Anda di halaman 1dari 12

RESUME MATERI HUKUM PAJAK

 Pengertian Hukum Pajak

Menurut Prof. Dr. Bohari, Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan


yang mengatur hubungan antara wajib pajak dan fiskus (pejabat pajak). Istilah
fiskus tidak lagi sesuai dengan hukum pajak sekarang, sehingga kata fiskus
diganti menjadi pejabat pajak.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH , menyatakan hukum


pajak ialah suatu kumpulan peraturan – peraturan yang mengatur hubungan
hukum antara Pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai
pembayar pajak.

Menurut Prof. Dr. Djafar Saidi, Hukum pajak diartikan dalam arti luas
dan sempit. Dalam arti luas, hukum pajak ialah hukum yang berhubungan
dengan pajak….. dan dalam arti sempit, hukum pajak ialah kumpulan kaidah
hukum tertulis yang mengatur hubungan hukum wajib pajak dan pejabat
pajak.

 Ciri-ciri yang Melekat Pada Pengertian Pajak


1. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu
mengatur.
 Pajak Negara Dan Pajak Daerah

1. Pajak Negara
Pajak Negara yang berlaku sampai saat ini adalah:
a. Pajak Penghasilan

Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang


no.7 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang
no.17 tahun 2000. undang-undang pajak penghasilan berlaku mulai tahun
1984 dan merupakan pengganti UU pajak perseroan 1925, UU pajak
pendapatan 1944, UU PDBR 1970.

b. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah


Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah undang-undang no.8 tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.18 tahun
2000. undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1
april 1985 dan merupakan pengganti UU pajak Penjualan 1951.

c. Bea Materai

Dasar hukum pengenaan bea materai adalah undang-undang no.13


tahun 1985. undang-undang bea materai berlaku mulai tanggal 1 januari
1986 menggantikan peraturan dan undang-undang bea materai yang lama
(aturan bea materai 1921).

d. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

Dasar hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah undang-


undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang
no.12 tahun 1994. undang-undang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari 1986
dan merupakan pengganti.

e. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)


Dasar hukum pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah undang-undang no.21 tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan undang-undang no.20 tahun 2000. undang-undang BPHTB berlaku
sejak tanggal 1 januari 1998 menggantikan Ordonansi bea balik nama
staasblad 1924 No.291.

2. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Dasar hokum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah undang-
undang no.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.34 tahun 2000.

 Jenis Pajak Dan Objek Pajak

Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Pajak propinsi, terdiri dari:


a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan.

2. Pajak kabupaten/kota; terdiri dari:


a.pajak hotel.
b.Pajak restoran.
c.Pajak hiburan
d.Pajak reklame
e.Pajak penerangan jalan.
f.Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g.Pajak parkir
h.Pajak lain-lain.
Hukum pajak dibedakan atas:
1. Hukum pajak material
Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak dan
siapa-siapa yang dikecualikan dengan pajak dan berapa harus dibayar.
2. Hukum pajak formal
Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak
material menjadi kenyataan.

 Subyek Pajak

Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-


undangan perpajakanuntuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok)
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti
orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan
dianggap subjek pajak dan mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka
orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib pajak.
Subyek pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah wajib pajak yang
berkewajiban membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan bangunan.

 Subjek pajak dalam negeri

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah salah satu di
bawah ini:
1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;
2. orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
3. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
4. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.

 Subjek pajak luar negeri

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah salah satu di
bawah ini:
1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
2. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yangmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia;
3. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
4. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

 Obyek Pajak

Yang menjadi obyek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan yang meliputi:

1. pemindahan hak karena :


a. jual beli
b. tukar menukar
c. Hibah
d. hibah wasiat
e. waris
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, dll
2. pemberian hak baru karena :
a. kelanjutan pelepasan hak
b. di luar pelepasan hak.

Obyek pajak yang tidak dikenakan BPHTB


Obyek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan adalah :

1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal


balik
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
keputusan menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan
organisasi tersebut
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Kewajiban pajak itu timbul setelah memenuhi dua syarat, yaitu :


1. kewajiban pajak subyektif ialah kewajiban pajak yang melihat orangnya.
Misalnya : semua orang atau badan hukum yang berdomisili di
Indonesia memenuhi kewajiban pajak subyektif.
2. Kewajiban pajak obyektif ialah kewajiban pajak yang melihat pada hal-
hal yang dikenakan pajak.
Misalnya : orang auat badan hukum yang memenuhi kewajiban pajak
kekayaan adalah orang yang punya kekayaan tertentu, yang
memenuhi kewajiban pajak kendaraan ialah orang yang
punya kendaraan bermotor dan sebagainya.

 Kewajiban Wajib Pajak

Dalam menghitung jumlah yang dipakai untuk dasar pengenaan pajak,


diperlukan bantuan dari wajib pajak dengan cara mengisi dan memasukkan
surat pemberitahuan (SPT). Setiap orang yang telah menerima SPT pajak dari
inspeksi pajak mempunyai kewajiban :

a. Mengisi SPT pajak itu menurut keadaan yang sebenarnya


b. b.Menandatangani sendiri SPT itu
c. Mengembalikan SPT pajak kepada inspeksi pajak dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.

Wajib pajak harus memenuhi kewajibannya membayar pajak yang telah


ditetapkan, pada waktu yang telah ditentukan pula. Terhadap wajib pajak
yang tidak memenuhi kewajibannya membayar pajak, dapat diadakan
paksaan yang bersifat langsung, yaitu penyitaan atau pelelangan barang-
barang milik wajib pajak.

 Hak-hak Wajib Pajak

Wajib pajak mempunyai hak-hak sebagai berikut :

1. Mengajukan permintaan untuk membetulkan, mengurangi atau


membebaskan diri dari ketetapan pajak, apabila ada kesalahan tulis,
kesalahan menghitung tarip atau kesalahan dalam menentukan dasar
penetapan pajak.
2. Mengajukan keberatan kepada kepala inspeksi pajak setempat terhadap
ketentuan pajak yang dianggap terlalu berat.
3. Mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak, apabila
keberatan yang diajukan kepada kepala inspeksi tidak dipenuhi.
4. Meminta mengembalikan pajak (retribusi), meminta pemindah bukuan
setoran pajak ke pajak lainnya, atau setoran tahun berikutnya.
5. Mengajukan gugatan perdata atau tuntutan pidana kalau ada petugas
pajak yang menimbulkan kerugian atau membocorkan rahasia
perusahaan / pembukuan sehingga menimbulkan kerugian pada wajib
pajak.

 Pejabat Pajak dan Pejabat Tata Usaha Negara

Pejabat Tata Usaha Negara adalah pejabat yang menerbitkan ketetapan


sedangkan pejabat pajak adalah selain dapat menerbitkan ketetapan juga
dapat menghentikan orang yang ada dibawah kekuasaannya.
Pejabat pajak terdiri dari :

1. Dirjen pajak
Dirjen Pajak boleh mengangkat dan menghentikan seseorang dalam
lingkup kerjanya.
2. Kepala kantor pelayanan pajak
3. Kepala Bea dan Cukai
4. Gubernur
5. Kepala Daerah/Bupati/Walikota.

 Tata Cara Pemungutan Pajak


1. Stelsel Nyata (riil), pengenaan pajak didasarkan pada objek atau
penghasilan yang sesungguhnya diperoleh wajib pajak.
2. Stelsel Anggapan, didasarkan “anggapan” tergantung dari bunyi UU.

3. Stelsel campuran; Kombinasi stelsel riil dan anggapan.


Misal : pengenaan awal tahun dengan stelsel anggapan dan akhir
tahun dikoreksi dengan stelsel riil.
 Sistem Pemungutan pajak

1. official assesment , pajak ditentukan fiskus

2. self assesment, ditentukan wajib pajak


system ini dapat berhasil apabila terpenuhi syarat-syarat :
- Tax Consciousness (kesadaran wajib pajak )
- Kejujuran wajib pajak
- Tax Mindedness wajib pajak (hasrat utk membayar pajak)
- Tax Discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan
pajak

3. With holding system, oleh pihak ketiga, misal bendaharawan,


pemberi kerja (Pajak Penghasilan Pasal 21)

 Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan bagian dari ketentuan pajak materil, yang
digunakan oleh wajib pajak ketika ia mengisi SPT untuk mengetahui ada atau
tidak ada jumlah pajak yang terutang dengan kata lain untuk mengetahui ada
atau tidak ada utang pajak, terlebih dahulu harus digunakan tarif pajak. Tarif
pajak berfungsi untuk menjelaskan sejauh mana dan seberapa besar jumlah
pajak yang terutang ketika dilakukan pengisian SPT.
Sebagai ketentuan materil dalam hukum pajak tarif pajak tidak dapat
difungsikan tanpa adanya ketentuan formil. Pada dasarnya fungsi tarif pajak
dapat dibagi atas 2 bagian :

1. Sebagai faktor pendorong


Diharapkan agar penerimaan pajak negara atau daerah dapat
mengalami peningkatan pada dasarnya bersifat klasik karena semata-mata
untuk meningkatkan pendapatan daerah sebagai faktor pendorong. Tarif pajak
setiap saat mengalami perubahan berdasrkan kondisi dan situasi daerah pada
saat itu. perubahan tarif pajak selama ini dilakukan oleh pemerintah karena
adanya pelimpahan wewenang dari pembuat UU kepada pemerintah.
2. Sebagai fungsi penghambat
Yang ada pada tarif pajak pada hakekatnya bertujuan untuk mencegah
atau mengendaliakan kejahatan dalam suatu negara daerah ataukah tarif
pajak di tingkat tertinggi ketingkat rendah agar wajib pajak dapat memenuhi
kebutuhannya dalam jangka waktu tertentu
HUKUM PAJAK
RESUME MATERI HUKUM PAJAK

DISUSUN OLEH

DIAZ FEBRIANTI HASRI KUSUMA NINGRUM

H1A116314

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

Anda mungkin juga menyukai