Anda di halaman 1dari 14

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TINJAUAN YURIDIS KASUS PENGALIHAN BARANG JAMINAN


FIDUSIA DARI SUDUT HUKUM PIDANA
(Studi Kasus Pengadilan Negeri Jepara No.320/Pid.Sus/ 2011/PN.JPR jo
No.101/Pid/2012/ PT.SMG jo No.1160 K/Pid.Sus/ 2012)

Faizal Pratama Febriansyah*, Purwoto, R.Suharto


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : faizalpratamafebrianysah@yahoo.com

ABSTRAK

PT. Federal International Finance (FIF) sebagai salah satu perusahaan jasa pembiayaan
kredit sepeda motor cabang Jepara, ditengah keuntungan bisnis yang diperoleh perusahaan dan
adanya penawaran kemudahan bagi calon konsumen tersebut justru menimbulkan persoalan-
persoalan baru atau sisi lainnya menimbulkan adanya peluang terjadinya suatu kejahatan yaitu
penggelapan. Penggelapan sepeda motor kredit dari perusahaan pembiayaan atau leasing oleh
masyarakat sangat merugikan bagi perusahaan pembiayaan tersebut. Masyarakat melakukan kredit
sepeda motor di perusahaan pembiayaan dengan sistem pembayaran angsuran yang besarnya
sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dalam perjanjian dan selama waktu tertentu.
Kenyataannya setelah perjanjian kredit berjalan, banyak masyarakat yang beritikad buruk dengan
tidak melakukan kewajibannya untuk membayar angsuran sepeda motor. Bahkan kemudian
mereka mengalihkannya dengan menjual, menggadaikan, menukar, dan atau menyewakan sepeda
motor tersebut tanpa sepengetahuan dari perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sudut pandang positif dan negatifnya
penyelesaian kasus jaminan fidusia secara pidana, untuk mengetahui apakah pengalihan barang
jaminan fidusia kepada pihak ketiga dapat dikategorikan perkara pidana dan untuk mengetahui
optimalisasi hukum yang dapat diupayakan untuk menyelesaikan pengalihan objek jaminan fidusia
yang dialihkan pada pihak ketiga tanpa izin dari Kreditor.
Metode penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan data
sekunder dan data primer. Data sekunder digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan
perundang-undangan di bidang hukum jaminan, peraturan mengenai jaminan fidusia, buku-buku
yang berkaitan dengan fidusia dan artikel-artikel sedangkan data primer digunakan untuk
menganalisis hukum yang dilihat sebagai opini para informan yang berkaitan dengan kenyataan
yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat hukum yang ditimbulkan yaitu debitor dapat
dikategorikan melakukan perbuatan wanprestasi dan dapat dituntut melakukan tindak pidana
penggelapan dan/atau tindak pidana menyewakan objek jaminan fidusia tanpa persetujuan tertulis
dari penerima fidusia sebagaimana Pasal 36 Undang-Undang Jaminan Fidusia bahwa pemberi
fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang
menjadi objek jaminan yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia

Kata Kunci: Penggelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing

ABSTRACT

PT. Federal International Finance (FIF) as a provider of financing motorcycle loans


branch of Jepara, amid the business benefits obtained by the company and the offering
convenience for prospective customers is actually raises new issues or the other raises the
possibility of a crime is embezzlement. Embezzlement motorcycle loans from finance companies or
leasing by the public is very harmful for the finance companies. Peoples do credit motorcycle
finance companies with installment payment system in accordance with an agreement in the
amount specified in the agreement and for a certain time. In fact after the credit agreement

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

walking, a lot of people who act in bad faith by not perform its obligation to pay the installment of
the motorcycle. Even then, they divert it to sell, pledge, exchange, or lease the bike without the
knowledge of the company.
This study aims to determine the standpoint of positive and negative settlement of
fiduciary criminally, to determine whether the transfer of goods fiduciary to a third party can be
categorized as criminal and to determine the optimization of law can attempt to complete the
transfer of objects fiduciary transferred to third parties without the consent of the creditors.
This research method using normative juridical method using secondary data and
primary data. Secondary data were used to analyze a wide range of legislation in the field of
security law, regulations regarding fiduciary, books relating to fiduciary and articles while the
primary data used to analyze the law is seen as the opinions of the informants related to the fact
that there.
The results showed that the legal consequences arising which debtors can be categorized
as acts of default and can be charged with a criminal offense of fraud and / or criminal acts lease
object fiduciary without the written consent of the recipient of the fiduciary as Article 36 of Law
Fiduciary that the giver of fiduciary must not divert , pledge, or lease to another party objects into
an object that does not guarantee an inventory of objects, except with the prior written consent of
the recipient fiduciary

Keywords: Embezzlement of Motor Vehicles The Become Collateral Leasing

I. PENDAHULUAN kemudahan bagi pencari kredit


Latar Belakang Masalah dengan tanpa harus menyerahkan
Setiap kebijakan barang yang dijaminkan secara
pembangunan oleh pemerintah, fisik seperti dalam gadai.
diharuskan mampu menampung Jaminan fidusia
kebutuhan hukum serta mampu merupakan jaminan
mengarahkan kesadaran hukum perseorangan, dimana antara
masyarakat menuju kearah Pemberi Fidusia dan Penerima
modernisasi sehingga tercapai Fidusia saling memberikan
ketertiban dan kepastian hukum1. kepercayaan, Pemberi Fidusia
Kaitannya dengan perkembangan menyerahkan hak
ekonomi dan perkreditan, kepemilikannya kepada Penerima
munculnya bentuk jaminan Fidusia, namun Penerima Fidusia
fidusia (secara kepercayaan) tidak langsung memiliki objek
yang menjawab kebutuhan yang menjadi jaminan fidusia
masyarakat dalam perkreditan tersebut yang diserahkan oleh
sebagai sarana untuk Pemberi Fidusia, sehingga
mendapatkan modal maupun jaminan fidusia merupakan suatu
kebutuhan konsumtif seperti teori jaminan. Jaminan fidusia
kendaraan. Adanya ketentuan adalah jaminan kebendaan atas
jaminan fidusia memberikan benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud
sehubungan dengan hutang
1
Sri Soedewi M, Beberapa Masalah piutang antara debitur dan
Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya kreditur.Fidusia digunakan untuk
Fiducia Di Dalam Praktek dan
Pelaksanaannya di Indonesia (Yogyakarta: benda bergerak maupun tidak
Fakultas Hukum UGM Bulaksumur, bergerak. Jaminan fidusia lahir
1977),hal.1

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

karena pada prakteknya ada hal- dibebani hak tanggungan


hal yang tidak dapat sebagaimana dimaksud dalam
terakomodasi. Sedangkan untuk Undang-undang Nomor 4 Tahun
benda tidak bergerak, yang 1996 tentang Hak Tanggungan
menjadi objeknya adalah benda yang tetap berada dalam
yang bukan merupakan objek hak penguasaan Pemberi Fidusia,
tanggungan.2 sebagai agunan bagi pelunasan
Jaminan Fidusia utang tertentu, yang memberikan
adalahjaminan kebendaan atas kedudukan yang diutamakan
benda bergerak baik yang kepada penerima fidusia terhadap
berwujud maupun tidak berwujud kreditor lainnya. Perlu diketahui
sehubungan dengan hutang- juga bahwa jaminan dengan
piutang antara debitur dan fidusia, yang dijaminkan adalah
kreditur. Jaminan fidusia hak kepemilikan bendanya saja,
diberikan oleh debitur kepada sedangkan bendanya tetap berada
kreditur untuk menjamin dalam penguasaan pemilikinya.
pelunasan hutangnya. Jaminan PT. Federal International
Fidusia diatur dalam Undang- Finance sebagai salah satu
undang No. 42 Tahun 1999 perusahaan jasa pembiayaan
tentang Jaminan Fidusia. Adapun kredit sepeda motor cabang
pengertian fidusia menurut pasal Jepara yang bekerjasama dengan
1 ayat 1 dari undang-undang ini, dealer turut serta dalam bisnis ini,
fidusia merupakan pengalihan kemudahan yang diberikan dapat
hak kepemilikan suatu benda atas dilihat pada ringannya syarat
dasar kepercayaan dengan yang diajukan delaer khususnya
ketentuan bahwa benda yang hak bagi calon pembeli secara kredit.
kepemilikannya yang diadakan Calon pembeli hanya di minta
tersebut tetap dalam penguasaan untuk menunjukan identitas diri
pemilik benda itu. Selain itu, (KTP), Keterangan Kartu
jaminan fidusia inimemberikan Keluarga, rekening listrik serta
kedudukan yang diutamakan keterangan lainya yang dapat
privilege kepada penerima mengguatkan persetujuan
fidusia terhadap kreditor lainnya. kepemilikan kendaraan roda dua
Menurut Pasal 1 angka 2 kepada pihak dealer. Selanjutnya
Undang-Undang jaminan pihak dealer dengan rekanannya
Fidusia, jaminan fidusia adalah yaitu lembaga pembiayaan
hak jaminan atas benda bergerak melakukan survey terhadap calon
baik yang berwujud maupun pembeli, apabila dianggap
yang tidak berwujud dan benda memenuhi kriteria serta syarat-
tidak bergerak khusunya syarat yang diajukan maka calon
bangunan yang tidak dapat dalam waktu yang relatif cepat
akan memiliki sepeda motor yang
diinginkan.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_fi Ditengah keuntungan
dusia bisnis yang diperoleh perusahaan
dan adanya penawaran

