Anda di halaman 1dari 12

Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di

Indonesia
 Admin I  Jul 31, 2017  Kebangsaan

Indonesia sebagai negara hukum tentunya memiliki hukum untuk mengatur prilaku warga negara
dan penduduknya. Penegasan indonesia sebagai negara hukum tertuang dalam Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara
hukum".

Mengingat pentingnya materi berkaitan dengan negara hukum, pada kesempatan kali ini kita
akan membahas tentang Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia. Sebelum
membahas tentang konsep negara hukum dan implementasinya di indonesia, pertama-tama
mari kita bahas terlebih dahulu apa itu negara hukum ?

Pengertian Negara Hukum


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law. Reechstaat itu
sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh
karena itu, konstitusi dan Negara (hukum) adalah dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Secara sederhana, yang dimaksud Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan


pemerintahannya didasar atas hukum. Didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun juga harus dilandasi oleh hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan juga harus berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. (Mustafa Kamal Pasha,2003).

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang
menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa
susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang baik.

Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi sehingga
terdapat istilah supremasi hukum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar
hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.

Konsep Negara Hukum


Konsep Negara Hukum

Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum dalam arti sempit atau
negara hukum formil. Pada penjelasan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa negara hukum
merupakan terjemahan dari istilah Rule of Law atau Rechtsstaat. Istilah Rechtsstaat diberikan
oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli
hukum Anglo Saxon.

Konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui
pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan
administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.

Namun ahli hukum Anglo saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal
atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau pemerintahan oleh
hukum atau government of judiciary.
A. V. Dices dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan unsur-unsur / ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut.
1. Terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.

2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk pejabat atau
rakyat biasa.

3. Supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa


seseorang hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.

Adapun F. Julius Sthal dan dan Imanuel Kant dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.
1. Hak-hak asasi manusia.

2. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

4. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai manusia yang


biasa dikenal sebagai Trias Politika.

Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.

Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara
hukum, yakni:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya negara tidak
dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu mempunyai
hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah
diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparatnya.
3. Pemisahan Kekuasaan. Bertujuan agar hak asasi betul-betul terlindungi adalah dengan
pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan
melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.

Sedangkan menurut Mustafa Kamal Pasha (2003), menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas dari
sebuah negara hukum, yaitu:
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM

2. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.


3. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.

Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap Contoh

Kemudian yang terakhir adalah menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, beliau berpendapat
bahwa ada dua belas ciri penting dari negara hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)

2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)

3. Pembatasan Kekuasaan.

4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)

5. Perlindungan Hak Asasi Manusia

6. Asas legalitas. (Due Process of Law)

7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)

8. Peradilan Tata Usaha Negara.

9. Peradilan bebas dan tidak memihak.

10. Organ-organ Penunjang yang Independen.

11. Transparansi dan Kontrol Sosial.

12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)

Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon adalah
keduanya mengakui adanya "Supremasi Hukum / Supremacy of Law". Perbedaannya adalah
pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga
siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama. Sedangkan
nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Itulah tadi konsep negara hukum berdasarkan pandangan dari para ahli hukum Eropa
Kontinental dan para ahli hukum Anglo Saxon, selanjutnya kita akan membahas implementasi
negara hukum di indonesia sehingga kita bisa tahu apakah indonesia itu negara hukum ?

Implementasi Negara Hukum di Indonesia


Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara
hukum". Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan
kebijakan pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan/sesuai dengan hukum.
Dengan ketentuan demikian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan
dan arogansi kekuasaan. Hukumlah yang memegang kekuasaan dan memimpin
penyelenggaraan negara, sebagaimana konsep nomocratie, yaitu kekuasaan dijalankan oleh
hukum.

Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Sedangkan
UUD 1945 merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila.
Jadi Pancasila dapat kita sebut sebagai konsep hukum negara Indonesia, karena Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga
dasar-dasar penyelenggaraan negara yang disusun dalam UUD 1945 tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila.

Baca Juga : Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum dan
Demokrasi

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan memenuhi
unsur-unsur Negara Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di implementasikan
dan dipenuhi oleh indonesia lengkap dengan penjelasannya:

1. Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)


Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan di
dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang
Tubuhnya. Pembukaan UUD 1945 alenia pertama menyatakan sikap bangsa Indonesia yang
anti penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena kemerdekaan adalah hak
asasi setiap bangsa yang tidak dapat dirampas oleh bangsa lain.

Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan dalam
pasal-pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus berkembang telah
diamandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali. Perbedaan rumusan hak asasi
manusia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen adalah adanya judul Bab tentang
Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang sebelumnya tidak ada serta jumlah pasal dan ayat
yang mengatur hak asasi manusia yang bertambah banyak.

2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan lain apapun
Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan".

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa
pun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan ekonomi.

3. Adanya pembatasan kekuasaan


Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu adanya
pembatasan kekuasaan penyelenggaraan negara. Di dalam UUD 1945 telah diatur tentang
wewenang penyelenggaraan negara.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan dengan membagi dan memisahkan cabang-cabang
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan tersebut saling
mengawasi dan mengimbangi. Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-
undang, Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang, Badan
yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-undang, memeriksa dan
megadilinya.

4. Asas Legalitas
Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang sah dan
tertulis. Demikian pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada aturan hukum yang
sudah ada sebelum perbuatan seseorang tersebut dilakukan.

Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara lain
Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung". Sesuai pasal tersebut Presiden dalam menerima atau
menolak permohonan grasi tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun grasi merupakan hak
prerogatif Presiden dalam hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena hukum (UUD 1945)
menegaskan bila memberi grasi harus memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah Agung.

Pada dasarnya, perkembangan asas legalitas eksistensinya diakui dalam KUHP Indonesia baik
asas legalitas formal (Pasal 1 ayat (1) KUHP) maupun asas legalitas materiil (Pasal 1 ayat (3)
RUU KUHP Tahun 2008).
Kesimpulan
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila telah memenuhi unsur-unsur negara
hukum diantaranya adanya pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, peradilan yang
bebas dan tidak memihak, pembatasan kekuasaan, dan asas legalitas.

Secara tertulis Indonesia adalah negara hukum dan sudah memenuhi unsur-unsur negara
hukum. Akan tetapi belum sempurna dalam pelakasaannya. Masih banyak hambatan-hambatan
yang perlu kita cari pemecahan masalahnya, dan bersama-sama dengan kesadaran diri untuk
bertidak sesuai hukum yang berlaku.

Sekian artikel mengenai Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia. semoga


artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar
menambah wawasan tentang konsep negara hukum, negara hukum, pengertian negara hukum
dan pengertian rule of law, Terimakasih atas kunjungannya.

Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia


MARKIJAR : MARi KIta belaJAR

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Negara Hukum

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law. Reechstaat itu sendiri
dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu,
konstitusi dan Negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Secara sederhana, yang dimaksud Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan
pemerintahannya didasar atas hukum. Didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun juga  harus dilandasi oleh hukum,kekuasaan menjalankan
pemerintahan juga harus berdasarkan kedaulatan hukum.

Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi sehingga ada
istilah supremasi hokum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu
keadilan, kemanfaatan dan kepastian.
NEGARA HUKUM: PENERAPAN KONSEP DAN PRINSIP NEGARA HUKUM DI INDONESIA

Dalam mempelajari negara hukum maka perlu dibedakan antara Negara dan Bangsa. Bangsa adalah
kumpulan manusia yang terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Dengan
demikian bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama
dan menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses dalam suatu wilayah (Indonesia).
Sedangkan Negara adalah suatu persekutuan yang melaksanakan suatu pemerintahan melalui
hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk ketertiban sosial. Dalam suatu Negara
diperlukan suatu aturan untuk membatasi kekuasaan para pemimpin agar tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Aturan tersebut disebut hukum.

Istilah hukum di Indonesia sering diterjemahkan Rechtstaat atau Rule of Law. Istilah Rechtstaat mulai


populer abad ke tujuh belas sebagai akibat situai sosial politik Eropa yang didominir oleh
absolutisme. Paham ini dikembangkan oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan Friedrich Julius Stahl.
Sedangkan paham Rule of Lawmulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada tahun 1885. Paham ini
bertumpu pada sistem Hukum Anglo Saxon atau Common Law System.

Dalam sebuah Negara konsep mendasar adalah menentukkan pondasi dasar Negara itu sendiri.
Indonesia sebagai suatu negara hukum (Rechtstaat atau Rule of Law). Hal ini tercermin dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke empat Pasal 1 ayat (3) yang mangatakan bahwa
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum“. Selain itu Indonesia juga disebut negara Demokrasi yang
tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke empat Pasal 1 ayat (2) yang
mengatakan bahwa ”Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Konsekuesi bahwa Indonesia adalah negara hukum bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara
adalah hukum.

