0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
99 tayangan15 halaman
Surat dakwaan merupakan akte hukum yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan hasil penyidikan. Surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan materiil seperti identitas terdakwa, uraian tindak pidana yang jelas dan lengkap, serta waktu dan tempat kejadian perkara."
Surat dakwaan merupakan akte hukum yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan hasil penyidikan. Surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan materiil seperti identitas terdakwa, uraian tindak pidana yang jelas dan lengkap, serta waktu dan tempat kejadian perkara."
Surat dakwaan merupakan akte hukum yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan hasil penyidikan. Surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan materiil seperti identitas terdakwa, uraian tindak pidana yang jelas dan lengkap, serta waktu dan tempat kejadian perkara."
(Jaksa) Penuntut Umum berwenang mengadakan penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 93) dan (4) dan pasal 138 KUHAP, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik. Pra penuntutan berdasar UU No. 16 tentang Kejaksaan • Adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitauan dimulainya penyidikan dan mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberi petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan. Penuntutan • berdasar pasal 1 butir 7 KUHAP • Pihak yang berwenang penuntut umum berdasar pasal 137 KUHAP • PU menentukan apakah berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat dilimpahkan ke pengadilan atau tidak • Dalam hal PU berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, maka segera dibuat surat dakwaan • Bila sebaliknya maka PU menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup alat bukti atau suatu peristiwa bukan merupakan tindak pidana, atau suatu perkara ditutup demi hukum, maka PO menuangkan dalam ketetapan • Bila di kemudian waktu ada alasan baru maka PU dapat melakukan penuntutan terhadap tersangka. Surat Dakwaan Pengertian: a. Surat akte; b. Memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa; c. Dihasilkan dari proses pemeriksaan penyidikan dihubungkan dengan rumusan pasal tindak pidana yang dilanggar, dan didakwakan pada terdakwa; d. Dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan. Surat Dakwaan
Dipersyaratkan pasal 143 ayat (2) dan (3) KUHAP
Syarat formil: a. Surat dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani; b. Terdapat identitas terdakwa yakni nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan tersangka Syarat Materiil: a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindakan pidana yang didakwakan; b. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Dakwaan yang cermat: Ketelitian JPU dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan pada UU yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan dan/atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan.
a. Apa ada pengaduan dalam hal delik aduan;
b. Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat; c. Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan suatu tindak pidana; d. Apakah suatu tindak pidana yang didakwakan sudah kadaluwarsa; e. Apakah tindak pidana yang didakwakan itu nebis in idem Dakwaan yang jelas: JPU mampu merumuskan unsur-unsur dari delik yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan material (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Tidak memadukan dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan yang lain yang unsurnya berbeda (penggabungan unsur pasal 55 dengan pasal 56 KUHP; pasal 372 dan pasal 378 KUHP; 362 dan 372 KUHP, sehingga berakibat dakwaan kabur/obscur libel) Dakwaan lengkap: Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan ada unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materialnya secara tegas dalam dakwaan. Syarat materiil pertama: • Rumusan dari tindak pidana/perbuatan yang dilakukan , tindak pidana yang didakwakan harus dirumuskan secara tegas. • Perumusan unsur objektif: bentuk/macam tindak pidana; cara-cara terdakwa melakukan tindak pidana. • Perumusan unsur subjektif, yaitu mengenai pertanggungjawaban seseorang menurut hukum. Misalnya apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian. Syarat materiil kedua: • Uraian mengenai tempat tindakpidana dilakukan (locus delicti), meliputi: kompetensi relatif dari pengadilan (pasal 148,pasal 149 jo pasal 84 KUHP); ruang lingkup berlakunya UU pidana (pasal 2 hingga pasal 9 KUHPidana; berkaitan dengan unsur-unsur yang disyaratkan oleh delik, seperti “dimuka umum” misal pasal 160, 154, 156, 156 a, dan 160 KUHPidana. Uraian mengenai tindak pidana dilakukan (tempus delicti) • Berlakunya pasal 1 ayat (1) dan (2) KUHPidana • Penentuan tentang residivis (paal 486 hingga pasal 488 KUHPidana • Penentuan tentang daluwarsa (pasal 78-82 KUHPidana • Menentukan kepastian umur terdakwa (pasal 45 KUHPidana • Menentukan keadaan yang bersifat memberatkan, seperti dalam pasal 363 KUHPidana atau disyaratkan oleh UU untuk dapat dihukumnya terdakwa (pasal 123 KUHPidana) Pembuatan surat dakwaan Penggabungan berkas perkara (voeging) berdasar pasal 141 KUHAP, dengan syarat: 1. Ada dua atau lebih tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam UU dilakukan. 2. Dua atau lebih tindak pidana tersebut dilakukan oleh satu orang atau lebih dalam hal penyertaan. 3. Bahwa dua atau lebih tindak pidana belum ada yang diadili dan JPU berkeinginan untuk diadili sekaligus. Pemisahan Berkas Perkara (Splitsing) JPU menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak termasuk dalam pasal 141 KUHAP. Splitsing dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap tersangka maupun saksi. Dilakukan sehubungan dengan kurangnya saksi yang menguatkan dakwaan JPU. Kelemahannya sering mengakibatkan terjadinya keterangan palsu sehingga dikenakan pasal 242 KUHP. Bentuk surat dakwaan: 1. Dakwaan tunggal: satu perbuatan. 2. Dakwaan Alternatif: dakwaan yang saling mengecualikan, sehingga bukan kejahatan perbarengan. 3. Dakwaan Subsider: dakwaan diurutkan mulai dari yang paling berat hingga yang paling ringan. Kasus pembunuhan berencana menggunakan dakwaan primer 340 KUHP, dakwaan subsider pasal 338 KUHP, lebih subsider 355 KUHP, lebih subsider 353 KUHP. 4. Dakwaan Kumulatif: berhubungan dengan concrsus idealis, concursus realis, perbuatan berlanjut, dan tiap- tiap perbuatan dibuktikan sendiri-sendiri.