Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agus Salim

NIM : 201010250494
Kelas : 03Hukm001
Mata kuliah : Hukum Tata Negara

JAWAB

1. Sejarah Hukum Administrasi Negara di Indonesia


Hukum Indonesia berkiblat ke Negara Belanda sebagai mantan negara penjajah
bangsa ini, sehingga perubahan hukum yang terjadi di sana juga mempengaruhi
pandangan bangsa Indonesia tentang hukum di Indonesia.
Perkembangan hukum di negara Belanda setelah perang dunia ke ll, menganggap
perlu untuk memisahkan HAN dari HTN, hal ini dikarenakan perkembangan HAN yang
cepat sehingga memerlukan pengkajian tersendiri yang terlepas dari induknya hukum
tata negara. Universitas swasta Nederland yang mula-mula memisahkan mata kuliah
HAN dari HTN dengan guru besar pertamanya: Mr. Vegting pada tahun 1946. Baru 2
tahun kemudian, universitas negeri di Leiden mengikuti jejak Universitas Nederland
memisahkan mata kuliah HAN dari HTN.
Di Indonesia, pada tahun 1947 terjadi pemisahan HAN dari HTN berdasarkan Stb.
1947 no. 170 pasal 34 tentang peraturan universitas. Pemisahan ini dengan alasan:
HAN semakin berkembang sehingga memerlukan penyelidikan tersendiri. Sebelum
tahun 1946 nama mata kuliahnya adalah Staatsen Administratief recht (HTN dan
HAN), setelah tahun 1946 dipisah menjadi: Staatsrecht (HTN) yang diajar oleh Prof.
Resink, dan Administra tiefrecht (saat itu namanya msih HTP) diajar oleh: Mr. W.F.
Prins. (lihat S.Prayudi Atmosudirjo, 1995)
Pada mulanya pemakaian istilah untuk HAN berbeda-beda yaitu HTUN, HTP dan
HAN, tetapi dalam perkembangan selanjutnya yang biasanya dipergunakan adalah:
HAN, walaupun tidak menutup kemungkinan penggunaan nama lainnya. Menurut
Prayudi, HTUN adalah: bagian HAN yang bertitik berat pada hukum birokrasi. Tata
usaha negara dalam arti modern lahir di Eropa Barat dalam abad ke-17 dan
menimbulkan birokrasi modern. Sedangkan HTP bagian dari HAN yang mengatur
seluk beluk dari penyelenggaraan pemerintahan
Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel (embel-embel atau tambahan)
dari Hukum Tata Negara. Badan-badan kenegaraan tanpa Hukum Tata Negara
adalah lumpuh karena mereka tidak diberi kekuasaan atau kekuasaannya itu tidak
menentu dan badan kenegaraan tanpa Hukum Administrasi Negara adalah bebas
karena mereka dapat menggunakan kekuasaannya itu sekehendak hatinya saja. Jadi,
badan-badan kenegaraan itu memperoleh wewenangnya dari Hukum Tata Negara
dan badan-badan kenegaraan itu menggunakan wewenangnya itu harus berdasarkan
atau sesuai dengan Hukum Administrasi Negara (azas negara hukum).
2. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hal-hal yang menyangkut
kepentingan umum seperti misalnya pembunuhan itu diatur oleh hukum publik
karena menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Hukum publik adalah
hukum yang mengatur hubungan antara negara selaku pemerintah dengan
pribadi. Jika negara menagih pajak, maka hukum publiklah yang mengaturnya,
karena dalam penagihan pajak negara bertindak selaku pemerintah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam suatu negara bisa aman, tentram dan
damai itu disebabkan karena adanya hukum yang mengatur didalam negara
tersebut dan adanya kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Kedudukan pemerintah dalam hukum publik,


Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan pemerintahan haruslah
berdasarkan pada hukum yang berlaku. Dalamnegara hukum, hukum
ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan,
pemerintahan, dan kemasyarakatan. Sementara tujuan negara hukum itu
sendiri adalahterciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan yang bertumpu padakeadilan, kedamaian, dan kemanfaatan.
Eksistensi hukum publik diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan
hakekat kekuasaan, tujuan, dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga
bagaimana bentuk-bentuk sanksinya bilamana terjadi pelanggaran di dalam
pemerintahan. Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi
jabatan 1. Menurut E. Utrecht oleh diwakili penjabat, maka jabatan itu berjalan.
Yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan ialah
penjabat. Jabatan bertindak dengan perantaraan penjabatnya. P. Nicolai dan
kawan-kawan menyebutkan bahwa : "kewenangan yang diberikan kepada
organ pemerintahan harus dijalankan oleh manusia. Tenaga dan pikiran
mereka yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi organ tersebut yaitu para
penjabat.

Terlepas dari diskursus teoritis tentang perbedaan antara badan hukum publik
dan privat, kenyataannya badan hukum privat juga terlibat dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun dalam beberapa Undang-Undang,
salah satunya Undang-Undang No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Negara
hampir tidak menyebutkan secara tegas tentang kedudukan badan hukum
privat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Akan tetapi dalam Pasal 1 angka
19 dan 20 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 mengenai Izin dan Konsesi,
hal ini jelas memperlihatkan adanya suatu legitimasi kepada badan hukum
privat untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam kegiatan
administrasi negara atau pemerintahan, pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dalam kenyataannya tidak hanya dijalankan oleh suatu jabatan
pemerintahan yang telah dikenal secara konvensional, tetapi juga oleh badan-
badan swasta. Hal ini sebagaimana diuraikan oleh Philipus M. Hadjon, et.al,
(2008 : 70-71), bahwa oleh karena wewenang publik hanya dimiliki oleh
“penguasa”, maka setiap orang maupun badan yang memiliki hukum publik
harus dimasukan sesuai definisinya. Dengan kata lain, setiap orang atau badan
yang memiliki wewenang publik meski tidak termasuk dalam daftar
nomenklatur Konstitusi ataupun peraturan perundang-undangan, baik pusat
maupun daerah, harus dimasukkan dalam desentralisasi (fungsional). Apa
yang diuraikan oleh Hadjon, et.al, tersebut diatas menarik sebab setiap badan
hukum yang terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan, harus
dikategorikan sebagai badan hukum publik meski bukan dalam pengertian
berkedudukan sebagai lembaga negara. Akan tetapi dalam kenyataannya
eksistensi suatu badan hukum (bukan mengenai tindakan hukum dari suatu
badan hukum), apakah dikategorikan sebagai badan hukum publik atau privat
secara paradigmatik masih dapat dipersoalkan. Misalnya mengenai BUMN
yang selama ini status BUMN adalah Persero sehingga secara otomatis diatur
dan dikuasai berdasarkan hukum privat, walaupun pengaturan ataupun
pendiriannya didasarkan pada hukum publik.

3. Sumber Dan Tata Cara Pemerintah Dalam Memperoleh Wewenang


Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu: atribusi, delegasi dan
mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian
kekuasaan negara oleh Undang-Undang Dasar atau ditetapkan oleh Undang-
Undang, kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal
dari pelimpahan, seperti contoh
Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:
a) Diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau
Pejabat. Pemerintahan lainnya;
b) Ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan/atau
Peraturan. Daerah; dan.
c) Merupakan Wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah ada.

Asas legalitas merupakan asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, jika sebelumnya perbuatan tersebut belum
diatur terlebih dahulu dalam undang-undangan. Asas ini tidak boleh berlaku surut,
artinya tidak boleh mempidanakan seseorang, apabila perbuatannya belum ada
aturannya.

4. Asas Legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai
dasar dalam setiap penyelengaraan pemereintahan dan kenegaraan disetiap
negara hukum terutama negara-negara hukum dalam sistem kontinental.

Salah satu contoh implementasi dari hak dan kewajiban dalam rezim
perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009. Undang-Undang KUP mengatur mengenai hak dan kewajiban Wajib
Pajak serta kewenangan dan kewajiban Fiskus dalam hubungan hukum di
bidang perpajakan. Beberapa kewenangan yang ditegaskan dalam Undang-
Undang KUP antara lain berupa kewenangan negara untuk melakukan
pemeriksaan pajak, mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi,
mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar,
memutuskan permohonan keberatan Wajib Pajak baik dikabulkan atau
ditolak, melakukan pemeriksaan bukti permulaan, melakukan penyidikan
untuk tindak pidana di bidang perpajakan. Kewenangan yang diberikan
kepada negara (Fiskus) merupakan kewenangan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan perpajakan.

5. pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara (daerah negara)


atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu Negara (seperti kabinet
merupakan suatu pemerintah). Kemudian pemerintahan adalah perbuatan
(cara, hal , urusan dan sebagainya) memerintah.

Anda mungkin juga menyukai