Berdasarkan definisi dari asas legalitas diatas tadi maka dapat kita simpulkan bahwa segala tindakan
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Tindakan pemerintah akan berakibat
tidak sah jika bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pemerintah hanya memiliki kewenangan tertentu sepanjang diberikan dan berdasarkan undang-undang.
Undang-undang secara umum mengikat segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan dapat disimpulkan bahwa kewenangan itu harus
memiliki dasar perundang-undangan dan juga bahwa kewenangan itu isinya ditentukan normanya oleh
undang-undang.
Hubungan Asas Legalitas dengan Demokrasi
BERKAITAN ERAT
Asas Legalitas Gagasan Demokrasi
MENGHASILKAN
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap agar setiap bentuk undang-undang dan
berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin
memperhatikan kepentingan rakyat. Sehingga setiap undang-undang yang dibuat
berdasarkan kepentingan rakyat dan dalam prosedur pembentukan undang-undang
melibatkan dan memperoleh persetujuan dari rakyat melalui wakil di parlemen.
Kewenangan Pemerintah
• Kewenangan (authority) adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh Badan dan atau pejabat
administrasi atau penyelenggara negara lainnya untuk bertindak dalam laporan hukum publik
yang meliputi beberapa wewenang.
• Kewenangan menurut Prof. Prajudi Atmosudirjo merupakan kekuasaan terhadap segolongan
orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat.
• Sumber Kewenangan, Kewenangan pejabat administrasi berasal dari undang-undang yang dibuat
oleh legislatif melalui suatu legitimasi yang demokratis.
Cara Diperolehnya Kewenangan :
Asas Legalitas dimaknai sebagai setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan. Artinya sebelum tindakan itu diambil harus ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur terlebih dahulu tentang tindakan yang diambil tersebut. Kewenangan
seperti ini bersumber dari:
Freies Ermessen berasal dari kata Frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat dan merdeka.
Ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga dan memperkirakan. Sehingga Freies
Ermessen diartikan orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan
mempertimbangkan sesuatu. Dalam kaitannya dengan pemerintahan, Freies Ermessen diartikan
sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan
administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-
undang (Marcus Lukman, 1996: 205)
Dalam UU RI No. 30 Tahun 2014 kewenangan bebas (freies ermessen) ini disebut dengan istilah
diskresi. Dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 2014 dinyatakan “Diskresi adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
Freies Ermessen
Pemerintah tidak boleh terhalang dalam memberikan pelayanan yang baik dan cepat kepada
masyarakat dengan alasan tidak atau belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang hal tersebut. Dalam hal inilah, pemerintah akan menggunakan kewenangan bebas (freies
ermessen) dengan berdasarkan kepada Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik.