Anda di halaman 1dari 13

PRAPERADILAN, GANTI 7

KERUGIAN DAN
REHABILITASI
Dr. BUDI SASTRA PANJAITAN, S.H., M.Hum.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
64
PENGERTIAN PRAPERADILAN

• Praperadilan adalah wewenang PN untuk memeriksa dan memutus menurut cara


yang diatur dalam KUHAP, tentang: (Pasal 1 butir 10 KUHAP)
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangkaatau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
ataspermintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
3. Permintaanganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya
atau pihaklain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
• Tidak ada penjelasan resmi tentang pengertian praperadilan di dalam KUHAP, Pasal
78 KUHAP kembali memakai istilah praperadilan, yaitu:
1. Yang melaksanakan wewenang PN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
adalah praperadilan;
2. Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua PN dan
dibantu oleh seorang panitera.

65
• Pasal 77 KUHAP yang dirujuk menyatakan:
PN berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang ini tentang:
1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
2. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

66
FUNGSI LEMBAGA PRAPERADILAN

1. Praperadilan pada hakekatnya adalah sebuah proses yang bertujuan untuk


melindungi HAM berkenaan dengan penerapan upaya paksa yang
dilakukan oleh aparatur penegak hukum.
2. Melalui praperadilan akan dinilai kesesuaian penggunaan upaya paksa
dengan prosedur yang ditentukan dalam KUHAP.
3. Dalam penegakan hukum tidak boleh ada proses tanpa prosedur resmi
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
4. Keberadaan lembaga praperadilan difungsikan sebagai sarana kontrol atau
pengawasan secara horizontal untukmenguji keabsahanpenggunaan
wewenang oleh aparat penegak hukum.
5. Praperadilan sebagai upaya koreksi terhadap penggunaan wewenang
apabila kemudian wenang tersebut diduga digunakan aparatur penegak
hukum tidak sebagaimana dimaksud oleh KUHAP

67
KEWENANGAN PRAPERADILAN

• Secara limitatif, kewenangan praperadilan diurai dalam Pasal 77 KUHAP


menyangkut:perihal penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan
penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitasi. Kewenangan yang secara limitatif
tersebut kemudian diperluas dalam hal penetapan tersangka sebagaimana diurai
dalam Putusasan Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel.
“Menimbang, bahwa segala tindakan penyidik dalam proses penyidikan dan
segala tindakan penuntut umum dalam proses penuntutan yang belum diatur
dalam pasal 77 jo. pasal 82 ayat (1) jo. pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP,
ditetapkan menjadi objek praperadilan dan lembaga hukum yang berwenang
menguji keabsahan segala tindakan penyidik dalam proses penyidikan dan segala
tindakan penuntut umum dalam proses penuntutan adalah lembaga praperadilan.”

68
• Begitu juga melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21/PUU-XII/2014 tertanggal
28 April 2015, yang amar putusannya menyebutkan:
“Pasal 77 huruf (a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (LNRI Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan LNRI Nomor 3209) bertentangan
dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan.”
• Dengan demikian, kewenangan praperadilan meliputi:
1. Perihal sah tidaknya penangkapan.
2. Perihal sah tidaknya penahanan.
3. Perihal sah tidaknya penghentian penyidikan.
4. Perihal sah tid6aknya penuntutan.
5. Perihal ganti kerugian dan rehabilitasi.
6. Perihal sah tidaknya penetapan tersangka.
7. Perihal sah tidaknya penggeledahan.
8. Perihal sah tidaknya penyitaan.
69
PEMOHON PRAPERADILAN
1. Tersangka, keluarga tersangka atau kuasanya (Pasal 79 KUHAP & Pasal
124 KUHAP)
2. Tersangka atau ahli warisnya (Pasal 95 ayat (2) KUHAP)
3. Tersangka, terdakwa atau terpidana (Pasal 95 ayat (1) KUHAP)
4. Penyidik, penuntut umum dan pihak ketiga yang berkepentingan
(Pasal 80 KUHAP)
5. Pihak ketiga pasca putusan MK, meliputi:
a. Penyidik.
b. Penuntut umum.
c. Saksi korban.
d. Pelapor.
e. LSM atau organisasi kemasyarakat
70
ACARA PRAPERADILAN
• Acara pemeriksaan praperadilan ditentukan sebagai berikut:
• Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk
menetapkan hari sidang;
• Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan atau
penahanan, sah atautidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan, permintaan
ganti kerugian dan atau rehabilitasiakibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan,
akibat sahnya penghentian penyidikan ataupenuntutan dan ada benda yang disita
yang tidak termasuk alat pembuktian,hakim mendengarketerangan baik dari tersangka
atau pemohon maupun dari pejabat yang berwenang;
• Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari
hakim harussudah menjatuhkan putusannya;
• Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri, sedangkan
pemeriksaanmengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka
permintaan tersebut gugur;
• Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan untuk
mengadakan pemeriksaan, praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh penuntut
umum, jika untuk itu diajukan permintaan baru.
71
Putusan hakim dalam acara pemeriksaan praperadilan harus memuat dengan jelas dasar
dan alasannya dan juga memuat hal sebagaiberikut:
• Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah,
makapenyidik atau jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan masing-masing harus
segeramembebaskan tersangka;
• Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan
tidak sah,penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan;
• Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah,
maka dalamputusan dicantumkan jumlah besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang
diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah
sah dan tersangkanya tidakditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya;
• Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak termasuk alat
pembuktian,maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera
dikembalikan kepadatersangka atau dari siapa benda itu disita