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kemudahan bagi calon konsumen baku yang memberikan


tersebut justru menimbulkan kebebasan kepada pihak Kreditor
persoalan-persoalan baru atau sisi untuk mengajukan tuntutan-
lainnya menimbulkan adanya tuntutan hukum terhadap
peluang terjadinya suatu konsumen sesuai dengan
kejahatan yaitu penggelapan. ketentuan hukum yang berlaku.
Penggelapan sepeda motor kredit Praktek dalam Perjanjian
dari perusahaan pembiayaan atau pembiayaan Konsumen juga
leasing oleh masyarakat sangat diikat dengan perjanjian Fidusia.
merugikan bagi perusahaan Sehubungan dengan itu maka
pembiayaan tersebut. Masyarakat ditinjau dari Undang-Undang
melakukan kredit sepeda motor No.42 Tahun 1999 tentang
di perusahaan pembiayaan jaminan Fidusia, pemegang
dengan sistem pembayaran Fidusia memiliki hak preferen
angsuran yang besarnya sesuai untuk mengambil pelunasan
dengan kesepakatan yang piutang atas hasil eksekusi benda
ditentukan dalam perjanjian dan yang menjadi Obyek jaminan
selama waktu tertentu. Fidusia. Konsekuensinya dalam
Kenyataannya setelah perjanjian hal terjadi Pengalihan barang
kredit berjalan, banyak jaminan dalam masa pembayaran
masyarakat yang melakukan yang belum lunas dalam
kejahatan dengan tidak pembiayaan leasing, maka Pihak
melakukan kewajibannya untuk kreditor dan pemegang Fidusia
membayar angsuran sepeda dapat dipidanakan oleh pihak
motor, bahkan kemudian mereka debitor berdasarkan ketentuan
mengalihkannya dengan menjual, Pasal 36 yang mengatakan
menggadaikan, menukar, dan “Pemberi Fidusia yang
atau menyewakan sepeda motor mengalihkan, menggadai, atau
tersebut tanpa sepengetahuan dari menyewakan benda yang
perusahaan. Perbuatan tersebut menjadi obyek jaminan Fidusia
tentu sangat merugikan yang dilakukan tanpa persetujuan
perusahaan dan juga merupakan tertulis terlebih dahulu dari
persoalan tindak pidana Penerima Fidusia, dipidana
penggelapan yang harus disikapi dengan pidana paling lama 2 (
bersama oleh pihak yang dua ) tahun dan denda paling
berkepentingan. banyak Rp 50.000.000,- (lima
Pengalihan barang puluh juta rupiah)“. Selanjutnya
jaminan dalam masa pembayaran direkomendasikan, sesuai asas
kredit sepeda motor dengan hukum Lex speciaslis derogate
mengunakan perjanjian dapat lex specialis generalis, maka
dikualifikasikan sebagai tindak dalam kasus pengalihan barang
pidana sebagaimana diatur dalam jaminan dalam masa pembayaran
Pasal 36 Undang Undang No 42 yang belum lunas dalam
Tahun 1999 Tentang Jaminan perjanjian pembiayaan leasing
Fidusia. Hal ini dengan ini terkait yang diikat pula dengan
dengan klausul dalam perjanjian perjanjian Fidusia merupakan

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perbuatan melawan hukum peradilan yang untuk tingkat


pidana. banding kepada Terdakwa
Diantara kasus yang bisa sebesar Rp 3.000,- (tiga ribu
dijadikan acuan dalam rupiah).
memahami tentang kasus fidusia Pada tingkat kasasi
ini adalah kasus pengalihan putusan No.1160 K/Pid.Sus/2012
barang jaminan fidusia oleh menyatakan menolak
Putusan Pengadilan Negeri permohonan kasasi dari Pemohon
Jepara No: Kasasi I: Jaksa/ Penuntut Umum
320/Pid.Sus/2011/PN.JPR. pada Kejaksaan Negeri Jepara,
Tanggal 27 Pebruari 2012 tidak dapat diterima permohonan
menyatakan terdakwa H.Iskandar kasasi dari Pemohon Kasasi II/
Bin Mariyani terbukti secara sah Terdakwa: H.Iskandar bin
dan meyakinkan bersalah Maryani tersebut, dan
melakukan tindak pidana “ membebankan denda terdakwa
mengalihkan, menggadaikan, tersebut untuk membayar biaya
atau menyewakan benda yang perkara pada tingkat kasasi ini
menjadi objek jaminan fidusia, sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima
yang dilakukan tanpa persetujuan ratus rupiah. Dengan demikian
tertulis terlebih dahulu dari unsur pidana fidusia yang masuk
penerima fidusia “, melanggar dalam Pasal 36 UU No.42 Tahun
Pasal 36 Undang-undang No 42 1999 tentang Jaminan Fidusia
tahun 1999 tentang jaminan menarik untuk dikaji secara
Fidusia, Menjatuhkaan pidana ilmiah.
terdakwa penjara selama 7 ( tujuh Berdasarkan pemikiran di
) bulan dan denda sebesar Rp atas, peneliti ingin lebih
5.000.000,- ( lima juta rupiah ) mengetahui dan memahami
dengan ketentuan apabila denda tentang perjanjian kredit dengan
tersebut tidak dibayar diganti jaminan fidusia yang melakukan
dengan pidana selama 2 (dua) pelanggaran melalui hukum
bulan kurungan. pidana. Oleh karena itu, peneliti
H.Iskandar Bin Maryani mengambil judul skripsi
tidak puas dengan putusan “Tinjauan Yuridis Kasus
Pengadilan Negeri Jepara Pengalihan Barang Jaminan
mengajukan tingkat banding ke Fidusia Dari Sudut Hukum
Pengadilan Tinggi Semarang Pidana (Studi Kasus
dengan putusan Pengadilan Negeri Jepara
No.110/Pid/2012/ PT.Smg No.320/Pid.Sus/ 2011/PN.JPR
menyatakan menerima jo No.101/Pid/2012/ PT.SMG jo
permintaan banding dari No.1160 K/Pid.Sus/ 2012)
terdakwa H.Iskandar Bin Rumusan Masalah
Mariyani dan Jaksa Penuntut Berdasarkan latar
Umum pada Kejaksaan Negeri belakang masalah yang telah
Jepara, memerintahkan terdakwa diuraikan di atas, dapat
tetap ditahan dan membebankan diidentifikasi permasalahan
biaya perkara pada kedua tingkat sebagai berikut: 1) Bagaimana

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sudut pandang positif dan lebih”.3 Pengertian perjanjian


negatifnya penyelesaian kasus sebagaimana diatur Pasal 1313
jaminan fidusia secara pidana. 2) BW (KUH
Apakah pengalihan barang Perdata) tersebut dalam
jaminan fidusia kepada pihak pandangan para sarjana
ketiga dapat dikategorikan mengandung kelemahan.
perkara pidana dan 3) Bagaimana Ketidaksempurnaan dan tidak
optimalisasi hukum yang dapat lengkap. Sehubungan dengan hal
diupayakan untuk menyelesaikan tersebut
pengalihan objek jaminan fidusia Mariam Darus Badrulzaman
yang dialihkan pada pihak ketiga mengungkapkan :
tanpa izin dari kreditor? Para Sarjana Hukum
Tujuan Penelitian Perdata umumnya berpendapat
Tujuan yang ingin dicapai bahwa definisi perjanjian yang
dari penelitian ini adalah: 1) terdapat dalam ketentuan BW di
Untuk mengetahui sudut pandang atas adalah tidak lengkap dan
positif dan negatifnya pula terlalu luas. Tidak lengkap,
penyelesaian kasus jaminan karena yang dirumuskan itu
fidusia secara pidana; 2) Untuk hanya mengenai perjanjian
mengetahui apakah pengalihan sepihak saja. Definisi itu terlalu
barang jaminan fidusia kepada luas, karena dapat mencakup hal-
pihak ketiga dapat dikategorikan hal yang mengenai janji kawin,
perkara pidana dan 3) Untuk yaitu perbuatan di lapangan
mengetahui optimalisasi hukum hukum keluarga yang
yang dapat diupayakan untuk menimbulkan perjanjian juga,
menyelesaikan pengalihan objek namun istimewa sifatnya karena
jaminan fidusia yang dialihkan dikuasai oleh ketentuan-
pada pihak ketiga tanpa izin dari ketentuan tersendiri sehingga
Kreditor. Buku III BW (KUH Perdata)
secara langsung tidak berlaku
TINJAUAN PUSTAKA terhadapnya. Juga mencakup
Perjanjian Kredit perbuatan melawan hukum,
Dalam sistem hukum sedangkan terhadap perbuatan
Indonesia yang menganut sistem melawan hukum ini tidak ada
Eropa unsur persetujuannya.4
Kontinental (Civil Law Legal
System), istilah kontrak dikenal 3
Rai Widjaja, I G A, Dikutip dari Black
dengan Law Dictionary, 2003, Merancang Suatu
Perjanjian (Overrenkomst). Kontrak, Teori dan Praktek, Mega Poin,
Menurut Pasal 1313 BW (KUH Jakarta, hal. 8.
Perdata), “Perjanjian adalah suatu 4
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Kitab
perbuatan dimana satu orang atau Undang-Undang Hukum Perdata Buku II
Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,
lebih mengikatkan dirinya Alumni, Bandung, (selanjutnya disebut
terhadap satu orang lain atau Mariam Darus
Badrulzaman I), hal. 20.

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Perjanjian kredit adalah hukum Romawi. Ada dua bentuk


perjanjian pokok yang bersifat jaminan fidusia yaitu fidusia cum
riil. Sebagaimana perjanjian creditore dan fidusia cum amico.
pokok lainnya, maka perjanjian Keduanya timbul dari perjanjian
jaminan adalah accessoir-nya. yang disebut pactum fiduciae
Ada atau berakhirnya perjanjian yang kemudian diikuti dengan
jaminan bergantung pada penyerahan hak atau in iure
perjanjian pokok. Arti riil ialah cessio. Dalam bentuk yang
bahwa perjanjian kredit pertama atau lengkapnya fiducia
ditentukan oleh penyerahan uang cum creditare contracta yang
oleh bank kepada nasabah berarti janji kepercayaan yang
kreditor.5 dibuat dengan kreditor,
Kredit yang diberikan dikatakanbahwa debitor akan
oleh bank sebagai kreditor mengalihkan kepemilikan atas
kepada nasabahnya sebagai suatu benda kepada kreditor
debitor selalu dilakukan dengan sebagai jaminan atas utangnya
membuat suatu perjanjian. dengan kesepakatan bahwa
Mengenai bentuk perjanjian ini kreditor akan mengalihkan
tidak ada bentuk yang pasti kembali kepemilikan tersebut
karena tidak ada peraturan yang kepada debitor apabila utangnya
mengaturnya, tetapi yang jelas sudah dibayar lunas7.
perjanjian kredit selalu dibuat Berdasarkan undang-
dalam bentuk tertulis dan undang ini, obyek jaminan
mengacu pada Pasal 1320 fidusia dibagi 2 macam, yaitu :
KUHPerdata tentang syarat- benda bergerak, baik yang
syarat sahnya perjanjian. berwujud maupun tidak
Jaminan Fidusia berwujud; dan benda tidak
Fidusia menurut asal bergerak, khususnya bangunan
katanya berasal dari kata "Fides", yang tidak dapat dibebani hak
yang berarti kepercayaan, Sesuai tanggungan.Subyek Jaminan
dengan arti kata ini maka Fidusia adalah Pemberi Fidusia
hubungan (hukum) antar debitor dan Penerima Fidusia. Pemberi
(pemberi kuasa) dan kreditor Fidusia adalah orang
(penerima kuasa) merupakan perseorangan atau korporasi
hubungan hukum yang pemilik benda yang menjadi
berdasarkan obyek Jaminan Fidusia,
kepercayaan6.Pranata jaminan sedangkan Penerima Fidusia
fidusia sudah dikenal dan adalah orang perseorangan atau
diberlakukan dalam masyarakat korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya
5 dijamin dengan Jaminan Fidusia.8
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional
Indonesia. Cetakan 2. Jakarta, Kencana
Prenada Media Group. 2006
6
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani,
Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, 7
Ibid, hal 114.
Jakafta 8
Purwahid Patrik dan Kashadi, Op, Cit, hal
2001, hal. 113. 39

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penelitian hukum yang dilakukan


Hukum Pidana dengan meneliti bahan pustaka
Prof. Moeljatno, S.H atau data sekunder belaka.10
Hukum Pidana adalah bagian Metode yuridis normatif
daripada keseluruhan Hukum sekunder digunakan untuk
yang berlaku di suatu negara, menganalisis berbagai peraturan
yang mengadakan dasar-dasar perundang-undangan di bidang
dan aturan-aturan untuk: a) hukum jaminan, peraturan
Menentukan perbuatan-perbuatan mengenai jaminan fidusia, buku-
mana yang tidak boleh dilakukan buku yang berkaitan dengan
dan yang dilarang, dengan fidusia dan artikel-artikel
disertai ancaman atau sanksi sedangkan data primer digunakan
yang berupa pidana tertentu bagi untuk menganalisis hukum yang
barang siapa yang melanggar dilihat sebagai opini para
larangan tersebut; b) Menentukan informan yang berkaitan dengan
kapan dan dalam hal-hal apa kenyataan yang ada.
kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi Spesifikasi Penelitian
pidana sebagaimana yang telah Spesifikasi penelitian
diancamkan; dan c) Menentukan dalam skripsi ini adalah termasuk
dengan cara bagaimana diskriptif analitis, yaitu
pengenaan pidana itu dapat menggambarkan peraturan
dilaksanakan apabila ada orang perundangan yang berlaku
yang disangka telah melanggar dikaitkan dengan teori-teori
larangan tersebut.9 hukum dan pelaksanaan hukum
Hukum pidana tidak lahir positif yang menyangkut
dengan sendirinya atau dengan permasalahan tersebut di atas.11
kata lain hukum pidana tidak Subyek dan Obyek Penelitian
lahir dari norma hukum itu Subjek penelitian adalah
sendiri, tetapi telah ada pada orang, tempat, atau benda yang
norma lain seperti norma agama, diamati dalam rangka
adat dan kesusilaan. Lahirnya pembubutan sebagai sasaran12.
hukum pidana adalah untuk Subjek penelitian dalam
menguatkan norma-norma penulisan hukum ini adalah kasus
tersebut. pidana H.Iskandar Maryani.

II. METODE PENELITIAN 10


Soerjono Soekanto & Sri Mamudji,
Metode Pendekatan Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Metode pendekatan yang Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm.
digunakan adalah Yuridis 13-14
11
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi
Normatif adalah metode
Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta :
Ghalia
9
Prof. Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana. Indonesia, 1990), hlm 97-98.
al. 1
12
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana Supranto, 2000, Metode Penelitian,
) 12 september 2015 02.00 pm Surabaya , Arithafika, halaman 9.

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Objek penelitian adalah bahan hukum yang terdiri atas


hal yang menjadi sasaran buku-buku teks yang ditulis oleh
penelitian. Objek penelitian para ahli hukum yang
dalam penulisan hukum ini berpengaruh, jurnal-jurnal
adalah Kasus Pengadilan Negeri hukum, pendapat para sarjana,
Jepara No.320/Pid.Sus/ dan kasus-kasus hukum yang
2011/PN.JPR jo berkaitan dengan topik penelitian
No.101/Pid/2012/ PT.SMG jo (Jhonny Ibrahim, 2010:296); 3)
No.1160 K/Pid.Sus/ 2012) Bahan hukum tersier Merupakan
Metode Pengumpulan Data bahan hukum yang memberikan
Data Primer, merupakan petunjuk atau penjelasan
data yang diperoleh melalui studi terhadap bahan hukum primer
lapangan. Data primer meliputi dan sekunder seperti kamus
data perilaku terapan dari hukum, ensiklopedia, dan lain-
ketentuan normatif terhadap lain.15
peristiwa hukum in concreto.
Data ini yang digunakan untuk III. HASIL PENELITIAN DAN
melengkapi dan mendukung data PEMBAHASAN
sekunder, maka yang diperlukan Sudut Pandang Positif Dan
dalam data primer adalah data Negatifnya Penyelesaian Kasus
yang diperoleh dengan Jaminan Fidusia Secara Pidana
melakukan wawancara dengan Dalam hukum perjanjian,
Hakim yang memutus perkara jika seorang debitor tidak
tersebut di Pengadilan Negeri memenuhi isi perjanjian atau
Jepara. tidak melakukan hal-hal yang
Data sekunder pada dijanjikan, debitor tersebut telah
dasarnya adalah data normatif melakukan wanprestasi dengan
terutama yang bersumber dari segala akibat hukumnya. Apabila
perundang-undangan.13 Data dalam suatu perjanjian debitor
sekunder atau studi kepustakaan tidak melaksanakan apa yang
ini untuk mencari konsepsi- telah diperjanjikan karena
konsepsi, teori-teori, pendapat-
pendapat, ataupun penemuan- 15
Jhonny Ibrahim,Op.Cit; hal.296
penemuan yang berhubungan erat
dengan pokok permasalahan.14
Sumber data sekunder terdiri
dari: 1) Bahan hukum primer:
Peraturan perundang-undangan,
Putusan hakim, Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan FiduKitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP);
2) Bahan hukum sekunder adalah

13
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hlm 151
14
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. cit, hlm 98

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

salahnya maka dapat dikatakan ia disimpulkan bahwa pelanggaran


telah melakukan wanprestasi. terhadap perjanjian kredit pada
Kesalahan itu dapat berupa, kasus fidusia dapat dipidanakan.
sengaja dan tidak berprestasi ia Dampak positif anatara
telah lalai atau alpa atau ingkar lain akan memberikan efek jera
janji atau bahkan melanggar terhadap pembeli (debitur) yang
perjanjian dengan melakukan melanggar perjanjian kredit pada
sesuatu hal yang dilarang/tidak kasus jaminan fidusia sehingga
boleh dilakukan. Hal ini tidak memberikan peluang bagi
berakibat hukum yakni pelanggaran yang lain dan dapat
pihak/para pihak yang dirugikan mengamankan aset sekaligus
dapat menuntut pelaksanaan dari untuk meminimalisasi kerugian
prestasi atau konsekuensi lain perusahaan leasing. Sedangkan
yang diatur dalam perjanjian dampak negatifnya yaitu bila
(ganti kerugian). Ancaman kasus pelanggaran ini
Pidana yang diatur dalam dipidanakan maka akan
Undang-undang Republik memakan banyak energi baik itu
Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 dari segi waktu maupun biaya
tentang Jaminan Fidusia adalah yang dikeluarkan oleh pihak
Setiap orang yang dengan leasing.
sengaja memalsukan, mengubah, Pengalihan Barang Jaminan
menghilangkan atau dengan cara Fidusia Kepada Pihak Ketiga
apapun memberikan keterangan Dikategorikan Perkara Pidana
secara menyesatkan, yang jika Dalam perjanjian jaminan
hal tersebut diketahui oleh salah fidusia, jika benda jaminan
satu pihak tidak melahirkan diserahkan atau dikuasai kreditor,
perjanjian Jaminan Fidusia, perjanjian jaminan fidusia tidak
dipidana dengan pidana penjara sah. Namun, berbeda halnya
paling singkat 1 (satu) tahun dan kalau debitor tidak memenuhi
paling lama 5 (lima) tahun dan kewajiban/wanprestasi, kreditor
denda paling sedikit Rp. dapat menarik benda jaminan
10.000.000,– (sepuluh juta fidusia untuk dijual guna
rupiah) dan paling banyak Rp. menutupi utang debitor.
100.000.000,– (seratus juta Tindakan tersebut bukan
rupiah), serta Pemberi Fidusia merupakan perbuatan hukum
yang mengalihkan, yang bertentangan dengan
menggadaikan, atau menyewakan Undang-Undang Jaminan Fidusia
benda yang menjadi obyek bahkan debitor mempunyai
Jaminan Fidusia yang dilakukan kewajiban untuk menyerahkan
tanpa persetujuan tertulis terlebih benda jaminan fidusia untuk
dahulu dari Penerima Fidusia, dijual.
dipidana dengan pidana penjara Apabila debitor
paling lama 2 (dua) tahun dan menyewakan objek jaminan
denda paling banyak Rp. fidusia yang tidak merupakan
50.000.000,– (lima puluh juta benda persediaan kepada pihak
rupiah).Dari kajian tersebut dapat ketiga tanpa persetujuan tertulis

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dari PT. Federal Internatinal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta


Finance, maka akibat hukum rupiah).
yang ditimbulkan yaitu berupa Optimalisasi Hukum Sebagai
perbuatan wanprestasi dalam Upaya Penyelesaian Pengalihan
perdata yang diatur dalam Objek Jaminan Fidusia Yang
Perjanjian Pembiayaan Dialihkan Pada Pihak Ketiga
Konsumen dan Pemberian Tanpa Izin Dari Kreditor
Jaminan Secara Kepercayaan Penyelesaian sengketa
(fidusia) serta sanksi pidana melalui pengadilan merupakan
sebagaimana diatur dalam Pasal cara untuk mengakhiri sengketa
36 Undang-Undang Jaminan yang timbul antara kreditor
Fidusia bahwa pemberi fidusia dengan debitor, dimana
yang mengalihkan, penyelesaian itu dilakukan di
menggadaikan, atau menyewakan muka dan dihadapan Pengadilan.
benda yang menjadi objek Pengadilanlah yang nantinya
jaminan fidusia sebagaimana akan memutuskan tentang
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) perselisihan tersebut.
yang dilakukan tanpa persetujuan Sesuai dengan uraian
tertulis terlebih dahulu dari Studi Kasus Pengadilan Negeri
penerima fidusia dari penerima Jepara No.320/Pid.Sus/
fidusia, dipidana dengan pidana 2011/PN.JPR jo
penjara paling lambat 2 (dua) No.101/Pid/2012/ PT.SMG jo
tahun dan denda paling banyak No.1160 K/Pid.Su

11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hasil studi kasus di atas efek jera terhadap pembeli


terlihat bahwa secara umum, (debitur) yang melanggar
dalam hukum jaminan yang perjanjian kredit pada kasus
objeknya benda bergerak, debitor jaminan fidusia sehingga tidak
tidak bisa mengalihkan, memberikan peluang bagi
menggadaikan, atau menyewakan pelanggaran yang lain dan dapat
kepada pihak lain benda yang mengamankan aset sekaligus
menjadi objek jaminan yang untuk meminimalisasi kerugian
tidak merupakan benda perusahaan leasing. Sedangkan
persediaan, akan tetapi khusus dampak negatifnya adalah bila
untuk bentuk jaminan fidusia hal kasus pelanggaran ini
ini diperbolehkan dengan dipidanakan maka akan
ketentuan harus diberitahukan memakan banyak energi baik itu
atau seizin dari pihak kreditor dari segi waktu maupun biaya
dalam hal ini PT.Federal yang dikeluarkan oleh pihak
International Finance Cabang leasing; 2) Akibat hukum apabila
Jepara sebagaimana diatur dalam debitor menyewakan/
surat Perjanjian Pembiayaan mengalihkan objek jaminan
Konsumen dan Pemberian fidusia yang tidak merupakan
Jaminan Secara Kepercayaaan benda persediaan kepada pihak
(Fidusia) serta diatur dalam Pasal ketiga tanpa persetujuan tertulis
36 Undang-Undang Jaminan dari PT.Federal International
Fidusia bahwa pemberi fidusia Finance yaitu debitor
dilarang mengalihkan, dikategorikan telah melakukan
menggadaikan, atau menyewakan perbuatan wanprestasi dan dapat
kepada pihak lain benda yang dituntut melakukan tindak pidana
menjadi objek jaminan yang penggelapan dan/atau tindak
tidak merupakan benda pidana menyewakan objek
persediaan, kecuali dengan jaminan fidusia tanpa persetujuan
persetujuan tertulis terlebih tertulis terlebih dahulu dari
dahulu dari penerima fidusia. penerima fidusia sebagaimana
diatur dalam Pasal 372 KUHP jo
IV. PENUTUP Pasal 36 Undang-Undang
Kesimpulan Jaminan Fidusia. Dan 3) Proses
Berdasarkan penyelesaian sengketa antara PT.
uraian/pembahasan yang telah Federal International Finance
diuraikan diatas, maka Penulis Cabang Jepara dengan debitor
dapat menarik kesimpulan apabila debitor terbukti
mengenai pengalihan objek menyewakan objek jaminan
jaminan fidusia oleh debitor fidusia yang tidak merupakan
kepada pihak ketiga di PT. benda persediaan kepada pihak
Federal International Finance ketiga yaitu PT. FIF
sebagai berikut: 1) Sudut menyelesaikan sengketa tersebut
pandang positif penyelesaian dengan melakukan penarikan
kasus Jaminan Fidusia secara objek jaminan fidusia secara
pidana adalah akan memberikan paksa maupun penyerahan secara

12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sukarela yang dilakukan oleh permohonan izin secara tertulis


debitor ataupun pihak ketiga kepada PT. FIF dengan alasan
karena PT. FIF memiliki hak objek jaminan fidusia akan
berdasarkan ketentuan di dalam diproduktifkan oleh debitor yaitu
Undang-Undang Jaminan Fidusia dalam menyewakan objek
sehingga PT. FIF dapat jaminan fidusia tersebut
melakukan eksekusi jaminan walaupun angsuran pembayaran
fidusia secara langsung melalui yang akan dibebani debitor akan
pengadilan, bila terbukti bersalah bertambah dari angsuran
maka debitor harus menyerahkan pembayaran yang normal. PT.
benda jaminan dan denda. FIF seyogianya menyelesaikan
sengketa dengan debitor dengan
Saran cara musyawarah sesuai dengan
Untuk menghindari Perjanjian Pembiayaan
perbuatan wanprestasi dan tindak Konsumen dan Pemberian
pidana penggelapan serta Jaminan Secara Kepercayaan
pelanggaran terhadap Undang- (fidusia), dan jika penyelesaian
Undang Jaminan Fidusia, maka sengketa dengan cara
disarankan agar debitor sebelum musyawarah tersebut tidak
menyewakan objek jaminan tercapai, maka PT. FIF dapat
fidusia kepada pihak ketiga, melakukan penarikan objek
debitor diwajibkan mengajukan jaminan fidusia secara paksa.

Perikatan. PT Citra
V. DAFTAR PUSTAKA ............Aditya Bakti: Bandung.
Ahmadi Miru. 2010. Hukum Kontrak Muhammad Chidir. 1993.
dan Perancangan Kontrak. PT Pengertian-Pengenrtian
Raja ............Grafindo Persada: Elementer Hukum
Jakarta. ............Perjanjian Perdata.
Djaja S Meliala. 2007. Bandar Maju: Bandung.
Perkembangan Hukum Perdata M. Sholehuddin, Sistem Sanksi
Tentang Benda dan Dalam Hukum Pidana, PT.
............Hukum Perikatan. RajaGrafindo ...........Persada.
Nuansa Aulia: Bandung. Jakarta. 2003.
Frieda Husni Hasbullah. 2009. Munir Fuady. 2000. Jaminan
Hukum Kebendaan Perdata Fidusia. PT Citra Aditya Bakti:
Hak-Hak Yang Bandung.
............Memberi Jaminan. CV Oey Hoey Tiong. 1985. Fiducia
Indhill: Jakarta. Sebagai Jaminan Unsur-Unsur
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. Perikatan............Ghalia: Jakarta.
2000. Jaminan Fidusia. PT Raja Purwahid Patrik dan Kashadi. 2008.
Grafindo ............Persada: Hukum Jaminan Edisi Revisi
Jakarta. Dengan
Mariam Darus Badrulzaman Dkk. ...........UUHT. Universitas
2001. Kompilasi Hukum Dipenegoro: Semarang.

13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

R. Subekti. 1995. Hukum Perjanjian. Grafika:Jakarta.


Intermasa: Jakarta. Rachmadi
Usman. 2008. ............Hukum
Jaminan Keperdataan. Sinar

14

Anda mungkin juga menyukai