Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ADESTY AULIA

NPM : 18810101

TUGAS: HUKUM ACARA PERDATA


1. Bagaimana jika tergugat tidak hadir sedangkan penggugat hadir di persidangan?
2. Bagimana jika penggugat hadir sedangkan tergugat tidak hadir di persidangan?
3. Bagaimana jika penggugat dan tergugat keduanya tidak hadir di persidangan?

Akan dibahas dalam artikel dibawah ini:

GUGURNYA SUATU GUGATAN


Terkadang di situasi tertentu, terdapat putusan tentang gugurnya suatu gugatan. Hal ini
terjadi karena penggugat dalam persidangan pertama yang telah ditentukan harinya dan telah
dipanggil secara sah dan patut, dirinya tidak hadir atau tidak pula menyuruh kuasanya untuk
datang menghadiri persidangan tersebut.

Pengguguran gugatan diatur dalam Pasal 124 Het Herziene Indonesisch Reglement
(“HIR”) yang berbunyi: “Jika penggugat tidak datang menghadap PN pada hari yang
ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain
menghadap mewakilinya, maka surat gugatannya dianggap gugur dan penggugat dihukum
biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi, sesudah
membayar lebih dahulu biaya perkara yang tersebut tadi.”
Berdasarkan Pasal 124 HIR sebagaimana tersebut di atas, maka alasan digugurkannya
gugatan penggugat oleh pengadilan karena:
1. penggugat dan/atau kuasanya tidak datang pada hari sidang pertama yang telah
ditentukan tanpa alasan yang sah;
2. penggugat telah dipanggil secara patut dan sah;
Pengguguran gugatan dilakukan oleh Majelis Hakim yang berwenang secara ex-
officio apabila alasan yang tersebut dalam Pasal 124 HIR telah terpenuhi. Dengan kata lain,
bahwa kewenangan pengguguran gugatan itu dapat dilakukan oleh hakim meskipun tidak ada
permintaan dari pihak tergugat. Akan tetapi, kewenangan pengguguran gugatan tidak bersifat
imperatif, karena berdasarkan Pasal 126 HIR menegaskan bahwa sebelum menjatuhkan putusan
pengguguran gugatan, Pengadilan Negeri dapat memerintahkan supaya pihak yang tidak hadir
dipanggil untuk kedua kalinya supaya datang menghadap pada hari sidang yang lain.
Disamping itu, apabila penggugat pernah hadir tetapi kemudian tidak hadir lagi, maka
penggugat dipanggil sekali lagi dengan peringatan (peremptoir) untuk hadir dan apabila tetap
tidak hadir sedangkan tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan dan diputus secara
kontradiktoir. Gugatan yang digugurkan oleh pengadilan, maka akan dituangkan dalam putusan,
dan penggugat berhak mengajukan kembali atas gugatannya tersebut.

VERSTEK (PUTUSAN TANPA KEHADIRAN TERGUGAT


Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan apabila tergugat tidak hadir atau tidak
juga mewakilkan kepada kuasanya untuk menghadap meskipun ia sudah dipanggil dengan patut.
Apabila tergugat tidak mengajukan upaya hukum verzet (perlawanan) terhadap putusan verstek
itu, maka putusan tersebut dianggap sebagai putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Jika tergugat lebih dari satu orang, kemudian salah satu dari mereka tidak hadir memenuhi
panggilan sidang, maka yang dilakukan oleh hakim adalah mengundur sidang

Berdasarkan Kamus Hukum, istilah verstek diambil dari kata verstek procedure yang


berarti “acara luar hadir”, dan verstekvonnis yang berarti “putusan tanpa hadir atau putusan di
luar hadir tergugat”. Istilah bagi suatu putusan yang dikeluarkan oleh hakim tanpa hadirnya
tergugat yang digunakan dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia adalah verstek. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa verstek adalah suatu kewenangan hakim untuk memeriksa dan
memutus perkara tanpa kehadiran tergugat di persidangan pada tanggal yang telah ditentukan,
atau tidak pula menyuruh orang lain untuk mewakilinya, meskipun ia sudah dipanggil secara
patut.

