Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

SOAL !

1. a. Kemukakan arti perlindungan hukum dan dalam pasal dan ketentuan mana hal
tersebut diatur !

b. Kemukakan pula pengertian hukum konsumen dan hukum perlindungan


konsumen menurut pakar hukum !

Jawab :

1. a. arti perlindungan hukum dan dalam pasal dan ketentuan mana hal tersebut
diatur yaitu :

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu perlindungan yang diberikan


kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran
tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan
suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

dalam pasal dan ketentuan mana hal menyangkut perlindungan hukum yaitu :

1. Pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi warga
negara Indonesia, yaitu Pasal 27 ayat(1), Pasal 28A, dan Pasal 28G ayat (1).

2. KUHP mengatur perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia, yaitu perlindungan
terhadap jiwa manusia, perlindungan terhadap tubuh manusia, perlindungan terhadap
kebebasan tindak pidana manusia, perlindungan terhadap kehormatan manusia, dan
perlindungan terhadap milik seseorang.

3. Sedangkan KUHPer mengatur perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia,


yaitu perlindungan terhadap perkawinan monogami, perlindungan terhadap hak milik atas
benda, perlindungan terhadap kreditan, dan perlindungan terhadap penjual dan pembeli.

b. pengertian hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen menurut


pakar hukum yaitu :

Pengertian Hukum Konsumen Menurut Para Pakar yaitu :

1. Az Nasution

Hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum


yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak atau satu sama lain
berkaitan dengan barang dan/atau jasa di dalam pergaulan hidup.

2. Menurut Elizabeth A. Martin

perlindungan (hukum) konsumen merupakan perlindungan yang diberikan,terutama


secara hukum kepada konsumen (pihak yang melakukan akad dengan pihak lain dalam
suatu bisnis untuk memperoleh barang dan jasa dari pihak yang mengadakannya).

3. Menurut Janus Sidabalok


Perlindungan (hukum) konsumen adalah perlindungan hukum yang diberikan kepada
konsumen dalam usahanya memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri.

Pegertian Hukum Perlindungan Konsumen Menurut Para Ahli/Pakar Hukum yaitu :

1. Menurut Mochtar Kusumaatmaja.

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum


yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan
para penyedia barang dan/atau jasa konsumen.

2. Az Nasution

“Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang


memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen.”

2. a. Pengertian konsumen dalam UUPK lebih luas dari pada pengertian dalam
Rancangan sebelumnya (YLKI & Rancangan Akademik Fak. Hukum UI ). Jelaskan
alasannya !

b. Pakar Hukum Ahmad Miru misalnya dalam kaitan dengan pengertian konsumen
menyatakan bahwa pengertian tersebut sempit. Kemukakan alasan pernyataan
tersebut !

Jawab :

a. Pengertian konsumen dalam UUPK lebih luas dari pada pengertian dalam
Rancangan sebelumnya (YLKI & Rancangan Akademik Fak. Hukum UI) karena :

Dalam rancangan YLKI pengertian konsumen belum mendapat penjabaran pengertian


konsumen secara rinci seperti yang dijelaskan dalam UUPK, hal disebabkan YLKI hanya
diarahkan pada usaha untuk meningkatkan kepedulian kritis konsumen atas hak dan
kewajibannya, dalam upaya melindungi dirinya sendiri, keluarga, serta lingkungannya.
Oleh karena itu pengertian konsumen dalam UUPK lebih luas dari pada pengertian dalam
rancangan YLK dan Rancangan Akademik Fak. Hukum UI. Berikut Pengertian
konsumen dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, bahwa
batasan konsumen yaitu : ”Setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

b. Pakar Hukum Ahmad Miru misalnya dalam kaitan dengan pengertian konsumen
menyatakan bahwa pengertian tersebut sempit yaitu karena :

Cakupan konsumen dalam UUPK adalah sempit,hal ini karena bahwa yang dapat
dikatakan sebagai konsumen tidak hanya orang tetapi juga badan hukum yang
mengonsumsi barang atau jasa serta tidak untuk diperdagangkan.

3. Hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha lebih sering dilakukan
secara lisan (perjanjian lisan). Apakah hal tersebut tidak dilarang dalam ketentuan
hukum perdata ? Dan sebutkan pula apa yang menjadi objek hubungan hukum
amtara konsumen dan pelaku usaha !

Jawab :

Hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha lebih sering dilakukan
secara lisan (perjanjian lisan), hal ini tidak dilarang dalam ketentuan perdata
karena :

Berdasarkan ketentuan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian tersebut, tidak ada
satupun syarat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengharuskan suatu perjanjian
dibuat secara tertulis. Dengan kata lain, suatu Perjanjian yang dibuat secara lisan juga
mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya, pacta sun servanda (vide:
Pasal 1338 KUH Perdata).

Namun demikian, dalam proses pembuktian suatu perkara perdata, lazimnya alat bukti
yang dipergunakan oleh pihak yang mendalilkan sesuatu (Vide Pasal 163 HIR) adalah
alat bukti surat. Hal ini karena dalam suatu hubungan keperdataan, suatu surat/akta
memang sengaja dibuat dengan maksud untuk memudahkan proses pembuktian, apabila
di kemudian hari terdapat sengketa perdata antara pihak-pihak yang terkait.

*TAMBAHAN PEBJELASAN :

jika suatu perjanjian dilakukan secara lisan, maka akan sulit dijadikan bukti jika suatu hari
terjadi wanprestasi.

Yang menjadi objek hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha yaitu :

adanya hubungan pertanggung jawaban pelaku usaha kepada konsumen akibat


barang/jasa yang diproduksinya serta adanya hubungan perlindungan antara hak-hak
dan kewajiabn konsumen dan pelaku usaha dalam menjalankan hukum perlindungan
konsumen secara optimisme.

*TAMBAHAN PENJELASAN :

Alasan pokok terjadinya hubungan hukum perjanjian antara konsumen dan pelaku usaha
yaitu kebutuhan akan barang dan atau jasa tertentu. Pelaksanaannya senantiasa harus
menjaga mutu suatu produk agar konsumen dapat menikmati penggunaan, pemanfaatan,
dan pemakaian barang dan atau jasa tersebut secara layak. Dalam Pasal 6 dan Pasal 7
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatur hak dan
kewajiban pelaku usaha.

4. Tuntutan ganti rugi konsumen terhadap pelaku usaha dapat terjadi karena dua
hal. Sebutkan dan jelaskan pula perbedaan signifikan antara kedua hal tersebut !

Jawab :

Secara garis besar ada 2 kategori tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang
dialamioleh konsumen, yaitu :

a.Tuntutan berdasarkan Wanprestasi

Berdasarkan wanprestasi.
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi
prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak
yangdirugikan. Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik
karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.

b.Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum

Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) diatur dalam ps. 1365 sampai dengan
ps.1380 KUHPer. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian pada
orang lain, mewajibkan pembuat yang bersalah untuk menggantikerugian (ps. 1365
KUHPer).
Perbedaan Signifikan antara kedua hal yang menyebabkan Tuntutan ganti rugi
konsumen kepada pelaku usaha yaitu :

- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi = terjadi karena pihak pelaku usaha tidak


memenuhi hak dan kewajibannya (wanprestasi) .

- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum = terjadi karena adanya kerugian


yang diterima atau terjadi pada konsumen, sehingga konsumen meminta
pertanggungjawaban untuk mengganti kerugian.

5. UUPK tidak memberikan pengelompokan yang jelas mengenai macam atau jenis
barang/jasa , hal tersebut disatu sisi menguntungkan bagi konsumen . Kemukakan
alasannya?

Jawab :

Yang dimaksud “barang” dalam Undang-undang ini adalah setiap benda baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun
tidak dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh konsumen. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa segala macam jenis
barang bisa masuk dalam kategori yang bisa mendapatkan perlindungan hukum menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 ini ( dapat ditafsirkan secara luas ).

Karena UUPK tidak memberikan pengelompokkan macam atau jenis barang/jasa


hal ini menguntungkan konsumen , alasannya karena : agar segala macam jenis
barang bisa masuk dalam kategori yang mendapatkan perlindungan hukum menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.

6. LPKSM dan BPKN adalah sebuah lembaga dan badan perlindungan konsumen
Indonesia. Jelaskan tugas masing-masing !

Jawab :

Tugas LPKSM : menyebar informasi barang/jasa, meningkatkan kesadaran, kehati2an,


nasihat, bekerja sama dg isntansi terkait, menerima keluan/pengaduan, pengawasan
bersama pemerintah dlm perlindungan konsumen.
Tugas BPKN : memberi saran &rekomendasi pd pemerintah thd kebijakkan , penelitian
thd kebijakkan , penelitian thd barang/jasa, mendorong berkembang lembaga
perlindungan konsumen, menyebarkan informasi melalui media,pengaduan, survey
kebutuhan konsumen

7. Tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Pasal 19 UUPK. Jelaskan menurut
analisis saudara !

Jawab :

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu sebagai


berikut :

Pasal 19

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih
lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.

*CATATAN : karena soal diatas meminta untuk dijelaskan menurut analisis sendiri ,
maka cobalah untuk menganalisis Pasal 19 diatas. :)

Analisis Ibu dipower point : Pasal 19 UUPK ini terhadap bentuk penggantian kurang
memberikan keadilan bagi konsumen, utamanya kalau konsumen menderita kerugian
berupan sakit atau kematian, seharusnya dapat diberikan sekaligus kpd konsumen baik
harga barang, perawatan dan santunan serta , tenggang waktu penggantian bukan 7 hari
setelah transaksi tetapi 7 hari setelah menderita kerugian .

8. Apa yang dimaksud dengan klausul baku dan klausul eksonerasi serta kaitannya
dengan pasal 1320 BW !

Jawab :

Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi
oleh konsumen. Sedangkan

Dalam kontrak baku dikenal klausula eksonerasi bahwa dalam suatu perjanjian
dicantumkan klausula yang menyatakan salah satu pihak menghindarkan diri dari
pemenuhan kewajiban membayar ganti rugi yang mungkin terjadi. Klausula ini biasanya
hanya sebagaii tambahan dalam perjanjian.

Kaitan dengan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

Patut disadari bahwa meskipun terdapat asas kebebasan berkontrak, namun salah satu
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (“KUHPerdata”) adalah suatu sebab yang halal. Selanjutnya Pasal 1337
KUHPerdata menyatakan bahwa suatu sebab (dilakukannya perjanjian) adalah terlarang,
apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik
atau ketertiban umum. Dengan demikian, meskipun perjanjian baku yang mengandung
klausula eksonerasi telah diperjanjikan sebelumnya, perjanjian tersebut tidak dapat
dianggap sah karena mengandung ketentuan/klausula yang bertentangan dengan
undang-undang.

MESKIPUN DEMIKIAN :

Demi kepentingan bisnis, meskipun kedudukan konsumen lemah, oleh Karean dinamika
kebutuhan ekonomi dewasa ini, maka kontrka baku seakan telah menjadi biasa dan
dimaklumi adanya. Dalam hal ini, banyak pihak mempertimbangkan apakah dengan
adanya tanda tangan konsumen, maka telah ada kesepakatan sebagai syarat sahnya
perjanjian. Ingatlah bahwa perkembangan dewasa ini hanya dengan tindakan tepat dan
cepat : take it or leave it. Ini tentu sangat membantu oprasional bisnis dan mengurangi
biaya.

9. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa dalam UUPK yang berhubungan


dengan pembuktian terbalik ?

Jawab :

Pembuktian Terbalik

Berdasarkan ps 163 HIR dan ps 1865 KUH Perdata maka setiap pihak yang mendalilkan
adanya sesuatu hak, maka pihak tersebut harus membuktikannya. Jadi bila konsumen
menuntut haknya terhadap pelaku usaha yang merugikannya, maka konsumen tersebut
yang harus membuktikan.

Namun dalam UUPK (ps. 22 dan ps. 28), kewajiban pembuktian tersebut “dibalikkan”
(pembuktian terbalik) menjadi beban dan tanggung jawab pelaku usaha sepenuhnya.
Jadi ketentuan mengenai tanggungjawab dan ganti rugi dalam UUPK merupakan lex
spesialis terhadap ketentuan umum yang ada dalam KUH Perdata.

Hal-hal yang harus diperhatikan bila konsumen mengajukan gugatan hukum:

a. Penentuan pelaku usaha yang akan digugat, produsen, distributor, importir, retail atau
perusahaan periklanan;

b. UUPK tidak mengenal konsep Product Liability; Jenis produk (consumer goods) yang
secara hukum dapat dimintai pertanggungjawabannya.
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan
Perusahaan
Peraturan apa saja yang digunakan dalam Perseroan Terbatas?
Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT menyebutkan terhadap perseroan berlaku undang-
undang ini, anggaran dasar dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Arti pasal ini adalah
peraturan yang dipakai dalam melaksanakan dan menjalankan perseroan adalah Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007, peraturan pemerintah tentang anggaran dasar perseroan dan peraturan
hukum lainnya yang berkaitan dengan tata cara dan prosedur pengoperasian badan hukum atas
perseroan.
Dapatkah menteri menolak nama perseroan yang diajukan?
Menteri dapat memberikan persetujuan atau penolakan atas pengajuan nama perseroan yang
diasampaikan oleh pemohon, namun bila menteri menyatakan setuju, persetujuan tersebut akan
disampaikan secara elektronik kepada pemohon dalam jangka waktu paling lambat tiga hari kerja
terhitung sejak tanggal pengajuan diterima secara lengkap. Sementara bila ternyata menteri menolak
pengajuan nama, maka penolakan harus disampaikan secara elektronik pula kepada pemohon dalam
jangka palin lambat tiga hari kerja terhitung sejak tanggal pengajuan diterima disertai dengan alasan
penolakan.

Berapa lama pengajuan permohonan memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan


badan hukum?
Permohonan untuk memperoleh keputusan menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal akta
pebdirian ditandatngani dan dilengkapi dokumen pendukung. Namun bila permohonan tak diajukan
sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan (maksimal 60 hari ditandatangani akta pendirian). Maka
akta pendirian menjadi batal. Perseroan yang belum memperoleh ststus bafdan hukum tersebut
otomatis bubar.
Apa saja yang terdapat dalam organ perusahaan tersebut?
Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor: 40 Tahun 2007 menyebutkan, organ Perseroan Terbatas
adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris . adapun yang
dimaksud ketiganya:

1. RUPS adalah organ perseroan yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Direksi dan
Dewan Komisaris RUPS merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan.Organ ini
juga berhak menetapkan garis besar kebijaksanaan dalam anggaran dasar perseroan dan lain
sebagainya.

2. Direksi adalah organ perseroan yang berweang dan bertanggung jawab penuh dan pengurusan
perusahaan untuk kepentingan lembaga itu sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakiliperseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai ketentuan anggaran dasar.
Direksi berweang menjalankan perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat. Direksi
Perseroan terdiri dari satu orang anggpra direksi atau lebih. Khusus perusahaan yang kegiatannya
terkait. Dengan penghimpunan atau pengelolaaan dana masyarakat.

3. Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
atau khusus sesuai anggaran dasar serta memberi nasihat kepada bank.
Dalam PT ada yang dinamakan organ, apa yang dimaksud dengan organ?
Organ adalah orang-orang yang bertindak dan sekaligus bertanggung jawab terhadap Perseroan
Terbatas atau badan hukum. Badan Hukum sebagai subyek hukum berbeda dengan manusia.

Badan Hukum tidak bisa berpikir dan melakukan perbuatannya sendiri seperti layaknya manusia.
Perbuatan hukumnya juga tidak bisa dilakukan sendiri maka dari itu badan hukum membutuhkan
orang atau manusia untuk mengerjakan semua perbuatan badan hukum dan tanggung jawabnya.
Manusia inilah yang dimaksud dengan organ. Setiap Perseroan Terbatas harus bertindak melalui
perantaraan organ.

Bagaimana bila ada perbuatan hukum yang dilakukan pendiri perusahaan sebelum ada
pengesahan badan hukum perusahaan dari kementerian terkait atau perusahaan belum resmi
didirikan?
Ada kalanya sebelum perusahaan mendapat status badan hukum dari pemerintah, pendiri perseroan
melaukan perbuatan hukum untuk mengikat perseroan. Misalnya melkukan penyetoran modal atau
membuat perjajian dengan pihak lain atas nama perseroan. Perbuatan-perbuatan tersebut dapat saja
mengikat perseroan apabila disetujui oleh para pendiri dalam Rapat Umum Pemegang
Saham(RUPS). Atas kondisi tersebut, undang-undang tentang perseroan telah mengatuir secara
detail.

Undang-undang mengatur perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan
penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum perseroan didirikan, harus dicantumkan
dalam akta pendirian. Bila perbuatana hukum tersebut dinyatakan dengan akta yag bukan akta
otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian. Dilekatkan artinya penyatuan dokumen yang
dilakukan dengan cara melekatkan atau menjahitkan dokumen tersebut sebagai satu kesatuan
dengan akta pedirian.

Namun bila perbuatan hukum tersebut dinyatakan dengan akta otentik, nomor, tanggal dan nama
serta tempat kedudukan notaris yang membuat akta otentik, maka harus disebutkan dalam akta
pendirian Perseroan. Bila kedua langkah diatas tak dipenuhi, maka perbuatan hukum tersebut tidak
menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat Perseroan

Anda mungkin juga menyukai