0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
128 tayangan9 halaman
Ada 10 cara hapusnya perikatan menurut KUHPdt, yaitu melalui pembayaran, penawaran pembayaran tunai, novasi, perjumpaan utang, percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan perjanjian, berlakunya syarat batal, dan lewatnya waktu.
Ada 10 cara hapusnya perikatan menurut KUHPdt, yaitu melalui pembayaran, penawaran pembayaran tunai, novasi, perjumpaan utang, percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan perjanjian, berlakunya syarat batal, dan lewatnya waktu.
Ada 10 cara hapusnya perikatan menurut KUHPdt, yaitu melalui pembayaran, penawaran pembayaran tunai, novasi, perjumpaan utang, percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan perjanjian, berlakunya syarat batal, dan lewatnya waktu.
diatur dalam Pasal 1381 KUHPdt : 1. Karena Pembayaran, adalah setiap pemenuhan prestasi secara sukarela. Dengan dipenuhinya prestasi itu, perikatan menjadi hapus. 2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan. Kalau kreditur menolak pembayaran dari debitur,maka debitur dapat melakukan pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan (consignatie), lihat pasal 1404 sd 1412. 3. Karena Pembaharuan Hutang (Novasi) adalah suatu perjanjian yang menghapuskan perikatan lama akan tetapi pada saat yang sama menimbulkan perikatan baru yang menggantikan perikatan lama. Menurut Pasal 1413 KUHPdt, ada 3 macam novasi, yaitu novasi obyektif, novasi subyektif pasif, dan novasi subyektif aktif. Novasi terbagi dua, yaitu : a. Novasi Obyektif dapat terjadi dengan mengganti atau mengubah isi dan sebab daripada perikatan. Penggantian isi perikatan terjadi jika kewajiban debitur utk memenuhi suatu prestasi tertentu diganti dengan prestasi yang lain. Dengan mengubah sebab, misalnya ganti rugi atas dasar onrechtmatige daad diubah menjadi utang piutang. b. Novasi Subyektif Pasif dapat terjadi dengan cara expromissie dimana debitur semula diganti oleh debitur yang baru tanpa bantuan debitur lama. Misalnya : A (debitur) berutang kepada B (kreditur). B membuat perjanjian dengan C (debitur baru) bahwa C akan menggantikan kedudukan A (debitur lama) dan A dibebaskan B dari utangnya. Selain itu Novasi Subyektif Pasif dapat terjadi dengan cara delegatie, dimana terjadi perjanjian antara debitur, kreditur dan debitur baru. Misal : A (debitur) berutang kepada B (Kreditur). Kemudian A mengajukan C sebagai debitur baru kepada B. Antara B dan C dibuat perjanjian bahwa C akan melakukan apa yang harus dilakukan/dipenuhi oleh A. C. Novasi Subyektif Aktif, selalu merupakan perjanjian bersegi tiga, karena debitur perlu mengikatkan dirinya dengan kreditur baru. Misalnya A berutang kepada B Rp. 1 jt, sedangkan B berutang kepada C Rp. 1 jt. Dengan perjanjian antara A,B dan C, maka A menjadi berhutang kepada C, sehingga A tidak lagi berhutang kepada B dan B tidak lagi berhutang kepada C. 4. Perjumpaan utang atau kompensasi adalah salah satu cara hapusnya perikatan yang disebabkan oleh karena keadaan dimana dua orang saling mempunyai utang satu terhadap yang lain, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan.;(lihat Pasal 1425 KUHPdt).
5. Percampuran Utang, karena kedudukan kreditur dan debitur
bersatu pada satu orang. Misalnya ; kreditur meninggal dunia sedangkan debitur merupakan satu-satunya ahli waris. Atau debitur kawin dengan kreditur dalam persatuan harta perkawinan. Hapusnya perikatan karena percampuran utang ini adalah “demi hukum” artinya secara otomatis (Pasal 1436).
6. Pembebasan Utang adalah perbuatan hukum dimana kreditur
melepaskan haknya untuk menagih piutangnnya kepada debitur.; 7. Musnahnya barang yang terutang. Jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu masih ada,maka perikatan menjadi hapus, asal saja musnahnya atau hilangnya barang itu bukan karena kesalahan debitur dan sebelum ia lalaimenyerahkannya.
8. Pembatalan Perjanjian. Permintaan pembatalan
dilakukan oleh orangtua/wali dari pihak yang tidak cakap atau oleh pihak yang menyatakan kesepakatan karena paksaan, kekhilafan atau penipuan. 9. Berlakunya suatu syarat batal. Apabila suatu perikatan yang lahirnya digantungkan kepada terjadinya peristiwa, dinamakan perikatan dengan syarat tangguh. Sedangkan apabila suatu perikatan yg sudah ada yang berakhirnya digantungkan kepada peristiwa, dinamakan perikatan dengan syarat batal. Misalnya : perjanjian sewa menyewa rumah antara A dan B yg sdh ada, dijanjikan akan berakhir kalau A dipindahkan ke kota lain.
10. Lewat waktu adalah suatu upaya untuk memperoleh
sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat- syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Daluarsa utk memperoleh hak milik atas suatu barang dinamakan daluarsa acquisitif, sedangkan daluarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan (atau suatu tuntutan) dinamakan daluarsa extinctif. Dalam Pasal 1967 KUHPdt ditentukan bahwa segala tuntutan hukum baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perorangan , hapus karena daluarsa dengan lewatnya waktu 30 tahun,