Ketentuan mengenai verstek diatur dalam Pasal 125 Herziene Indonesich Reglement


(“HIR”)/ Pasal 78 Reglement op de Rechtsvordering (“Rv”). Dalam hal ini, hakim diberi
wewenang untuk menjatuhkan putusan diluar hadir atau tanpa hadirnya tergugat, dengan syarat:
 Tergugat tidak datang menghadiri sidang pemeriksaan yang ditentukan tanpa alasan yang
sah; atau
 Tergugat tidak pula menyuruh orang lain untuk mewakilinya di persidangan;
 Tergugat telah dipanggil di persidangan secara sah dan patut, tetapi tidak datang ke
persidangan;
 Tergugat tidak mengajukan eksepsi/ tangkisan mengenai kewenangan;
 Penggugat hadir di persidangan dan mohon suatu putusan.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, hakim berwenang untuk menjatuhkan


putusan verstek yang berisi dictum:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya atau sebagian, atau
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau
3. Menolak gugatan Penggugat

Upaya Hukum Verstek


Berdasarkan Pasal 129 ayat (1) HIR atau Pasal 83 Rv, menegaskan bahwa:
“Tergugat, yang dihukum sedang ia tidak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat
mengajukan perlawanan atas putusan itu.”
Berdasarkan Pasal 125 ayat (3) HIR atau Pasal 78 Rv menyatakan bahwa:
“Jika surat gugatan diterima, maka atas perintah ketua diberitahukanlah keputusan pengadilan
negeri kepada orang yang dikalahkan itu serta menerangkan pula kepadanya, bahwa ia berhak
memajukan perlawanan (verzet) di dalam tempo dan dengan cara yang ditentukan pada pasal
129 tentang keputusan verstek di muka pengadilan.”

Melihat kepada kedua ketentuan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa apabila tergugat
menerima putusan verstek, maka tergugat berhak mengajukan perlawanan (verzet) terhadap
putusan verstek tersebut.

Upaya perlawanan/verzet  dapat diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
pemberitahuan mengenai adanya putusan verstek kepada Tergugat apabila pemberitahuan
tersebut langsung disampaikan sendiri kepada yang bersangkutan. Jika pemberitahuan putusan
itu tidak langsung diberitahukan kepada tergugat sendiri dan pada waktu aanmaning (peringatan)
tergugat hadir, maka tenggang waktunya sampai pada hari kedelapan sesudah aanmaning.  Jika
Tergugat tidak hadir pada waktu aanmaning, maka tenggang waktunya adalah hari kedelapan
sesudah sita eksekusi dilaksanakan, sesuai dengan ketentuan Pasal 129 ayat (2) HIR jo. Pasal 207
RBg. Perkara mengenai verzet terhadap verstek didaftar dalam satu nomor perkara dengan
perkara mengenai verstek.

Hakim yang melakukan pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek harus


memeriksa gugatan yang telah diputus verstek secara keseluruhan. Pemeriksaan
perkara verzet dilakukan secara biasa. Apabila dalam pemeriksaan verzet pihak Penggugat asal
(Terlawan) tidak hadir, maka pemeriksaan dilakukan secara contradictoire, akan tetapi apabila
Pelawan yang tidak hadir, maka Hakim menjatuhkan putusan verstek untuk kedua kalinya.
Terhadap putusan verstek yang dijatuhkan kedua kalinya ini tidak dapat diajukan perlawanan,
tetapi bisa diajukan upaya hukum banding berdasarkan Pasal 129 ayat (5) HIR dan Pasal 153
ayat(5) RBg.

KESIMPULAN
Pada siding pertama yang telah ditetapkan dan para pihak telah dipanggil secara resmi dan
patut untuk hadir dalam persidangan pengadilan, dalam hal ini diketemukan beberapa
kemungkinan dan solusinya, kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah :
 
1.      Penggugat / pemohon tidak hadir, sedang tergugat / termohon hadir
Apabila penggugat/pemohon tidak hadir dalam siding, sedang tergugat/termohon hadir,
maka hakim dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyatakan bahwa gugatan / permohonan dinyatakan gugur, atau
b. Menunda persidangan sekali lagi untuk memanggil penggugat / pemohon. Apabila
penggugat / pemohon telah dipanggil sekali lagi namun tetap tidak hadir dalam
persidangan, maka hakim dapat menetapkan bahwa gugatan dinyatakan gugur atau
menunda lagi persidangan dengan memanggil lagi penggugat / pemohon dengan
persetujuan tergugat / termohon. Hal ini diatur dalam Pasal 124 HIR / Pasal 148 R.Bg.