72
PENGERTIAN GANTI KERUGIAN

• Salah satu wujud perlindungan HAM yang dianut oleh KUHAP adalah ganti kerugian.
Ganti kerugian merupakan hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya
yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam KUHAP
• Besaran jumlah ganti kerugian berkisar seperti berikut ini:
1. Besarnya ganti kerugian berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
77 huruf b danPasal 95 KUHAP paling sedikit Rp. 500.000,00 dan paling
banyakRp. 100.000.000,00.
2. Besarnya ganti kerugian berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 KUHAP yangmengakibatkan luka berat atau cacat sehingga tidak bisa
melakukan pekerjaan, besarnya gantikerugian paling sedikit Rp. 25.000.000,00
dan paling banyakRp. 300.000.000,00.
3. Besarnya ganti kerugian berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 KUHAP yangmengakibatkan mati, besarnya ganti kerugian paling sedikit Rp.
50.000.000,00 dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (Lihat Pasal 9 PP Nomor
92 Tahun 2015) 73
HAK MENUNTUT GANTI KERUGIAN

• Pasal 95 ayat (1) KUHAP menyebutkan: “Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak
menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntutdan diadili atau
dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau
karenakekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.”
• Pasal 95 Ayat (1) KUHAP dan Pasal 9 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman sama-
sama menyebutkan ganti kerugian merupakan hak.Karena sifatnya hak dan bukan
kewajiban, dalam praktek hak tersebut dapat dilaksanakan dan dapat juga untuk tidak
dilaksanakan, tergantung kepada yang bersangkutan mau atau tidak melaksanakan
haknya berupa menuntut ganti kerugian.
• Para pihak yang dapat mengajukan hak ganti kerugian adalah sebagai berikut:
1. Tersangka.
2. Terdakwa.
3. Terpidana.
4. Ahli waris.
5. Setiap orang yang mengalami.

74
• Jangka waktu untuk mengajukan tuntutan ganti kerugian dibatasi 3 bulan, yang
meliputi:
1. Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 KUHAP hanya
dapat diajukan dalam tenggang waktu 3 bulansejak putusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Dalam hal tuntutan ganti kerugian tersebut diajukan terhadap perkarayang
dihentikan pada tingkat penyidikan atau tingkat penuntutansebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf b KUHAP, maka jangkawaktu 3 bulan dihitung
dari saat pemberitahuan penetapanpraperadilan.
• Permohonan ganti kerugian diajukan melalui proses:
1. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan
atau penahanan sertatindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai orangatau hukum yang diterapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) KUHAP yang perkaranya tidak
diajukan kepengadilan negeri, diputus di sidang praperadilan.
2. Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) KUHAP
diajukan oleh tersangka, terdakwa,terpidana atau ahli warisnya kepada
pengadilan yang berwenang mengadili perkara yang bersangkutan.
75
REHABILITASI

• Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam


kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun
diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.
• Ketentuan mengenai rehabilitasi dapat ditemui pada Pasal 97 KUHAP
• Alasan untuk dapat mengajukan rehabilitasi meliputi:
1. Adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan terdakwa bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.
2. Pra peradilan, dalam hal perkara yang belum diajukan ke pengadilan dengan
alasan berdasarkan telah ditangkap atau ditahan tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan.

76

Anda mungkin juga menyukai