Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut KUHP, perbuatan pidana itu terbagi menjadi dua macam yaitu
kejahatan dan pelanggaran. Dari segi kodifikasinya, kejahatan diatur dalam buku
kedua KUHP, sedangkan pelanggaran diatur tersendiri dalam buku ketiga KUHP.
Dari sisi akibat hukumnya, kejahatan lebih didominasi dengan ancaman pidana
penjara bagi pelakunya. Adapun untuk perbuatan yang masuk kategori
pelanggaran, pelakunya dijatuhi hukuman berupa kurungan atau denda.

Jadi, kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai perbedaan. Perbuatan


pidana di atas masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri yang tidak sama.
Akan tetapi, pada kenyataannya seringkali ditemukan adanya suatu perbuatan
kejahatan yang bersamaan dengan kejahatan lain. Ada juga satu perbuatan
pelanggaran yang disertai dengan pelanggaran lain. Atau bahkan perbuatan
kejahatan yang bersamaan dengan pelanggaran dan sebaliknya. Adakalanya suatu
tindakan pidana yang ternyata diatur dalam lebih dari satu ketentuan pidana.
Kejadian diatas biasa disebut perbarengan.

Ajaran mengenai perbarengan ini merupakan salah satu ajaran tersulit di


dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, sehingga orang tidak akan dapat
memahami apa yang sebenarnya dimaksud perbarengan itu sendiri, maupun
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam ajaran tersebut, apabila orang
itu tidak mengikuti perkembangan paham-paham mengenai perkataan feit yang
terdapat di dalam rumusan pasal-pasal yang mengatur masalah perbarengan itu
sendiri.

Makalah ini akan membahas tentang pengertian dari perbarengan dan


bentuk-bentuk perbarengan itu sendiri.
2

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat di rumuskan beberapa rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa pengertian ajaran perbarengan pidana?


2. Bagaimana teori gabungan perbuatan tindak pidana?
3. Bagaimana bentuk-bentuk ajaran perbarengan pidana?

C.Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat di ambil beberapa tujuan penulisan


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian ajaran perbarengan pidana


2. Untuk mengetahui teori gabungan perbuatan tindak pidana
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk ajaran perbarengan pidana

BAB II
3

PEMBAHASAN

A.Pengertian Ajaran Perbarengan Pidana

Adakalanya seseorang melakukan beberapa perbuatan sekaligus sehingga


menimbulkan masalah tentang penerapannya. Kejadian yang sekaligus atau
serentak tersebut disebut samenloop yang dalam bahasa Belanda juga disebut
samenloop van strafbaar feit atau concursus dalam bahasa Latin.1

Perbarengan tindak pidana adalah peristiwa dimana seseorang melakukan


perbuatan atau perbuatan-perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan pidana,
dan beberapa tindak pidana itu diadili sekaligus. Ada beberapa ketentuan pidana
atau melakukan beberapa perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan pidana.2

B.Teori Gabungan Melakukan Tindak Pidana

Pokok persoalan dalam gabungan melakukan tindak pidana adalah


mengenai bagaimana sistem pemberian hukuman bagi seseorang yang telah
melakukan delik gabungan, sebagaimana dijelaskan dalam bab pertama bahwa
dalam KUHP terdapat empat teori yang dipergunakan untuk memberikan
hukuman bagi pelaku tindak pidana gabungan, yaitu:3

1. Absorbsi Stelsel
Dalam sistem ini pidana yang dijatuhkan ialah pidana yang terberat di
antara beberapa pidana yang diancamkan.Dalam hal ini seakan-akan
pidana yang ringan terserap oleh pidana yang lebih berat. Kelemahan dari
sistem ini ialah terdapat kecenderungan pada pelaku jarimah untuk
melakukan perbuatan pidana yang lebih ringan sehubungan dengan
adanya ancaman hukuman yang lebih berat. Dasar daripada sistem

1 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik-Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 32

2 http://chaeossofis.blogspot.co.id/2016/06/ajaran-percobaan-pidana-dan-ajaran.html?m=1

Diakses pada tanggal 28/02/17 pukul 22:03

3 Mas’ad Ma’shum, Hukum Pidana I, (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga,
1989), hlm 124-125
4

hisapan ini ialah pasal 63 dan 64, yaitu untuk gabungan tindak pidana
tunggal dan perbuatan yang dilanjutkan.
2. Absorbsi Stelsel yang Dipertajam
Dalam sistem ini ancaman hukumannya adalah hukuman yang terberat,
namun masih harus ditambah 1/3 kali maksimum hukuman terberat yang
disebutkan. Sistem ini dipergunakan untuk gabungan tindak pidana
berganda dimana ancaman hukuman pokoknya ialah sejenis. Adapun
dasar yang digunakan adalah pasal 65.
3. Cumulatie Stelsel
Adalah sistem cumulasi yang semua ancaman hukuman dari gabungan
tindak pidana tersebut dijumlahkan, tanpa ada pengurangan apa-apa dari
penjatuhan hukuman tersebut.Sistem ini berlaku untuk gabungan tindak
pidana berganda terhadap pelanggaran dengan pelanggaran dan kejahatan
dengan pelanggaran. Dasar hukumnya adalah pasal 70 KUHP.
4. Cumulatie yang Diperlunak
Yaitu tiap-tiap ancaman hukuman dari masing-masing kejahatan yang
telah dilakukan, dijumlahkan seluruhnya. Namun tidak boleh melebihi
maksimum terberat ditambah sepertiganya. Sistem ini berlaku untuk
gabungan tindak pidana berganda, dimana ancaman hukuman pokoknya
tidak sejenis. Adapun dasar hukum sistem ini adalah pasal 66 KUHP.Dari
keempat stelsel di atas yang sering dipergunakan hanyalah tiga, yaitu
sistem absorbsi, absorbsi yang dipertajam, dan cumulasi yang diperlunak.
Sementara itu cumulatie murni tidak pernah dipergunakan dalam praktek,
karena bertentangan dengan ajaran samenloop yang pada prinsipnya
meringankan terdakwa.

C.Bentuk-bentuk Ajaran Perbarengan Pidana

Ilmu hukum pidana mengenal tiga bentuk concursus yang juga disebut
ajaran, yakni sebagai berikut:4

1. Concursus idealis (eendaadsche samenloop); terjadi apabila


seseorang melakukan satu perbuatan dan ternyata satu perbuatan tersebut
melanggar beberapa ketentuan hukum pidana.

4 Ibid, hlm 32
5

2. Perbuatan lanjutan (voortgezette handeling); terjadi apabila


seseorang melakukan perbuatan yang sama beberapa kali, dan di antara
perbuatan-perbuatan itu terdapat hubungan yang sedemikian eratnya
sehingga rangkaian perbuatan itu harus dianggap sebagai perbuatan
lanjutan.
3. Concursus realis (meerdaadsche samenloop); terjadi apabila
seseorang sekaligus merealisasikan beberapa perbuatan.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas secara rinci mengenai ketiga
bentuk perbarengan tersebut.

A.Perbarengan Peraturan

Hal ini diatur dalam Pasal 63 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

1. Jika satu perbuatan termasuk dalam lebih dari satu aturan pidana,
maka yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu; jika
berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat.
2. Jika suatu perbuatan yang masuk dalam aturan pidana yang umum,
diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus
itulah yang dikenakan.

Prof. Mr. Hazewinkel-Suringa menjelaskan arti “perbuatan” yang dimuat


dalam Pasal 63 KUHP, perbuatan yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang
berguna menurut hukum pidana, yang karena cara melakukan, atau cara
tempatnya, atau karena orang yang melakukannya, atau karena objek yang
ditujunya, juga merusak kepentingan hukum, yang telah dilindungi oleh undang-
undang lain.5

Concursus idealis yaitu suatu perbuatan yang masuk ke dalam lebih dari
satu aturan pidana. Sistem pemberian pidana yang dipakai dalam concursus
idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya dikenakan pidana pokok yang terberat.
Jadi misalnya terjadi pemerkosaan di jalan umum, maka pelaku dapat diancam
dengan pidana penjara 12 tahun menurut Pasal 285, dan pidana penjara 2 tahun 8

5 Ibid, hlm 33
6

bulan menurut Pasal 281. Dengan sistem absorbsi, maka diambil yang terberat,
yaitu 12 tahun penjara.6

Namun, apabila ditemui kasus tindak pidana yang diancam dengan pidana
pokok yang sejenis dan maksimumnya sama, maka menurut VOS ditetapkan
pidana pokok yang mempunyai pidana tambahan paling berat. Sebaliknya, jika
dihadapkan pada tindak pidana yang diancam dengan pidana pokok yang tidak
sejenis, maka penentuan pidana terberat didasarkan pada urutan jenis pidana
menurut Pasal 10 KUHP.7

Selanjutnya dalam Pasal 63 ayat dua terkandung adagium lex specialis


derogat legi generali (aturan undang-undang yang khusus meniadakan aturan
yang umum). Jadi misalkan ada seorang ibu melakukan aborsi/pengguguran
kandungan, maka dia dapat diancam dengan Pasal 338 tentang pembunuhan
dengan pidana penjara 15 tahun. Namun, karena Pasal 341 telah mengatur secara
khusus tentang tindak pidana ibu yang membunuh anaknya,maka dalam hal ini
tidak berlaku sistem aborsi. Ibu tersebut hanya diancam dengan Pasal 341.8

B.Perbuatan Berlanjut (Voortegezette Handeling)

Hal ini diatur dalam Pasal 64 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

1. Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing


merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian
rupa hingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut
(voortegezette handeling), maka hanya dikenakan satu aturan pidana; jika
berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancama pidana pokok yang
paling berat.

Perbuatan berlanjut menunjukan perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum


yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, di antara
perbuatan-perbuatan yang saling berhubungan satu sama lain secara erat. Pada

6 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 179-180

7 Ibid, hlm 180

8 Ibid, hlm 180


7

perbuatan lanjutan ini tiap-tiap perbuatan yang dapat dihukum mempunyai tempat
sendiri dan jangka waktu kedaluwarsa sendiri. Hal ini sesuai dengan perumusan
dalam Pasal 64 KUHP:9

1. Jika antara beberapa perbuatan meskipun masing-masing


merupakan kejahatan atau pelanggaran ada hubungan sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya
dikenakan satu aturan pidana, jika berbeda-beda akan dikenakan yang
memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
2. Begitu juga hanya dikenakan satu aturan pidana jika orang
dinyatakan salah melakukan pemalsuan atau perusakan mata uang dang
menggunakan barang palsu atau yang dirusak itu.
3. Akan tetapi, jika orang melakukan kejahatan-kejahatan tersebut
dalam Pasal 364, 373, 379 dan 407 ayat 1 KUHP, sebagaimana perbuatan
berlanjut dan nilai kerugian yang ditimbulkan jumlahnya lebih dari
Rp25,-maka ia dikenakan aturan pidana tersebut dalam Pasal 362, 372,
378 dan 406 KUHP.

Para pakar pada umumnya berpendapat bahwa “perbuatan berlanjut”


sebagaimana diatur dalam Pasal 64 KUHP, terjadi apabila:10

1. Kejahatan atau pelanggaran tersendiri itu adalah pelaksanaan dari


satu kehendak yang terlarang;
2. Kejahatan atau pelanggaran itu sejenis;
3. Tenggang waktu antara kejahatan atau pelanggaran itu tidak terlalu
lama.

C.Perbarengan Perbuatan

Hal ini diatur dalam Pasal 65-71 KUHP. Concursus realis terjadi apabila
seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu
berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana (tidak perlu sejenis dan tidak perlu
berhubungan).11

9 Ibid, hlm 185-186

10 Leden Marpaung, op. cit,hlm 37

11 Teguh Prasetyo, op. cit, hlm 181


8

Sistem pemberian pidana bagi concursus realis ada beberapa macam,


yaitu:12

1. Apabila berupa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok


sejenis, maka hanya dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa
jumlah maksimum pidana tidak boleh melebihi dari maksimum terberat
ditambah sepertiga. Sistem ini dinamakan sistem absorbsi yang
dipertajam. Misal A melakukan tiga kejahatan yang masing-masing
diancam pidana penjara 4 tahun, 5 tahun, dan 9 tahun, maka yang berlaku
adalah 9 tahun + (1/3 x 9) tahun = 12 tahun penjara. Jika A melakukan
dua kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun dan 9 tahun,
maka berlaku 1 tahun + 9 tahun = 10 tahun penjara. Tidak dikenakan 9
tahun + (1/3 x 9) tahun, karena 12 tahun melebihi jumlah maksimum
pidana 10 tahun.
2. Apabila berupa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang
tidak sejenis, maka semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan
dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana
terberat ditambah sepertiga. Sistem ini dinamakan kumulasi diperlunak.
Misalkan A melakukan dua kejahatan yang masing-masing diancam
pidana 9 bulan kurungan dan 2 tahun penjara. Maka maksimum
pidananya adalah 2 tahun + (1/3 x 2) tahun = 2 tahun 8 bulan. Karena
semua jenis pidana harus dijatuhkan, maka hakim misalnya memutuskan
2 tahun penjara 8 bulan kurungan.
3. Apabila concursus realis berupa pelanggaran, maka menggunakan
sistem kumulasi, yaitu jumlah semua pidana yang diancamkan. Namun
jumlah semua pidana dibatasi sampai maksimum 1 tahun 4 bulan
kurungan.
4. Apabila concursus realis berupa kejahatan-kejahatan ringan yaitu
Pasal 302 ayat (1) (penganiayaan ringan terhadap hewan), Pasal 352
(penganiayaan ringan), Pasal 364 (pencurian ringan), Pasal 373
(penggelapan ringan), Pasal 379 (penipuan ringan), dan Pasal 482
(penadahan ringan), maka berlaku sistem kumulasi dengan pembatasan
maksimum pidana penjara 8 bulan.

12 Ibid, hlm 181-182


9

5. Untuk concursus realis, baik kejahatan maupun pelanggaran, yang


diadili pada saat yang berlainan, berlaku Pasal 71 yang berbunyi: “Jika
seseorang setelah dijatuhi pidana, kemudian dinyatakan bersalah lagi,
karena melakukan kejahatan atau pelanggaran lain sebelum ada putusan
pidana itu, maka pidana yang dahulu diperhitungkan pada pidana yang
akan dijatuhkan dengan menggunakan aturan-aturan dalam bab ini
mengenai perkara-perkara diadili pada saat yang sama.”

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Perbarengan tindak pidana adalah peristiwa dimana seseorang


melakukan perbuatan atau perbuatan-perbuatan yang melanggar beberapa
ketentuan pidana, dan beberapa tindak pidana itu diadili sekaligus. Ada
beberapa ketentuan pidana atau melakukan beberapa perbuatan yang
melanggar beberapa ketentuan pidana.
2. Tiga bentuk ajaran perbarengan pidana, yakni sebagai berikut:
10

a. Concursus idealis (eendaadsche samenloop); terjadi


apabila seseorang melakukan satu perbuatan dan ternyata satu
perbuatan tersebut melanggar beberapa ketentuan hukum pidana.
b. Perbuatan lanjutan (voortgezette handeling); terjadi apabila
seseorang melakukan perbuatan yang sama beberapa kali, dan di
antara perbuatan-perbuatan itu terdapat hubungan yang sedemikian
eratnya sehingga rangkaian perbuatan itu harus dianggap sebagai
perbuatan lanjutan.
c. Concursus realis (meerdaadsche samenloop); terjadi
apabila seseorang sekaligus merealisasikan beberapa perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai