NPM : 18810101
Pengguguran gugatan diatur dalam Pasal 124 Het Herziene Indonesisch Reglement
(“HIR”) yang berbunyi: “Jika penggugat tidak datang menghadap PN pada hari yang
ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain
menghadap mewakilinya, maka surat gugatannya dianggap gugur dan penggugat dihukum
biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi, sesudah
membayar lebih dahulu biaya perkara yang tersebut tadi.”
Berdasarkan Pasal 124 HIR sebagaimana tersebut di atas, maka alasan digugurkannya
gugatan penggugat oleh pengadilan karena:
1. penggugat dan/atau kuasanya tidak datang pada hari sidang pertama yang telah
ditentukan tanpa alasan yang sah;
2. penggugat telah dipanggil secara patut dan sah;
Pengguguran gugatan dilakukan oleh Majelis Hakim yang berwenang secara ex-
officio apabila alasan yang tersebut dalam Pasal 124 HIR telah terpenuhi. Dengan kata lain,
bahwa kewenangan pengguguran gugatan itu dapat dilakukan oleh hakim meskipun tidak ada
permintaan dari pihak tergugat. Akan tetapi, kewenangan pengguguran gugatan tidak bersifat
imperatif, karena berdasarkan Pasal 126 HIR menegaskan bahwa sebelum menjatuhkan putusan
pengguguran gugatan, Pengadilan Negeri dapat memerintahkan supaya pihak yang tidak hadir
dipanggil untuk kedua kalinya supaya datang menghadap pada hari sidang yang lain.
Disamping itu, apabila penggugat pernah hadir tetapi kemudian tidak hadir lagi, maka
penggugat dipanggil sekali lagi dengan peringatan (peremptoir) untuk hadir dan apabila tetap
tidak hadir sedangkan tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan dan diputus secara
kontradiktoir. Gugatan yang digugurkan oleh pengadilan, maka akan dituangkan dalam putusan,
dan penggugat berhak mengajukan kembali atas gugatannya tersebut.
Melihat kepada kedua ketentuan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa apabila tergugat
menerima putusan verstek, maka tergugat berhak mengajukan perlawanan (verzet) terhadap
putusan verstek tersebut.
Upaya perlawanan/verzet dapat diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
pemberitahuan mengenai adanya putusan verstek kepada Tergugat apabila pemberitahuan
tersebut langsung disampaikan sendiri kepada yang bersangkutan. Jika pemberitahuan putusan
itu tidak langsung diberitahukan kepada tergugat sendiri dan pada waktu aanmaning (peringatan)
tergugat hadir, maka tenggang waktunya sampai pada hari kedelapan sesudah aanmaning. Jika
Tergugat tidak hadir pada waktu aanmaning, maka tenggang waktunya adalah hari kedelapan
sesudah sita eksekusi dilaksanakan, sesuai dengan ketentuan Pasal 129 ayat (2) HIR jo. Pasal 207
RBg. Perkara mengenai verzet terhadap verstek didaftar dalam satu nomor perkara dengan
perkara mengenai verstek.
KESIMPULAN
Pada siding pertama yang telah ditetapkan dan para pihak telah dipanggil secara resmi dan
patut untuk hadir dalam persidangan pengadilan, dalam hal ini diketemukan beberapa
kemungkinan dan solusinya, kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah :
1. Penggugat / pemohon tidak hadir, sedang tergugat / termohon hadir
Apabila penggugat/pemohon tidak hadir dalam siding, sedang tergugat/termohon hadir,
maka hakim dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyatakan bahwa gugatan / permohonan dinyatakan gugur, atau
b. Menunda persidangan sekali lagi untuk memanggil penggugat / pemohon. Apabila
penggugat / pemohon telah dipanggil sekali lagi namun tetap tidak hadir dalam
persidangan, maka hakim dapat menetapkan bahwa gugatan dinyatakan gugur atau
menunda lagi persidangan dengan memanggil lagi penggugat / pemohon dengan
persetujuan tergugat / termohon. Hal ini diatur dalam Pasal 124 HIR / Pasal 148 R.Bg.
Apabila tergugat / termohon tidak hadir, walaupun telah dipanggil dengan patut dan
resmi, tetapi ia mengirimkan surat jawaban, maka surat itu tidak perlu diperhatikan dan
dianggap tidak pernah ada, kecuali jika surat itu berisi perlawanan (eksepsi) bahwa
Pengadilan Agama yang bersangkutan tidak berwenang untuk mengadilinya. Dalam hal ini
maka eksepsi tersebut harus diperiksa oleh hakim dan diputus setelah mendengar dari
penggugat / pemohon.
Apabila eksepsi tersebut dibenarkan/diterima oleh hakim, maka hakim menyatakan
bahwa gugatan tidak diterima dengan alasan bahwa Pengadila Agama tidak berwenang. Dan
apabila eksepsi tersebut tidak diterima karena dinilai tidak benar maka hakim memutus
dengan verstek biasa.
Apabila kemudian tergugat mengajukan verzet dan di dalam verzet itu mengajukan
eksepsi lagi, maka eksepsinya tidak diterima kecuali eksepsi mengenai kewenangan absolute.
Jika ternyata perkara tersebut bukan wewenang Pengadilan agama Melainkan menjadi
wewenang pengadilan lain, maka eksepsi harus diterima dan hakim harus menyatakan diri
tidak berwenang.
4. Penggugat / pemohon dan tergugat / termohon sama-sama tidak hadir dalam
persidangan
Jika penggugat / pemohon dan tergugat / termohon tidak hadir dalam siding pertama, maka
sidang harus ditunda dan para pihak dipanggil lagi sampai dapat dijatuhkan putusan gugur
atau verstek atau perkara dapat diperiksa.