Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANGGI

NIM : 20110035
SEMESTER :3
MAPEL : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAK/JURUSAN : HUKUM/ILMU HUKUM
DOSEN : GRESS SELLY, SH.,MH

TUGAS : RESUME

 PENGERTIAN FREIES ERMESSEN


Dalam Negara Welfare State atau Negara kesejahteraan tugas administrasi Negara
menjadi sangat luas dan beraneka ragam corak dan bentuknya guna tercapainya suatu
masyarakat yang sejahtera, oleh karena itu pemerintah ikut serta/campur tangan dalam segala
lapangan kehidupan masyarakat. Secara bahasa Freies Ermessen, Frei artinya : bebas,
merdeka, tidak terikat Ermessen : menilai, memperimbangkan sesuatu Artinya kepada
Administrasi Negara diberikan kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri melakukan
perbuatan-perbuatan guna menyelesaikan persoalanpersoalan yang mendesak dengan cepat
guna kepentingan umum/ kesejahteraan umum.
Jadi Freies Ermessen bertujuan untuk kesejahteraan umum yang merupakan
keputusan administrasi Negara untuk tercapainya suatu tujuan/ sasaran dan berbeda dengan
keputusan hakim yang bertujuan menyelesaikan suatu sengketa sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku.
Pemberian Freies ermessen kepada administrasi Negara untuk kesejahteraan umum, tapi
dalam kerangka Negara hukum. Freies Ermessen ini tidak boleh digunakan tanpa batas dan
tidak boleh disalahgunakan, untuk itu unsure-unsur Freies Ermessen adalah :
1. Dilakukan untuk kepentingan umum/ kesejahteraan umum.
2. Dilakukan atas inisiatif administrasi Negara itu sendiri.
3. Untuk menyelesaikan masalah konkrit dengan cepat yang timbul secara tibatiba.
4. Tindakan itu dimungkinkan oleh hukum
Contoh : Polisi lalu lintas menyelesaikan masalah kemacetan lalu lintas dengan
mengalihkan/ mengatur kendaraan melanggar rambu lalu lintas.

 PERBUATAN MELAWAN HUKUM DARI SEGI ADMINISTRASI NEGARA


Keputusan pemerintahan itu dibuat dengan maksud untuk menyelenggarakan
hubungan-hubungan dalam lingkungan alat negara sendiri (keputusan pemerintahan intern)
maupun untuk menyelenggarakan hubunganhubungan antara alat negara yang membuatnya
dengan seorang partikelir atau badan privat atau antara dua atau lebih alat negara (keputusan
pemerintahan ekstern).
Apabila dalam menjalankan fungsi administrasinya terjadi pelanggaran hukum atas
perbuatan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa badan atau pejabat pemerintahan itu telah
melakukan perbuatan melanggar hukum atau saat belum disahkannya RUU AP banyak yang
menyebutnya dengan onrechtmatige overheidsdaad. Akan tetapi dalam perkembangan
hukum administrasi negara selanjutnya terjadi dikotomi terhadap pengertian onrechtmatige
overheidsdaad tersebut.
Sebagaimana dijabarkan oleh Paulus Effendie Lotulung, dengan mengacu pada ketentuan
Pasal 44 RUU AP, gugatan perdata yang didasarkan pada P.M.H.P (Perbuatan Melanggar
Hukum oleh Penguasa atau dalam istilah bahasa belanda dikenal dengan onrechtmatige
overheidsdaad yang selama ini menjadi kompetensi di peradilan umum, selanjutnya akan
dilimpahkan kewenangan memeriksa dan mengadilinya pada peradilan administrasi negara
atau peradilan tata usaha negara. Sehingga kelak peradilan tata usaha negara di Indonesia
akan ada 2 (dua) jenis atau macam gugatan, yaitu :
1. gugatan pembatalan suatu keputusan badan atau pejabat pemerintahan atas dasar
pelanggaran perundang-undangan yang berlaku dan pelanggaran asas-asas umum
pemerintah yang baik.
2. gugatan ganti rugi material maupun immaterial atas dasar tindakan badan atau pejabat
pemerintahan yang menimbulkan kerugian material maupun immaterial menurut undang-
undang ini.
Dengan demikian, inti pokok yang menjadi pokok gugatan (objectum litis) jenis bagian
Pertama ialah pembatalan suatu keputusan tata usaha negara, sedangkan jenis bagian Kedua
ialah tuntutan sejumlah uang ganti rugi. Selanjutnya, beliau menyatakan apabila
dibandingkan dengan sistem peradilan tata usaha negara yang berlaku di Perancis, maka
tampak adanya kemiripan antara sistem di Indonesia pada waktu yang akan datang dengan
sistem yang berlaku di Perancis pada waktu sekarang. Hal ini disebabkan, dalam perkara-
perkara gugatan yang diajukan di peradilan tata usaha negara, dibedakan adanya 2 (dua) jenis
perkara yang berdiri sendiri-sendiri, yaitu :
1. Gugatan Pembatalan Surat Keputusan (recours d‟annulation des actes administratifs)
2. Gugatan Ganti Rugi Pertanggungan Jawab Penguasa/Pejabat. (recours d‟indemnites
de la responsabilite de la puissance publique) Oleh karenanya, di Indonesia akan
terjadi perluasan kewenangan atau kompetensi yurisdiksi peradilan tata usaha negara.
Oleh karenanya, di Indonesia akan terjadi perluasan kewenangan atau kompetensi
yurisdiksi peradilan tata usaha negara. Lain halnya, Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri
Djatmiati termasuk kalangan ahli hukum yang tidak sependapat dengan menjumbuhkan
istilah onrechtmatige overheidsdaad dengan sengketa administrasi negara yang berupa
tindakan faktual, karena terdapat perbedaan-perbedaan yang mencolok antara onrechtmatige
overheidsdaad dan sengketa administrasi negara yang berupa tindakan faktual, dan akan
terjadi suatu kontradiksi oleh karena sengketanya adalah sengketa administrasi negara tapi
hukum materiilnya adalah Pasal 1365 Burgelijk Wetboek (BW).
Dengan demikian, mengacu pada RUU AP khususnya pada ketentuan Pasal 4 dan
pendapat kedua ahli hukum administrasi negara diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum oleh badan atau pejabat pemerintahan adalah
pelanggaran hukum terhadap semua keputusan dan atau tindakan faktual administrasi
pemerintahan yang dilakukan oleh badan atau pejabat pemerintahan yang diberikan
wewenang menyelenggarakan urusan pemerintahan, dengan karekteristik sengketa hukum
publik dan tolok ukur keabsahan suatu keputusan dan atau tindakan faktual tersebut adalah
dari aspek legalitas peraturan perundang-undangan maupun asas umum pemerintahan yang
baik.
Mengenai siapa saja badan atau pejabat pemerintahan yang berwenang mengeluarkan
keputusan dan / atau tindakan faktual tersebut, yaitu dengan melihat badan atau pejabat
pemerintahan tersebut bertugas dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan berdasarkan
wewenang melalui atribusi dan / atau delegasi dan / atau mandat berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, termasuk di dalamnya seperti : otorita, lembaga
pendidikan, pengelola kawasan, notaris, BUMN atau BUMD.
Terhadap dua dikotomi pengertian diatas, menurut penulis istilah onrechtmatige
overheidsdaad tidak dapat secara serta merta atau mutlak disamakan pengertiannya dengan
perbuatan melanggar hukum oleh badan atau pejabat pemerintahan, karena meskipun
onrechtmatige overheidsdaad merupakan pengembangan arti dari onrechtmatige daad atau
perbuatan melanggar hukum, akan tetapi pengertian ―overheids‖ yang secara etimologis
diartikan ―penguasa‖ atau ―pemerintah‖ sangatlah terlalu luas. Sebagaimana telah penulis
urai sebelumnya, pengertian ―pemerintah‖ ada dalam arti luas maupun dalam arti sempit.
Sedangkan pengertian ―penguasa‖ dapat dijumbuhkan dengan pengertian pemerintah dalam
arti luas yang tindakan hukumnya tidak selalu berupa perbuatan hukum publik dalam ranah
hukum administrasi negara. Jadi dalam ruang lingkup hukum administrasi negara, untuk lebih
tegasnya tetap menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia, yaitu perbuatan melanggar
hukum oleh badan atau pejabat pemerintahan.
Selain pengertian secara terminologi, yang tidak kalah pentingnya adalah membahas
pengertian ―onrechtmatige” atau ―melanggar hukum‖ ini meliputi apa saja. Menurut
penulis, pengertian melanggar hukum tersebut, selain melanggar hukum tertulis yaitu norma-
norma yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, juga melanggar hukum tidak
tertulis. Pelanggaran hukum tidak tertulis di sini, termasuk pelanggaran terhadap asas-asas
umum pemerintahan yang baik atau asas-asas hukum nasional, hak asasi manusia, serta
hukum yang tumbuh dan berkembang yang memiliki nilai atau norma kesusilaan dalam
masyarakat.
 PEMISAHAN KEKUASAAN DAN KEWENANGAN

istilah administrasi dalam Ilmu Administrasi Negara meliputi seluruh kegiatan negara.
Sedangkan istilah administrasi dalam Hukum Administrasi “Negara” hanya terbatas pada
lapangan bestuur, yaitu lapangan kegiatan negara di luar legislatif dan yudisiil. Dengan
demikian arti administrasi dalam hukum adminstrasi “Negara” berbeda dengan pengertian
administrasi dalam Ilmu Administrasi Negara. Disamping itu administrasi negara merupakan
cabang dari administrasi umum. Oleh karena itu dalam Ilmu Administrasi Negara, tambahan
atribut “Negara” bersifat mutlak untuk membedakannya dari istilah administrasi niaga. Untuk
menambahkan atribut “Negara” dalan konsep Hukum Administrasi sebenarnya tidak
diperlukan lagi karena dalam istilah administrasi sudah terkandung konotasi pemerintahan
atau negara.

Untuk mengukur luas bidang hukum administrasi biasanya para ahli berpangkal pada
ajaran Trias Politica. Dalam salah satu bentuk teoritis dikenal dengan teori residu oleh C. Van
Vollenhoven yang menyatakan bahwa segala yang tidak termasuk fungsi perundang-
undangan (legislatif) dan fungsi peradilan (yudisiil) ialah fungsi pemerintahan. Teori residu
tersebut berkaitan erat dengan sejarah lahirnya hukum administrasi. Dilihat dari sejarahnya
dapat disimpulkan bahwa hukum administrasi baru timbul sejak terjadinya pemisahan
kekuasaan negara menjadi tiga jenis, sehingga bidang hukum administrasi mengatur di luar
kekuasaan legislatif dan yudisiil yang berarti tidak sekedar kekuasaan eksekutif, tapi lebih
luas dari itu.
Dalam literatur dinyatakan bahwa kekuasaan pemerintah (bestuur) yang menjadi obyek
hukum administrasi adalah kekuasaan negara di luar kekuasaan legislatif dan yudisiil. Dalam
konsep bestuur terkandung konsep sturen yang terdiri atas unsur-unsur: (1) kegiatan kontiniu
atau terus menerus, (2) penggunaan kekuasaan yang berlandaskan azas negara hukum, azas
demokrasi, dan azas instrumental, (3) bidang di luar eksekutif dan yudisiil, dan (4) diarahkan
pada suatu tujuan.

Anda mungkin juga menyukai