Pemikiran tentang negara hukum sebenarnya sudah sangat lama, keberadannya bahkan lebih dulu
dari ilmu negara ataupun ilmu kenegaraan. Cita negara hukum mulanya dikemukakan oleh Plato
yang kemudian dipertegas oleh Aristoteles. Ide negara hukum telah lama dikembangkan oleh filusuf
dari zaman Yunani Kuno. Pemikiran negara hukum merupakan gagasan modern yang multi-
perspektif dan selalu aktual.

Pada masa Yunani Kuno pemikiran tentang negara hukum dikembangkan oleh Plato (429-374 SM)
dan Aristoteles (384-322 SM). Konsep negara hukum menurut Aristoteles adalah negara yang berdiri
diatas hukum yang menjamin keadilan bagi warga negaranya. Pada abad pertengahan pemikiran
tentang negara hukum lahir sebagai perjuangan melawan kekuasaan absolut para raja. Istilah negara
hukum itu berasal dari abad sembilan belas, tetapi gagasan negara hukum itu tumbuh dalam abad
tujuh belas. Gagasan itu tumbuh di Inggris dan merupakan latar belakang dari Glorius Revolution
1688 M. Gagasan itu merupakan timbal balik dari reaksi terhadap kerajaan yang absolut dan
dirumuskan dalam piagam yang terkenal “Hill Of Right 1689 (Great Britain)“ yang berisi hak dan
kebebasan dari warga negara serta peraturan pengganti raja di Inggris.

Pada jaman modern konsep negara hukum di dominasi dengan sitem Eropa Continental dan Anglo
Saxon. Konsep negara hukum di Eropa kontinental digunakan dengan menggunakan istilah Jerman
yaitu“Rechtstaat“ antara lain Immanuel Kant, Paul Labane, Julios Stahl, Fichte, dsb. Sedangkan
tradisi Anglo Amerika konsep negara hukum dikembangkan dengan konsep Rule of Law yang
dipelopori oleh A.V. Dicey. Selain itu konsep negara hukum juga terkait dengan istilah
nomokrasi (Nomocratie) berarti dalam penyelenggaraan kekuasaan negara ádalah hukum. Immanuel
Kant memberikan gambaran tentang negara hukum sebagai penjaga malam artinya tugas negara
hanya menjaga saja, hak-hak rakyat jangan diganggu atau di langgar, mengenai kamakmuran rakyat
negara tidak boleh ikut campur.

Menurut Immanuel Kant ada dua pokok yang senantiasa menjadi inspirasi perkembangan prinsip-
prinsip negara hukum adalah masalah pembatasan kekuasaan oleh para penguasa dan perlindungan
hak asasi manusia. Sedangkan menurut Friedrich Julius Stahl bahwa unsur negara hukum yang perlu
dilindungi yaitu perlindungan hak asasi manusia.

Ada lima macam konsep negara hukum menurut Prof. Dr. H. M. Tahir Azhary dalam bukunya Negara
Hukum,[1] berikut kelima macam konsep tersebut beserta penjelasannya: 1.) Negara hukum
menurut al-Qur’an dan al-Sunnah 2.) Negara hukum menurut konsep Eropa
Kontinental (rechtsstaat) 3.) Konsep rule of law 4.) Suatu konsep yang disebut dengan socialist
legality 5.) Konsep negara Hukum Pancasila

Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar
hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, pertama: hubungan antara yang
memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma
objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah, kedua: norma objektif itu harus memenuhi
syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide
hukum. Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum:[2] 1.) Demi kepastian
hokum 2.) Tuntutan perlakuan yang sama 3.) Legitimasi demokrasi 4.) Tuntutan akal budi.

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan
hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum,
tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara
adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan
hukum. Unsur-unsur Negara Hukum: 1.) Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia 2.) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin
hak-hak itu 3.) Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan 4.) Adanya
peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan pemerintahannya.

Indonesia menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara, dan UUD 1945
sebagai bagian dari hukum dasarnya (konstitusi). Pancasila sebagai sumber dari segala sumber,
hanyalah terbatas pada pengertian dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Tap
MPRS No. XX/MPRS/1966 juncto Tap MPR No. V/MPR/1973 juncto Tap MPR No. IX/MPR/1978.[3]

Prinsip negara hukum senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kompleksnya kehidupan masyarakat di era global, menuntut
pengembangan prinsip-prinsip negara hukum. Negara hukum ádalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya  didasarkan atas hukum. Karena itu pemerintah dan lembaga-lembaga
lain dalam melaksananakan tindakan harus dilandasi oleh hukum dan bertanggung jawab secara
hukum.

Sistem hukum rechtstaat adalah sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-
ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sitematis yang ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim
dalam penerapannya. Hampir 60% negara Indonesia menganut sistem ini. Konsep rechtstaat
bertumpu pada asas legalitas dalam kerangka adanya aturan perundang-undangan yang tertulis dan
menitik beratkan kepastian. Pendekatan yang ditekankan adalah keadilan berdasarkan hukum dalam
artian yang seluas-luasnya.

Indonesia adalah Negara hukum pancasila. Negara hukum pancasila merupakan negara hukum yang
berdasarkan Pancasila. Konsepsi negara hukum pancasila di Indonesia dengan konsep negara hukum
yang digunakan di negara lain memiliki perbedaan. Konsep negara hukum pancasila memiliki
identitas sendiri. Konsep negara hukum yang dimiliki oleh suatu negara sangat dipengaruhi oleh
falsafah hidup berbangsa dan bernegara yang dianut oleh masyarakat di negara tersebut. Sedangkan
identitas negara hukum Indonesia bersumber dari nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup
berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep negara hukum Indonesia adalah negara hukum
pancasila. Unsur-unsur negara hukum Pancasila, antara lain: adanya perlindungan terhadap Hak
Asasi Manusia, adanya pemisahan kekuasaan, penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan (hukum) dan adanya peradilan Tata Usaha Negara dan supremasi
hukum.

Adanya unsur perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum pancasila dapat dilihat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan
bahwa Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Ketentuan mengenai perlindungan terhadap hak asasi manusia selanjutnya diatur
dalam batang dan peraturan perundang-undangan.

Adanya pemisahan kekuasaan sebagai salah satu unsur dalam negara hukum, juga terjadi di
Indonesia. Ketentuan mengenai pemisahakan kekuasaan tersebut juga diatur dalam batang tubuh
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan pembagian kekuasaan
negara ke dalam beberapa lembaga kekuasaan, diantaranya adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Presiden dan Wakil Presiden (eksekutif), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kekuasaan Kehakiman.

Selanjutnya, penyelenggaraan kekuasaan atau pemerintahan didasarkan pada peraturan perundang-


undangan. Di Indonesia lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan dibatasi kekuasaannya oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap lembaga kekuasaan memiliki tugas,
kewenangan dan fungsinya masing-masing yang telah diatur dalam undang-undang.
Penyelenggaraan kekuasaan dan pemerintahan harus tunduk pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku tersebut.

Unsur negara hukum yang terakhir, yakni adanya peradilan tata usaha negara merupakan peradilan
yang bertujuan untuk melindungi hak dan kepentingan setiap individu dalam masyarakat dari
adanya kecenderungan hegemoni negara atau pemerintah dalam menyelenggarakan kekuasaannya.
Peradilan tata usaha negara di Indonesia diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.
Hukum di Indonesia merupakan landasan terhadap penyelenggaraan seluruh kekuasaan negara.
Untuk menegaskan bahwa segala perilaku dan kekuasaan harus tunduk terhadap peraturan
perundang-undangan, maka dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945, disebutkan bahwa segala warga negara memiki kedudukan yang sama dihadapan hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa negara Indonesia memenuhi unsur-unsur untuk disebut
sebagai negara hukum. Karakteristik Negara Hukum Pancasila, Negara hukum Indonesia yang
bersumber dari nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia memiliki
karakteristik tersendiri. Hal tersebut tentu saja hanya dapat dipahami bila kita mendalami kebiasaan-
kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Indonesia serta semangat perjuangan yang
mengiringi pendirian negara Indonesia. Karakteristik sebagaimana disebutkan diatas, menjadi
identitas tersendiri bagi negara hukum Pancasila.Wallahu a’lam bis shawab.

[1] Prof. Dr. H. Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa
Kini (Jakarta: Kencana, 2007), 83-84.

[2] Ibid., 77.

[3] Marzuki Wahid, Fiqh Madzhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di Indonesia (Yogyakarta:
LkiS, 2001), 47

Anda mungkin juga menyukai