ANGGOTA KELOMPOK
Andi Reza Adriansyah
Efendi
Ditasya Anisa Riani
Meydina Margaretha Munthe
Siti Fatimah
Vivicha Ema Thereza Marthinu
C. Analisis Kasus
1) Pengadilan Yang Berwenang
Pengadilan yang berwenang untuk menangani perkara IKEA vs IKEMA
adalah Pengadilan Indonesia. Karena hal ini sejalan dengan prinsip yurisdiksi in
rem atau dikenal pula yurisdiksi forum rei sitae. Perwujudan dari yurisdiksi in
rem melalui Forum Rei Sitae yakni penguasaan negara atas benda yang situsnya
berada di wilayah teritorialnya. Dalam praktiknya, gugatan atas dasar kebendaan
dalam hal ini nama domain yang terkait merek diajukan ke pengadilan dimana
benda tersebut berada atau didaftarkan. Disinipun, merek dapat dikatakan
sebagai hak benda karena merek merupakan objek hak milik dan memiliki nilai
ekonomis.
Dalam kaitannya dengan kasus di atas, IKEA Swedia berusaha untuk
membatalkan pendaftaran merek IKEMA Indonesia. karena IKEMA dinilai
telah meniru IKEA. maka IKEA Swedia perlu mengikuti proses hukum yang
berlaku di Indonesia. Hal ini sesuai dengan prinsip yurisdiksi forum rei sitae,
dimana perkara menyangkut benda tidak bergerak tunduk kepada hukum
dimana benda tersebut berada. Kesimpulannya, pengadilan yang berwenang
untuk menangani perkara IKEA vs IKEMA adalah Pengadilan Indonesia,
karena saat IKEMA mendaftarkan diri sebagai merek, IKEMA mendaftar di
Indonesia.
2) Apakah Termasuk Peristiwa HPI ?
Menurut hakim sesuai dengan kewenanganya, perkara IKEA vs
IKEMA termasuk kedalam Peristiwa Hukum Perdata Internasional.
Karena perkara tersebut telah memenuhi unsur asing. Dimana unsur asing
disini bisa kita lihat, dimana IKEA yang merupakan kelompok usaha
multinasional yang dirintis oleh Ingvar Kamprad di Elmtaryd, Swedia pada
tahun 1943. Tahun 2014 menjadi tahun pertama IKEA membuka toko atau
gerainya di Indonesia. IKEA bermasalah dengan pengusaha asal Indonesia.
Dimana IKEA Swedia berpendapat bahwa perusahaan mereka telah
mengalami kasus peniruan merek dengan perusahaan IKEMA asal Indonesia.
Sehingga pada saat itu IKEA Swedia menggugat PT. Angsa Daya yang
menggunakan “IKEMA” Hal ini yang dinilai memiliki kesamaan dan dinilai
sebagai bentuk peniruan merek. Terlebih IKEA asal Swedia tersebut
berpandangan bahwa merek nya jauh lebih berkembang dan lebih maju.
Sebelum akhirnya IKEA menggugat ke pengadilan.
Intinya kasus tersebut termasuk kedalam hukum perdata internasional
karena ada unsur asing, yaitu konflik hubungan antara pengusaha Indonesia
(IKEMA) dengan perusahaan asal Swedia (IKEA) berkaitan dengan
permasalahan merek.
3) Kualifikasi Hukum Apa
Hakim berpandangan, bahwa dalam kasus IKEA vs IKEMA termasuk ke
dalam Kualifikasi Hukum Kebendaan. Karena pada dasarnya hukum benda
memiliki cakupan yang sangat luas. Bukan hanya merujuk benda yang dapat
dilihat dan diraba saja. Benda dikategorikan, ada benda yang berwujud dan
tidak berwujud ada juga benda bergerak dan tidak bergerak. Permasalahan
merek yang dipersengketakan antara IKEA vs IKEMA termasuk kedalam
hukum kebendaan, tepatnya benda tidak berwujud.
Benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, merek tidak diatur oleh KUH
Perdata tetapi diatur dengan undang-undang tersendiri. Lebih lanjut hakim
berpandangan bahwa, berbicara mengenai merek, merek merupakan suatu
karya yang diciptakan oleh seseorang berdasarkan hasil jerih payahnya sendiri
dengan tingkat intelektualitas yang tinggi. Oleh karena itu, negara
memberikan apresiasi kepada pemilik merek karena telah mampu
menciptakan suatu hasil karya baru dengan cara memberikan hak khusus bagi
pemilik merek untuk menggunakan merek tersebut secara bebas namun tetap
dalam koridor hukum yang ada dan tidak mengganggu kepentingan orang lain.
Disamping itu pemilik merek juga diberikan hak untuk menikmati hak
ekonomi dari hasil karyanya tersebut. Adanya hak ekonomi yang diberikan
oleh negara kepada pemilik merek, maka dapat disimpulkan bahwa merek
memiliki nilai ekonomis. Jika kita melihat pada pengertian benda, maka
terdapat 2 unsur utama yang harus dipenuhi agar sesuatu barang dapat
dikategorikan sebagai benda sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 499
KUH Perdata yaitu, merupakan hak milik, dan memiliki nilai ekonomis.
Meskipun undang-undang merek tidak mengatur dan mengkategorikan
merek sebagai benda, tetapi apabila kita melihat pada pengertian benda yang
terdapat dalam KUH Perdata, maka pada dasarnya merek termasuk dalam
kategori benda karena merek merupakan objek hak milik dan memiliki nilai
ekonomis.
D. KESIMPULAN
Dalam perkara IKEA vs IKEMA (PT.Angsa Daya) dapat
disimpulkan bahwa kasus tersebut tepat diadili berdasarkan pengadilan di
Indonesia, begitupun halnya kasus tersebut termasuk dalam kasus perdata
internasional. Dikarenakan, kasus tersebut mengandung unsur asing.
perkara tersebut termasuk kedalam kualitifikasi hukum kebendaan tidak
berwujud yang diselesaikan di pengadilan Indonesia. Keputusan akhir
memutuskan bahwa keberadaan IKEMA tidak bertentangan dengan
penggunaan hak merek. Sehingga keberadaannya tetap legal di Indonesia.