Gugatan dinyatakan gugur apabila:


1. Penggugat telah dipanggil dengan patut dan resmi.
2. Penggugat tidak hadir dalam sidang dan tidak menyuruh orang lain untuk hadir
sebagai wakilnya serta tidak ternyata bahwa ketidakhadirannya itu karena alasan
yang syah.
3. Tergugat hadir dalam siding dan mohon putusan. Dalam hal ini, penggugat /
pemohon dapat mengajukan lagi gugatan / permohonan baru dengan membayar lagi
panjar biaya perkara, atau mengajukan banding. Apabila penggugat lebih dari
seorang kemudian ada sebagian yang tidak hadir, maka tidak dapat digugurkan
melainkan harus diperiksa seperti biasa, tetapi jika semua tidak hadir maka dapat
diputus gugur.

2.     Tergugat / termohon tidak hadir, sedang penggugat / pemohon hadir


Apabila dalam sidang pertama penggugat / pemohon hadir, sedangkan tergugat/termohon
tidak hadir, maka hakim dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menunda persidangan untuk memanggil tergugat / termohon sekali lagi, atau
b. Menjatuhkan putusan verstek, karena tergugat / termohon dinilai ta’azzuz atau tawari
atau ghoib.
 
Apabila tergugat/termohon telah dipanggil kembali untuk yang kedua kalinya atau lebih
dan tetap tidak hadir, maka dapat dijatuhkan putusan verstek. Putusan verstek dapat
dijatuhkan apabila:
1. Tergugat / termohon telah dipanggil dengan patut dan resmi.
2. Tergugat / termohon tidak hadir dalam siding dan tidak menyuruh orang lain untuk
hadir sebagai wakilnya serta tidak ternyata bahwa ketidakhadirannya itu disebabkan
oleh sesuatu halangan atau alasan yang syah.
3. Penggugat / pemohon hadir dalam persidangan dan mohon putusan (Pasal 125 HIR
atau Pasal 149 R.Bg) Dalam hal terjadi demikian, maka hakim menasehati agar
penggugat / pemohon mengurungkan / mencabut kembali gugatannya. Apabila tidak
berhasil maka gugatannya dibacakan. Jika penggugat / pemohon tetap
mempertahankan dan mohon dijatuhkan putusan, maka hakim akan
mempertimbangkan gugatan tersebut dan kemudian menjatuhkan putusannya di luar
hadir tergugat (verstek).

3.  Tergugat / termohon tidak hadir tapi mengirim surat jawaban

  Apabila tergugat / termohon tidak hadir, walaupun telah dipanggil dengan patut dan
resmi, tetapi ia mengirimkan surat jawaban, maka surat itu tidak perlu diperhatikan dan
dianggap tidak pernah ada, kecuali jika surat itu berisi perlawanan (eksepsi) bahwa
Pengadilan Agama yang bersangkutan tidak berwenang untuk mengadilinya. Dalam hal ini
maka eksepsi tersebut harus diperiksa oleh hakim dan diputus setelah mendengar dari
penggugat / pemohon.
Apabila eksepsi tersebut dibenarkan/diterima oleh hakim, maka hakim menyatakan
bahwa gugatan tidak diterima dengan alasan bahwa Pengadila Agama tidak berwenang. Dan
apabila eksepsi tersebut tidak diterima karena dinilai tidak benar maka hakim memutus
dengan verstek biasa.
Apabila kemudian tergugat mengajukan verzet dan di dalam verzet itu mengajukan
eksepsi lagi, maka eksepsinya tidak diterima kecuali eksepsi mengenai kewenangan absolute.
Jika ternyata perkara tersebut bukan wewenang Pengadilan agama Melainkan menjadi
wewenang pengadilan lain, maka eksepsi harus diterima dan hakim harus menyatakan diri
tidak berwenang.
4. Penggugat / pemohon dan tergugat / termohon sama-sama tidak hadir dalam
persidangan

Jika penggugat / pemohon dan tergugat / termohon tidak hadir dalam siding pertama, maka
sidang harus ditunda dan para pihak dipanggil lagi sampai dapat dijatuhkan putusan gugur
atau verstek atau perkara dapat diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai