau pejabat
administrasi atau penyelenggara negara lainnya untuk bertindak dalam laporan hukum publik
yang meliputi beberapa wewenang.
• Kewenangan menurut Prof. Prajudi Atmosudirjo merupakan kekuasaan terhadap segolongan
orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat.

• Sumber Kewenangan, Kewenangan pejabat administrasi berasal dari undang-undang yang dibuat
oleh legislatif melalui suatu legitimasi yang demokratis.
Cara Diperolehnya Kewenangan :

Pertama, melalui atribusi, yaitu pemberian


kewenangan yang baru berasal dari konstitusi
dan atau undang-undang.

Kedua, melalui delegasi, yaitu pemindahan


atau pengalihan suatu kewenangan yang ada.

Ketiga, melalui pemberian mandat, yaitu


kewenangan yang diberikan oleh suatu organisasi
pemerintahan kepada orang lain untuk mengambil
keputusan atas nama pemberi mandat.
Kewenangan yang dimiliki pemerintah dalam rangka
menjalankan Good Governance dapat melalui 2 (dua) hal, yaitu:

1.Asas Legalitas (berdasar peraturan perundang-undangan)


2.Freies Ermessen
Asas Legalitas

Asas Legalitas dimaknai sebagai setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan. Artinya sebelum tindakan itu diambil harus ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur terlebih dahulu tentang tindakan yang diambil tersebut. Kewenangan
seperti ini bersumber dari:

Delegasi, yaitu pelimpahan


Mandat, yaitu pelimpahan
Atribusi, yaitu kewenangan dari Badan
kewenangan dari Badan
pemberian kewenangan dan/atau Pejabat
dan/atau Pejabat Pemerintahan
kepada Badan dan/atau Pemerintahan yang lebih tinggi
yang lebih tinggi kepada Badan
Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau
dan/atau Pejabat Pemerintahan
oleh Undang-Undang Pejabat Pemerintahan yang
yang lebih rendah dengan
Dasar Negara Republik lebih rendah dengan tanggung
tangung jawab dan tangung
Indonesia Tahun 1945 jawab dan tanggung gugat
gugat tetap berada pada
atau Undang-Undang. beralih sepenuhnya kepada
pemberi mandat.
penerima delegasi.
Freies Ermessen

Freies Ermessen berasal dari kata Frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat dan merdeka.
Ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga dan memperkirakan. Sehingga Freies
Ermessen diartikan orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan
mempertimbangkan sesuatu. Dalam kaitannya dengan pemerintahan, Freies Ermessen diartikan
sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan
administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-
undang (Marcus Lukman, 1996: 205)

Dalam UU RI No. 30 Tahun 2014 kewenangan bebas (freies ermessen) ini disebut dengan istilah
diskresi. Dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 2014 dinyatakan “Diskresi adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
Freies Ermessen

Pemerintah tidak boleh terhalang dalam memberikan pelayanan yang baik dan cepat kepada
masyarakat dengan alasan tidak atau belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang hal tersebut. Dalam hal inilah, pemerintah akan menggunakan kewenangan bebas (freies
ermessen) dengan berdasarkan kepada Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik.

Berdasarkan kepada Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik.


Walaupun pemerintah diberikan kewenangan bebas (freies ermessen) atau diskresi, namun penggunaannya harus
memenuhi syarat-syarat, yaitu:
a. Sesuai dengan tujuan diskresi, yaitu:
-Melancarkan penyelenggaraan pemerintahan
-Mengisi kekosongan hukum
-Memberikan kepastian hukum dan
-Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan kepentingan umum
Freies Ermessen

b. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


c. Sesuai dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik
d. Berdasarkan alasan-alasan yang obyektif
e. Tidak menimbulkan konflik kepentingan dan
f. Dilakukan dengan ektikad baik

Di samping syarat-syarat tersebut, freies ermessen juga memiliki unsur-unsur, yaitu:


a. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik.
b. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara.
c. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum
d. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri
e. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang timbul secara tiba-
tiba.
f. Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan maupun secara hukum
(Sjachran Basah, 1992: 68)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai