Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berkembangnya era globalisasi di dunia, sangat membawa dampak terhadap


beberapa segi kehidupan di Indonesia baik di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan
lain-lain. Khususnya di bidang ekonomi, berkembangnya era globalisasi semakin
mendongkrak daya pikir manusia untuk melakukan suatu usaha ataupun
perkembangan di bidang usaha. Berbagai cara ditempuh oleh pelaku usaha agar
usahanya tidak tertinggal dengan pelaku usaha yang lain. Hal itu dilakukan
dengan melakukan iklan besar-besaran, membuka jalur-jalur investasi baik untuk
investor dalam negeri maupun investor luar negeri, membuka berbagai cabang
perusahaan dan yang paling sering dilakukan adalah melakukan utang untuk
mengembangkan usahanya, karena di zaman sekarang untuk melakukan suatu
pengembangan usaha tidak membutuhkan biaya yang sedikit.

Utang bagi pelaku usaha bukan suatu proses yang menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai neraca keuangan yang buruk, utang dalam dunia
usaha merupakan salah satu langkah infentif untuk mendapatkan suntikan modal
agar dapat melakukan pengembangan usaha. Namun, konsep tersebut berlaku
apabila di masa jatuh tempo penagihan, perusahaan tersebut mampu
mengembalikan utang tersebut.

Yang menjadi permasalahan adalah ketika perusahaan sebagai debitor atau


pihak yang mempunyai utang, tidak mampu mengembalikan utang dari kreditor
atau pihak yang mempunyai piutang utang karena perjanjian atau Undang-undang
yang pelunasannya dapat ditagih di Pengadilan. Maka dari itu, dalam menjamin
keadilan untuk masing-masing pihak, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang
kepalitan yang akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini. Yakni
mengenai hukum kepailitan dalam hukum dagang.
2

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa pengertian kepailitan?


2. Bagaimana prosedur dan proses kepailitan?
3. Bagaimana akibat putusan kepailitan?
4. Bagaimana pengurusan harta pailit?
5. Bagaimana penundaan kewajiban pembayaran utang?

C.Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan beberapa tujuan penulisan


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kepailitan


2. Untuk mengetahui prosedur dan proses kepailitan
3. Untuk mengetahui akibat putusan kepailitan
4. Untuk mengetahui pengurusan harta pailit
5. Untuk mengetahui penundaan kewajiban pembayaran utang

BAB II

PEMBAHASAN
3

A.Pengertian Kepailitan

Pailit dapat diartikan debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang karena
tidak mampu. Kata pailit berasal dari bahasa Prancis failite yang berarti
kemacetan pembayaran. Kata pailit dapat juga diartikan sebagai bankcrupt. Kata
bankcrupt sendiri mengandung arti banca ruta, dimana kata tersebut bermaksud
memporak-porandakan kursi-kursi.1

Dengan demikian, pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan


untuk membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.
Ketidakmampuan tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan,
baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan
pihak ketiga. Maksud dari pengajuan permohonan tersebut sebagai bentuk
pemenuhan atas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar.2

Sedangkan pengertian kepailitan menurut beberapa sarjana hukum adalah


sebagai berikut:3

1. R. Soekardono menyebutkan kepailitan adalah penyitaan umum atas harta


kekayaan si pailit bagi kepentingan semua penagihnya, sehingga Balai Harta
Peninggalan lah yang ditugaskan dengan pemeliharaan dan pemberesan boedel
dari orang yang pailit
2. Siti Soemarti Hartono mengatakan bahwa kepailitan adalah suatu lembaga
hukum dalam Hukum Perdata Eropa sebagai realisasi dari dua asas pokok
dalam Hukum Perdata Eropa yang tercantum dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata
3. Menurut Memorie Van Toelichting (Penjelasan Umum) Kepailitan adalah
suatu pensitaan berdasarkan hukum atas seluruh harta kekayaan si berhutang
guna kepentingannya bersama para yang mengutangkan

1 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta: Rajawali
Press, 2002), hlm 26-27

2 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm 11

3 Nafi’ Mubarok, Buku Diktat Hukum Dagang, (Surabaya: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2016), hlm 173
4

Secara yuridis, dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang No. 37 Tahun 2004


tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang disebutkan bahwa:
“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang
pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
hakim pengawas”. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 4 dalam undang-undang
tersebut disebutkan bahwa “Debitor pailit adalah debitor yang dinyatakan pailit
dengan keputusan pengadilan”.

B.Prosedur dan Proses Kepailitan

Syarat kepailitan disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1, yaitu “Debitor yang


mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih kreditornya”.

Dengan demikian, syarat-syarat yuridis dapat dinyatakan pailit adalah sebagai


berikut:4

1. Adanya utang
2. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo
3. Minimal satu dari utang dapat ditagih
4. Adanya debitor
5. Adanya kreditor
6. Kreditor lebih dari satu
7. Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan
“Pengadilan Niaga”
8. Permohonan persyaratan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang

Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit antara lain:5

1. Orang perorangan
2. Harta peninggalan (warisan)
3. Perkumpulan perseroan (Holding Company)
4. Penjamin (Guarantor)
5. Badan hukum
6. Perkumpulan bukan badan hukum
7. Bank
4 Ibid, hlm 176-177

5 Ibid, hlm 178


5

8. Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga


Penyimpanan dan Penyelesaian

Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit, antara


lain:6

1. Debitor
Dalam hal debitor yang memohonkan pailit maka debitor harus membuktikan
bahwa ia mempunyai dua atau lebih kreditor, di samping juga harus
membuktikan bahwa ia tidak dapat membayar salah satu atau lebih utangnya
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Juga ditambahkan, jika debitor telah
menikah, maka harus ada persetujuan dari pasangannya, karena hal ini
menyangkut harta bersama, kecuali jika tidak ada pencampuran dalam harta
perkawinan
2. Kreditor
Dua orang kreditor atau lebih, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama, dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit selama memenuhi
syarat yang telah ditentukan, yaitu hak tuntutannya terbukti secara sederhana
atau pembuktian mengenai hak kreditor untuk menagih juga dilakukan secara
sederhana
3. Kejaksaan
Permohonan pailit oleh kejaksaan karena mengandung unsur atau alasan demi
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud dalam Undang-undang
adalah kepentingan Bangsa dan Negara dan/atau kepentingan masyarakat luas,
misalnya:
a. Debitor melarikan diri
b. Debitor menggelapkan harta kekayaan
c. Debitor mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain
yang menghimpun dana dari masyarakat
d. Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana
dari masyarakat luas
e. Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam
menyelesaikan masalah utang piutangnya yang telah jatuh waktu
f.Dalam hal lainnya yang menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum
4. Bank Indonesia
Bank Indonesia adalah satu-satunya pihak yang dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit jika debitornya adalah bank. Hal ini dikarenakan, dalam
6 Ibid, hlm 178-181
6

Undang-undang Perbankan Indonesia No. 10 Tahun 1998, ketika sebuah bank


mengalami kepailitan, maka Bank Indonesia merupakan pihak yang berwenang
untuk mencabut ijin usaha bank yang berujung likuidasi dan juga memohonkan
putusan kepailitan
5. Badan Pengawas Pasar Modal
Apabila debitornya adalah perusahaan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian maka satu-satunya
pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah Badan
Pengawas Pasar Modal. Hal ini dikarenakan, lembaga tersebut melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan
dalam efek di bawah pengawasan Badan Pengawas Pasar Modal
6. Menteri Keuangan
Dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, dana
pensiun atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik, maka permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Keberadaan ketentuan ini adalah dalam kaitannya Perusahaan Asuransi sebagai
lembaga pengelola resiko dan sekaligus lembaga pengelola dana masyarakat
memiliki kedudukan yang strategis dalam pembangunan dan kehidupan
perekonomian. Sedangkan Dana Pensiun merupakan pengelolaan dana
masyarakat dalam jumlah yang besar dan dana tersebut merupakan hak dari
peserta yang banyak jumlahnya. Sehingga posisi Menteri Keuangan sebagai
pihak yang memohonkan pailit adalah karena keberadaan masyarakat sebagai
golongan ekonomi yang lemah akan kebutuhan hukum
Pada dasarnya, permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan harus melalui
advokat yang telah memiliki izin praktik beracara. Namun, apabila permohonan
pernyataan pailit diajukan oleh Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal,
dan Menteri Keuangan maka tidak diperlukan advokat.7
Proses penyelesaian perkara kepailitan di Indonesia dilakukan di Pengadilan
Niaga dalam lingkungan peradilan umum sebagaimana dalam Pasal 1 angka 7 dari
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
Ada beberapa langkah dalam proses kepailitan, antara lain:8

7 Ibid, hlm 181

8 Ibid, hlm 183-184


7

1. Permohonan pailit, syarat permohonan pailit telah diatur dalam UU No. 4


Tahun 1998, seperti apa yang tertulis di atas
2. Keputusan pailit berkekuatan tetap, jangka waktu permohonan pailit
sampai keputusan pailit berkekuatan tetap adalah 90 hari
3. Rapat verifikasi, adalah rapat pendaftaran utang-piutang, pada langkah ini
dilakukan pendataan berupa jumlah utang dan piutang yang dimiliki oleh
debitor. Verifikasi utang merupakan tahap yang paling penting dalam kepailitan
karena akan ditentukan urutan pertimbangan hak dari masing-masing kreditor
4. Perdamaian, jika perdamaian diterima maka proses kepailitan berakhir,
jika tidak maka akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Proses perdamaian
selalu diupayakan dan diagendakan
5. Homologasi akur, yaitu permintaan pengesahan oleh Pengadilan Niaga,
jika proses perdamaian diterima
6. Insolvensi, yaitu suatu keadaan dimana debitor dinyatakan benar-benar
tidak mampu membayar, atau dengan kata lain harta debitor lebih sedikit
jumlahnya dengan hutangnya
7. Pemberesan/likuidasi, yaitu penjualan harta kekayaan debitor pailit, yang
dibagikan kepada kreditor konkruen, setelah dikurangi biaya-biaya
8. Rehabilitasi, yaitu suatu usaha pemulihan nama baik kreditor, akan tetapi
dengan catatan jika proses perdamaian diterima, karena jika perdamaian ditolak
maka rehabilitasi tidak ada
9. Kepailitan berakhir
Berdasarkan Pasal 93, tindakan hukum setelah adanya Putusan Pailit adalah
sebagai berikut:
1. Kurator melakukan pemberesan harta pailit
2. Hakim Pengawas mengawasi tindakan Kurator
3. Dilakukan rapat verifikasi (pencocokan hutang piutang)
4. Dilakukan rapat kreditor
5. Atas usulan hakim pengawas, permintaan kurator dan permintaan kreditor,
Pengadilan dapat memerintahkan supaya debitor pailit ditahan di bawah
pengawasan Jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas

C.Akibat Putusan Kepailitan

Pada dasarnya, akibat dari kepailitan adalah sebagai berikut:

1. Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus


kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit sejak tanggal putusan pailit
diucapkan
8

2. Semua perikatan debitor yang terbit sesudah putusan pailit tidak lagi dapat
dibayar dari harta pailit kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit
3. Tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang
ditujukan kepada debitor pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya
untuk dicocokkan, sebagaimana dalam Pasal 27 Undang-undang Kepailitan
4. Upah yang terutang sebelum maupun sesudah putusan pailit merupakan
utang harta pailit, sebagaimana dalam Pasal 39 ayat 2 Undang-undang
Kepailitan
5. Berlaku penangguhan terhadap pelaksanaan Hak Tanggungan untuk
jangka waktu paling lama 90 hari, sebagaimana dalam Pasal 56 Undang-
undang Kepailitan

Pada dasarnya, kepailitan berakibat hilangnya segala hak debitor untuk


mengurus segala harta kekayaan yang termasuk ke dalam harta pailit (boedel
pailit). Perlu diketahui bahwasannya putusan pernyataan pailit tidak
mengakibatkan debitor kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan
hukum (volkomen handelingsbevoegd) pada umumnya, tetapi hanya kehilangan
kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan mengalihkan harta
kekayaannya saja. Kewenangan debitor itu selanjutnya diambil alih oleh kurator.
Ketentuan tersebut berlaku sejak diucapkannya putusan pernyataan pailit.
Kepailitan ini meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan
pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.9

D.Pengurusan Harta Pailit

Jika pengadilan menerima permohonan pailit, maka diangkat kurator untuk


melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit. Kurator
dapat ditunjuk oleh debitor atau kreditor, dan pengadilan. Ada dua jenis kurator,
yaitu:10
1. Balai Harta Peninggalan (BPH)
2. Kurator lainnya, yaitu perseorangan atau persekutuan perdata yang
berdomisili di Indonesia yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan

9 Ibid, hlm 186

10 Ibid, hlm 187


9

dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit dan telah terdaftar
pada departemen Kehakiman

Sesuai dengan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, “Balai Harta Peninggalan atau orang
perseorangan diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta
debitor pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas”.

Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang Hakim
Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan. Dalam Pasal 15 ayat 3, kurator
harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitor atau
kreditor, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang lebih dari 3 perkara. Di samping itu, kurator dipersyaratkan
memiliki keahlian khusus, ditunjukkan dengan adanya sertifikat kemampuan, dan
telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Undang-undang.11

Sedangkan tugas kurator adalah sebagai berikut:12

1. Melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit, sebagaimana


dalam Pasal 69 ayat 1
2. Melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan
menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga
lainnya, sebagaimana dalam Pasal 98
3. Meminta penyegelan harta pailit ke Pengadilan, sebagaimana dalam Pasal
99
4. Meminta penyegelan harta pailit paling lambat 2 hari setelah menerima
surat pengangkatan, sebagaimana dalam Pasal 100
5. Membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang dan utang harta
pailit, nama dan tempat tinggal kreditor, jumlah piutang masing-masing
kreditor, sebagaimana dalam Pasal 102

E.Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Selain penyelesaian dengan permohonan pailit, maka masalah utang piutang


dapat pula diselesaikan melalui mekanisme yang disebut penundaan kewajiban
11 Ibid, hlm 187

12 Ibid, hlm 187


10

pembayaran utang (PKPU). Undang-undang kepailitan tidak memberikan


pengertian PKPU. Namun dari rumusan pengaturan mengenai PKPU yang
terdapat dalam Undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa PKPU
merupakan suatu cara yang digunakan oleh debitor maupun kreditor dalam hal
debitor atau kreditor menilai debitor tidak dapat atau diperkirakan tidak akan
dapat lagi melanjutkan pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dengan maksud agar tercapai rencana perdamaian (meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor) antara debitor dan
kreditor agar debitor tidak perlu dipailitkan.13

Dalam Pasal 222 ayat 2 dikatakan: “Debitor yang tidak dapat atau
memperkirakan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang
dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.”

PKPU dilakukan bukan berdasarkan pada keadaan dimana debitor tidak


mampu membayar utangnya dan juga tidak bertujuan dilakukannya pemberesan
terhadap harta kekayaan debitor (likuidasi harta pailit). PKPU merupakan wahana
yuridis ekonomis yang disediakan bagi debitor untuk menyelesaikan kesulitan
finansialnya agar dapat melanjutkan kehidupannya. Sesungguhnya PKPU adalah
suatu cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara pada likuidasi
harta kekayaan debitor.14

Tujuan dan fungsi dari PKPU pada umumnya untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang
kepada kreditor konkuren, sedangkan untuk debitor memungkinkan meneruskan
usahanya meskipun ada kesukaran pembayaran dan untuk menghindari
kepailitan.15

13 Pasal 222 jo. Pasal 228 ayat 5 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

14 Nafi’ Mubarok, hlm 197-198

15 Ibid, hlm 198-199


11

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Pailit dapat diartikan debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang


karena tidak mampu. Kata pailit berasal dari bahasa Prancis failite yang berarti
kemacetan pembayaran. Secara yuridis, dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang
disebutkan bahwa: “Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor
pailit yang pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan hakim pengawas”. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 4 dalam
undang-undang tersebut disebutkan bahwa “Debitor pailit adalah debitor yang
dinyatakan pailit dengan keputusan pengadilan”.
2. Syarat kepailitan disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1, yaitu “Debitor yang
mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya”.
Syarat-syarat yuridis dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut: 1.Adanya
utang, 2.Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo, 3.Minimal satu dari utang
dapat ditagih, 4.Adanya debitor, 5.Adanya kreditor, 6.Kreditor lebih dari satu,
12

7.Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan


“Pengadilan Niaga”, 8.Permohonan persyaratan pailit diajukan oleh pihak yang
berwenang.
Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit, antara lain: 1.Orang perorangan,
2.Harta peninggalan (warisan), 3.Perkumpulan perseroan (Holding Company),
4.Penjamin (Guarantor), 5.Badan hukum, 6.Perkumpulan bukan badan hukum,
7.Bank, 8.Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit,
berdasarkan Pasal 2 Undang-undang No. 37 Tahun 2004, antara lain: 1.Debitor,
2.Kreditor, 3.Kejaksaan, 4.Bank Indonesia, 5.Badan Pengawas Pasar Modal,
6.Menteri Keuangan
Dalam Pasal 1 angka 7 dari Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, proses penyelesaian
perkara kepailitan di Indonesia dilakukan di Pengadilan Niaga dalam
lingkungan peradilan umum.
3. Pada dasarnya, kepailitan berakibat hilangnya segala hak debitor untuk
mengurus segala harta kekayaan yang termasuk ke dalam harta pailit (boedel
pailit). Perlu diketahui bahwasannya putusan pernyataan pailit tidak
mengakibatkan debitor kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan
hukum (volkomen handelingsbevoegd) pada umumnya, tetapi hanya kehilangan
kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan mengalihkan harta
kekayaannya saja. Kewenangan debitor itu selanjutnya diambil alih oleh
kurator. Ketentuan tersebut berlaku sejak diucapkannya putusan pernyataan
pailit. Kepailitan ini meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama
kepailitan.
4. Kurator untuk melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas
harta pailit. Kurator dapat ditunjuk oleh debitor atau kreditor, dan pengadilan.
Ada dua jenis kurator, yaitu: 1.Balai Harta Peninggalan (BPH), 2.Kurator
lainnya. Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/atau
pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
13

5. Selain penyelesaian dengan permohonan pailit, maka masalah utang


piutang dapat pula diselesaikan melalui mekanisme yang disebut penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU). PKPU dilakukan bukan berdasarkan
pada keadaan dimana debitor tidak mampu membayar utangnya dan juga tidak
bertujuan dilakukannya pemberesan terhadap harta kekayaan debitor (likuidasi
harta pailit). PKPU merupakan wahana yuridis ekonomis yang disediakan bagi
debitor untuk menyelesaikan kesulitan finansialnya agar dapat melanjutkan
kehidupannya. Sesungguhnya PKPU adalah suatu cara untuk menghindari
kepailitan yang lazimnya bermuara pada likuidasi harta kekayaan debitor.

Anda mungkin juga menyukai