I. Negara Hukum
Aristoteles merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum
yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu
perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang baik.
Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan
keadilan bagi pergaulan antar warga negaranya. maka menurutnya yang memerintah
Negara bukanlah manusia melainkan pikiran yang adil. Penguasa hanyalah pemegang
hukum dan keseimbangan saja.
Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, Negara Indonesia berdasar atas
hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat). Jadi jelas bahwa
cita-cita Negara hukum (rule of law) yang tekandung dalam UUD1945 bukanlah sekedar
Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum yang didambakan bukalah hukum
yang ditetapkan semata-mata atas dasar kekeuasaan, yang dapat menuju atau
mencerminkan kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang demikian bukanlah hukum
yang adil (just law), yang didasarkan pada keadilan bagi rakyat.
populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan pemisahan atau
pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau pembagian
kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak dapat
diminimalkan.
Di samping itu, konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi
manusia melalui pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat
terdapat lembaga peradilan administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang
berdiri sendiri.
Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal
atau menganut apa yang disebut dengan The Rule Of The Law atau pemerintahan oleh
hukum atau government of judiciary.
Menurut A.V.Dicey, Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok :
1. Supremacy Of Law
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi
tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada
kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan
hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan.
Hukum harus menjadi tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat.
2. Equality Before The Law
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum
adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur
pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka
orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada prinsipnya
Equality Before The Law adalah tidak ada tempat bagi backing yang salah, melainkan
undang-undang merupakan backine terhadap yang benar.
3.
Human Rights
Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu :
a. The rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk
melakukan sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang
lain.
2
b.
2.
terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
Pemisahan Kekuasaan
Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan
kekuasaan
yaitu
badan
yang
membuat
peraturan
perundang-undangan,
melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam
satu tangan.
3.
masyarakat
nasional
konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap tindakan dari penyelenggara negara:
pemerintah dan segenap alat perlengkapan negara di pusat dan didaerah terhadap
rakyatnya harus berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku yang ditentukan oleh
rakyat / wakilnya di dalam badan perwakilan rakyat. Sesuai prinsip kedaulatan rakyat
yang ada, di dalam negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi
4
manusia warga negara, melindungi mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan
untuk mewujudkan tertib sosial dan kepastian hukum serta keadilan sehingga proses
politik berjalan secara damai sesuai koridor hukum/konstitusional.
UUD NRI 1945 sebenarnya telah mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai
untuk mewujudkan negara hukum dimana supremasi hukum akan diwujudkan. Kalau
dilihat dengan seksama UUD NRI 1945 mejelaskan bahwa :
Indonesia adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak berdasar atas kekuasaan
belaka
Ini sebenarnya Grundnorm yang telah diberikan oleh Founding father yang
membangun negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara hukum, bagaimana negara
hukum itu akan diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan negara hukum ini,
sekaligus dituntut untuk menegakkan hukum sebagai salah satu piranti yang bisa
dipergunakan secara tepat di dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita bangsa. Formula
UUD 1945 tersebut mengandung pengertian dasar bahwa di dalam negara yang dibangun
oleh rakyat Indonesia ini sebenarnya diakui adanya dua faktor yang terkait dalam
mewujudkan negara hukum, yaitu satu factor hukum dan yang kedua factor kekuasaan.
Artinya hukum tidak bisa ditegakkan inkonkreto dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat tanpa adanya kekuasaan dan dimanesfestasikan di dalam UUD NRI
1945. Dengan demikian dua factor hukum dan kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu sama
lain, Artinya hukum tidak bisa ditegakkan bahkan lumpuh tanpa adanya dukungan
kekuasaan. sebaliknya kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkan hukum, oleh
karena apabila kekuasaan dibangun dan tanpa mengindahkan hukum, yang terjadi adalah
satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan pada hakekatnya adalah memberikan
dinamika terhadap kehidupan hukum dan kenegaraan sesuai norma-norma dasar atau
grundnorm yang dituangkan dalam UUD NRI 1945 dan kemudian dielaborasi lebih
lanjut secara betul dalam hirarki perundang-undangan yang jelas.
II.
KONSTITUSI
Setiap Negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Namun tidak setiap Negara
memiliki undang-undang dasar. Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki
konstitusi, tetapi Negara tersebut juga harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu Negara harus mampu
memberi batasan kekuasaan pemerintahan serta memberi perlindungan pada hak-hak dasar
warga Negara.
Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal. Negara yang menganut gagasan
konstitusionalisme inilah yang disebut Negara konstitusional (Constitutional state).
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis constituer yang artinya membentuk.
Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan Negara. Kata
konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
a. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan
b. Undang-undang dasar suatu Negara.
Pengertian konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian undangundang dasar , tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian undang-undang dasar.
Undang-undang dasar ialah hukum dasar yang tertulis , sedang disamping UndangUndang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak
tertulis. Hukum dasar tidak tertulis disebut Konvensi.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut :
Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis.
Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu
undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.
Di Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional undang-
undang dasar mempunyai khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-mena. Hak-hak warga Negara
akan lebih dilindungi.
2. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi
menempati
kedudukan
yang
sangat
penting
dalam
kehidupan
konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya,
tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai :
Konstitusi sebagai Hukum Dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang halhal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hokum tertinggi dalam tata hukum
Negara yang bersangkutan.
5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.
6) Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan (identitu of nation) serta sebagai center of
ceremony.
7) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti
sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.
8) Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.
Agustus 2000
Amandemen ketiga terjadi pada Sidang Tahunan MPR, Disahkan 10
iv.
November 2001
Amandemen keempat terjadi pada Sidang Tahunan MPR, Disahkan 10
Agustus 2002
Indonesia
Alinea keempat berisi langkah-langkah sebagai kelanjutan dalam bernegara.
atau federal dan bentuk Negara kesatuan. Negara federal adalah Negara yang
bersusunan jamak, artinya Negara yang di dalamnya masih terdapat Negara yang
disebut Negara bagian.
Negara kesatuan adalah Negara yang bersusunan tunggal. Negara kesatuan
dengan asas desentralisasi menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerahdaerah yang ada di wilayah Negara tersebut.
republik dan monarki atau kerajaan. Bentuk Negara Indonesia pernah mengalami
perubahan , yaitu dari Negara kesatuan menjadi Negara serikat. Adapun untuk
bentuk pemerintahan, Indonesia belum pernah berubah menjadi Negara kerajaan
atau monarki. Sekarang ini bangsa Indonesia telah sepakat bahwa perihal bentuk
Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic tidak ada perubahan.
11