Anda di halaman 1dari 15

Makalah

LGBT DAN ONANI/ MASTRUBASI

Disusun Oleh :

ASWI SARTINA SIREGAR (0205192102)

ALMUNIF HANAFI (0205192090)

UNJUR MARLUGA TAMBUNAN (0205192104)

Untuk Mata Kuliah :

FIQH KONTEMPORER

Dosen Pembimbing :

H.M AMIN NASUTION, MA

PRODI JINAYAH IVC

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
LGBT dalam pandangan Islam merupakan bentuk penyimpangan seks yang pernah dilakukan oleh
kaum Luth di kota Sodom. Keberadaan kaum LGBT di Indonesia semakin meningkat kuantitasnya
meskipun tidak diketahui persis jumlahnya. LGBT juga bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional,
sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3

Salah satu fenomena yang dihadapi oleh para remaja, bahkan termsuk orang dewasa adalah tentang
masalah masturbasi atau yang dikenal juga dengan onani, yaitu mengeluarkan sperma dengan sengaja, baik
dengan tangan atau pun alat lainnya dengan tujuan mencapai kepuasan birahi sendiri.Padahal, para ulama
sejak dulu ternyata telah menguraikan hukum perbuatan ini dalam kitab-kitab mereka, hal ini bermakna
bahwa fenomena ini sudah dikenal sejak lama.Secara umum onani dalam hukum fiqih disebut
sebagai istimna' yang secara bahasa berarti 'mengeluarkan air mani'.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan LGBT?


2.Bagaiamana pandangan islam terhadap LGBT?
3. Bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku LGBT?
4. Apa yang dimaksud dengan onani/mastrubasi ?
5. Bagaimana hukum masturbasi menurut para ulama ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu LGBT
2. Untuk mengetahui bagaiamana pandangan islam terhadap LGBT
3. Untuk mengetahui bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku LGBT
4. Untuk mengetahui apa itu onani/ mastrubasi
5. Untuk mengetahui hukum mastrubasu menurut para islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. LGBT
1. Pengertian LGBT
LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN,GAY,BISEX dan TRANSGENDER. Dalam
penelitian dijelaskan istilah LGBT menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
1) Lesbian, yaitu pasangan perempuan dengan perempuan. Wanita yang mencintai atau
merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya, atau disebut sebagai wanita homoseks.
2) Gay, yaitu pasangan laki-laki dengan laki-laki. Laki-laki yang mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya.
3) Biseksual, yaitu orang yang mempunyai sifat kedua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan);
tertarik kepada kedua jenis kelamin baik kepada laki-laki maupun kepada perempuan.
4) Transgender merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat
mereka lahir.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja,
yaitu laki-laki dan perempuan Allah Swt berfirman dalam QS Al-Hujurat ayat 13:

‫ّٰللاِ اَتْ ٰقى ُك ْم ۗا َِّن ه‬


‫ّٰللاَ َع ِليْم َخبِيْر‬ ‫ارفُ ْوا ۚ ا َِّن ا َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ ه‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َّوا ُ ْن ٰثى َو َجعَ ْل ٰن ُك ْم‬
َ َ‫شعُ ْوبًا َّو َقبَ ۤا ِٕى َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الن‬

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Istilah LGBT tidak terlepas dari istilah lainnya yaitu waria. Waria atau dalam bahasa
Arabnya disebut alMukhannats adalah laki-laki yang menyerupai perempuan dalam kelembutan,
cara bicara, melihat, dan gerakannya. AlKhuntsa, dari kata khanitsa yang secara bahasa berarti
lemah lembut. Al-Khuntsa secara istilah bermakna seseorang yang mempunyai dua kelamin, yaitu
kelamin laki-laki dan kelamin perempuan, atau orang yang tidak mempunyai salah satu dari dua
alat vital tersebut,tetapi ada lubang untuk keluar air kencing. (Fatimah Halim, 2011: 300)

Transgender tidak lepas dari upaya operasi ganti kelamin, karena mereka yang transgender ada
orientasi untuk merubah atau mengganti jenis organ kelamin. Oleh karena itu, harus dipahami
tentang proses operasi ganti kelamin yang sering dilakukan oleh dunia kedokteran.

 masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya yaitu
penis (dzakar) bagi lakilaki dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan
rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan
operasi kelamin.
 operasi kelamin yang bersifat tashhîh atau takmîl (perbaikan atau penyempurnaan) dan
bukan penggantian jenis kelamin menurut para ulama diperbolehkan secara hukum syariat
 apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan juga vagina,
maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat
kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk ‘mematikan’ dan menghilangkan salah satu
alat kelaminnya. (Fatimah Halim, 2011: 304-305)

2. Pandangan Islam terhadap LGBT

Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan Sihaaq (lesbian).
Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara memasukan dzakar
(penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan
kepada kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam adalah kaum yang
pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu alliwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT
menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy) danmelampui batas (musrifun).
Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran yang artinya : “Dan (Kami juga telah mengutus)
Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al
‘Araf: 80 – 81) Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita
dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara satu
dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan tersebut.

Hukum Sihaaq (lesbian) adalah haram.[7] Berdasarkan dalil hadits Abu Said AlKhudriy yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu Dawud (no. 4018)
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
ْ ‫ال َل ِ ُة إ َ َم ْرأ َى ع ْو َر َّ ةِ الر ُج ِل َ و َال‬
َ ‫ال َل ِ َال‬ ْ ِ‫ض ى الر ُج ُل إ َ َم ْرأ َى ع ْو َرة‬ ِ َّ ‫َّّ ى الر ُج ِل َل ِ َ ةِ و َال ُ ْيف‬
‫فض ى ا ْل َ فِى ث‬ ْ ‫ال َّ َ ِة فِى الث َم ْرأ لَى‬
ِ ْ‫ال ِ ُة إ َ َم ْرأ ْو ٍب َ و َ احِ ٍد و َال ُ ت‬ ُ ُ ‫يْن‬
ْ ‫ظر َّ الر ُج ُل إ َواحِ ِد ْو ِب‬
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita melihat
aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain,
dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain”
Terhadap pelaku homoseks, Allah swt dan Rasulullah saw benar-benar melaknat perbuatan
tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah- dalam Kitabnya “Al-Kabair”
telah memasukan homoseks sebagai dosa yang besar dan beliau berkata: “Sungguh Allah telah
menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat dalam Al-Qur’an Al-Aziz,
Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan keji mereka. Kaum muslimin dan selain
mereka dari kalangan pemeluk agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks termasuk dosa
besar”. Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah swt menghukum kaum Nabi Luth yang melakukan
penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikan tanah tempat tinggal
mereka, dan diakhiri hujanan batu yang membumihanguskan mereka, sebagaimana dijelaskan
dalam surat Al-Hijr ayat 74:
ْ ‫َارة ْ ِمن ِ ِس جيل ْي ْم َط َْرن َ ا ع َل َ َه َ ا وأ َ َج‬
‫علَّ ن َ ا ع َ ا ِلي َه َ ا سافِ َل َ ف‬ ً ‫ِّه ْم َ حِ ج‬
“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani mereka dengan batu
dari tanah yang keras”
Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt berikut dengan dorongan
jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan naluri adalah naluri melestarikan keturunan
(gharizatu al na’u) yang diantara manifestasinya adalah rasa cinta dan dorongan seksual antara
lawan jenis (pria dan wanita). Pandangan pria terhadap wanita begitupun wanita terhadap pria
adalah pandangan untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan
diciptakan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara
pasangan suami istri.
Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan ini akan terwujud dengan hubungan sesama
jenis? Dari sini jelas sekali bahwa homoseks bertentangan dengan fitrah manusia. Oleh karena
itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT saat ini adalah karena
ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi
yang memisahkan agama dari kehidupan (fash al ddin ‘an al hayah). Masyarakat sekular
memandang pria ataupun wanita hanya sebatas hubungan seksual semata. Oleh karena itu, mereka
dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dan pikiran-pikiran yang mengundang
hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan naluri seksual, semata-
mata mencari pemuasan. Mereka menganggap tiadanya pemuasan naluri ini akan mengakibatkan
bahaya pada manusia, baik secara fisik, psikis, maupun akalnya. Tindakan tersebut merupakan
suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sistem dan gaya hidup mereka.Tidak puas
dengan lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari pemuasan melalui sesama jenis
bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini merupakan kebebasan bagi mereka. Benarlah Allah
swt berfirman:
َ ‫ُص ر َون َ ُه ْم أ ِ َه َ ا و َل ُه َون ب وب َ ال يْفقَ ُل ُه ْم ُق ِس َل ِج ِن َ و ْ اإلن َن َ ا ِلج َ َّهنَم‬
ِ ‫ّْعُي ن ُ ال يْب‬
‫س ُمع َون ب ُ ْهم آذَ ِ َه َ ا و َل َ ب ْل ب ِ َون َعام ُو َل َئِك ُ هُم َ ك ْ ا ألن ْ الَغافِ ُل‬
َ ْ ‫ال ْ َرأ ْد ذَ َولَقَ ُو َل َئِك ِ َها أ ان َ ال ي‬
ْ ‫ك ً ثِير َ ا ِمن‬
‫ل أ ُّ َض َ ُ ه ْم أ‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (TQS Al ‘Araf : 179)

3. Hukum dan Hukumannya para Pelaku LGBT

Pemberlakuan hukuman dalam Islam bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya manusia
dan menjaga kelestarian masyarakat. Syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan luhur yang
dilekatkan pada hukum-hukumnya. Tujuan luhur tersebut mencakup; pemeliharaan atas
keturunan (al muhafazhatu ‘ala an nasl), pemeliharaan atas akal (al muhafazhatu ‘ala al ‘aql),
pemeliharaan atas kemuliaan (al muhafazhatu ‘ala al karamah), pemeliharaan atas jiwa (al
muhafazhatu ‘ala an nafs), pemeliharaan atas harta (al muhafazhatu ‘ala an al maal), pemeliharaan
atas agama (al muhafazhatu ‘ala al diin), pemeliharaan atas ketentraman/keamanan (al
muhafazhatu ‘ala al amn), pemeliharaan atas negara (al muhafazhatu ‘ala al daulah).[10] Dalam
rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya, Islam telah mengharamkan zina, gay,
lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi
pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari sebuah keturunan. Berkaitan
dengan hukuman pagi para pelaku LGBT, beberapa ulama berbeda pendapat. Akan tetapi,
kesimpulannya para pelaku tetap ahrus diberikan hukuman. Tinggal nanti bagaimana khalifah
menetapkan hukum mana yang dipilih sebagai konstitusi negara (al Khilafah).Ulama berselisih
pendapat tentang hukuman bagi orang yang berbuat liwath. Diantara beberapa pendapat tentang
hukuman bagi pelaku liwath diantaranya:
 Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun obyek (maf’ul bih) bila
keduanya telah baligh. Adapun keberadaannya orang yang mengerjakan perbuatan
liwathdengan dzakar (penis)nya hukumannya adalah dibunuh, meskipun yang melakukannya
belum menikah, sama saja baik itu fa’il (pelaku) maupun maf’ul bih. Telah mengkabarkan
kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari ‘Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu
Abbas, berkata Rasulullah SAW
 Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Ali bahwa dia
pernah merajam orang yang berbuatliwath. Imam Syafi’y mengatakan: “Berdasarkan dalil
ini, maka kita menggunakan rajam untuk menghukum orang yang berbuat liwath, baik itu
muhshon (sudah menikah) atau selain muhshon. Hal ini senada dengan Al-Baghawi,
kemudian Abu Dawud dalam “Al-Hudud” Bab 28 dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid dari Ibnu
Abbas: Yang belum menikah apabila didapati melakukan liwathmaka dirajam.
 hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini seperti ini disampaikan oleh Sa’id
bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah, Hasan, Qatadah, Nakha’i, Tsauri, Auza’i, Imam Yahya
dan Imam Syafi’i (dalam pendapat yang lain), mengatakan bahwa hukuman bagi yang
melakukan liwath sebagaimana hukuman zina. Jika pelaku liwath muhshon maka dirajam,
dan jika bukan muhson dijilid (dicambuk) dan diasingkan.
 hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu Hanifah: Hukuman bagi yang
melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid (cambuk) dan bukan pula dirajam. Abu
Hanifah memandang perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir. Hukuman jenis ini tidak
harus dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau terapi psikologis agar bisa
pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap perilaku homoseksual bukan masuk pada
definisi zina, karena zina hanya dilakukan pada vagina (qubul), tidak pada dubur (sodomi)
sebagaimana dilakukan oleh kaum homoseksual. Sedangkan bagi para pelaku lesbian,
hukumannya adalah ta’zir. Al-Imam Malik Rahimahullahberpendapat bahwa wanita yang
melakukan sihaq, hukumannya dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat bahwa
wanita yang melakukan sihaq tidak ada hadd baginya, hanya saja ia di-ta‘zir, karena hanya
melakukan hubungan yang memang tidak bisa dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia
tidak akan di-hadd sebagaimana laki-laki yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa
adanya dukhul pada farji, maka tidak ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang rojih
(yang benar).

B. ONANI/ MASTRUBASI
1. Pengertian Onani/ mastrubasi

Onani (melancap) dalam Bahasa Arab disebut Istimna. Dalam ertikata mudanya bermaksud
mengeluarkan sperma atau mani secara sendirian bukan dengan jalan yang dibenarkan oleh syarak.
Ia merupakan satu istilah untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu dalam
memenuhi syahwatnya dengan menggunakan tangan sendiri ataupun dengan bantuan alat-alat
tertentu sehingga mengeluarkan mani.

2. Hukum Mastrubasi menurut Ulama

Para ulama sendiri berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya.

 Haram

Diantara ulama yang mengharamkannya adalah pengikut mazhab Maliki, Syafi’i, Hanafi ( menurut
riwayat Imam Ahmad), Ibnu Taimiyah dan pengikut zaid. Mereka beralasan kepada firman Allah:

‫) فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء ذَلِكَ فَأُولَئِكَ ُه ُم‬6( َ‫ومين‬


ِ ُ‫َت أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم َغي ُْر َمل‬
ْ ‫اج ِه ْم أ َ ْو َما َم َلك‬
ِ ‫) إِ ََّّل َعلَى أ َ ْز َو‬5( َ‫ظون‬ ِ ‫َوالَّذِينَ ُه ْم ِلفُ ُر‬
ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬
ْ )7
َ‫)العَادُون‬
Artinya: dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau
budak mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang
mencari dibalik itu, maka mereka itulah orang yang melampaui batas.[

Dalam ayat-ayat diatas dapat dipahami, bahwa orang yang dapat dibenarkan untuk
mengadakan hubungan seks adalah dengan istrinya. Jadi selain itu seperti zina, homoseksual dan
onani, tidak dibenarkan karena melampaui batas sebagaimana ditegaskan pada akhir ayat diatas.

Dan ulama lain Al-Bakry ad-Damyathy dalam Kitab I’anah at-Thalibin, dalam pendalilian
keharaman onani menyebut hadits di bawah ini, yaitu:

‫بفروجهم‬ ‫يعبثون‬ ‫كانوا‬ ‫أمة‬ ‫أهلك‬ ‫هللا‬ ‫ان‬ ‫و‬ ‫يده‬ ‫نكح‬ ‫من‬ ‫هللا‬ ‫لعن‬
Artinya : Allah melaknat orang-orang yang menikahi tangannya (onani). Sesungguhnya Allah
telah menghancurkan umat yang suka bermain-main dengan kemaluannya.

Imam al-Rafi’i, salah seorang ulama terkenal dikalangan Syafi’iyah menyebut hadits di bawah ini
sebagai dalil pengharaman onani, yaitu ;

Artinya : terlaknat orang-orang yang menikahi tangannya (onani)

Dalil lain adalah Firman Allah:

ْ َ‫ّٰللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِله‬ ِ ‫َو ْليَ ْست َ ْع ِف‬
َّ ‫ف الَّذِينَ ََّل يَ ِجد ُونَ نِكَا ًحا َحتَّى يُ ْغ ِنيَ ُه ُم‬

Artinya: dan orang-orang yang tidak mampu kawin hemdaklah menjaga kesucian ( dirinya)
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya..

Ayat tersebut mengharamkan onani dari dua sudut yaitu sebagai berikut:

 Sesungguhnya Allah memerintahkan orang islam yang belum mampu kawin supaya
menjaga kesucian diri. Kalimat “ ‫ ”وليستعفف‬mengandung perintah. Dengan demikian
menjaga diri dari perbuatan- perbuatan yang tidak senonoh, hukumnya wajib ( ushul fiqh).
 Dalam ayat tersebut diatas dan ayat-ayat lain yang tidak pernah Allah memberikan jalan
keluar untuk memenuhi kebutuhan biologis, seperti onani, malahan diperintahkan untuk
menjaga kesucian diri.

Selanjutnya mereka berpegang pada hadis Rasulullah SAW:


‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج‬: ‫عن عبد هللا ابن مسعود رضى هللا عنها قال‬
) ‫فانه له اغض للبصر واحسن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له وجاء ( رواه البخاري ومسلم‬

Artinya: dari Abdullah bin Mas’ud ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda wahai generasi muda,
barang siapa diantara kalian yang sudah siap ( mampu) berumah tangga maka kawinlah.
Sesungguhnya kawin itu dapat menjaga pandangan mata dan memlihara kemaluan ( dari perbuatan
maksiat). Barang siapa yang belum mampu hendaklah ia berpuasa karena dengan berpuasa itulah
dirinya akan terlindungi dari kemaksiatan.

Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa bagi orang yang belum mampu berumah tangga, jalan
keluarnya adalah berpuasanuntuk menurunkan dorongan syahwat, bukan dengan cara lain seperti
onani dan lain-lain.

 Makruh

Pengikut mazhab Hambali memandang onani itu sebagai perbuatan yang makruh. Mereka
berdalil pada qiyas. Perbuatan onani ini sama halnya seperti mengeluarkan darah dari tubuhnya
demi untuk kesembuahn penyakit.

Diantara orang yang memandang makruh adalah Ibnu Umar dan ‘atha’. Kendatipun mereka
membolehkan, tetapi tetap dibenci perbuatannya itu. Ibnu Hazm juga berpendirian demikian yaitu
orang laki-laki dan perempuan yang menyentuh alat vital masing-masing dibolehkan.

 Mubah

Hukum yang membolehkan onani berasal dari pendapat hasan, Amar bin Dinar, Ibnu Abbas
dan Mujahid. Hal ini pernah terjadi pada waktu peperangan. Hal ini juga berarti bahwa onani itu
dperbolehkan dalam keadaan yang sangat terpaksa dan mendesak.

 Wajib

Diantara ulama yang menyatakan bahwa onani itu haram pada suatu ketika dan wajib pada
situasi yang lain, adalah pengikut imam Hanafi. Andaikata seseorang dikhawatirkan akan berbuat
zina, maka wajiblah ia menyalurkan nafsu seksualnya dengan onani. Mereka berpegang kepada
kaidah:

‫اذا اجتمع الضرر فعليكم باخف الضررين‬


“ jika berkumpul dua bahaya, maka wajib kalian mengambil bahaya yang paling ringan”

Jadi, jika onani dilakukan untuk merangsang dan membangkitkan syahwat, maka tetap haram
hukumnya menurut mazhab ini. Mereka mengatakan bahwa onani menjadi wajib apabila ia takut
jatuh kepada perzinahan jika tidak melakukannya. Hal ini juga didasarkan pada kaidah mengambil
kemudharatan yang lebih ringan. Namun mereka mengharamkan apabila hanya sebatas untuk
bersenang-senang dan membangkitkan syahwatnya. Mereka juga mengatakan bahwa onani tidak
masalah jika orang itu sudah dikuasai oleh syahwatnya sementara ia tidak memiliki istri atau budak
perempuan demi menenangkan syahwatnya.

3. Efek samping Mastrubasi/ Onani


a. Efeknya terhadap rohani

Sebagian besar ulama mengatakan bahwa hukum onani adalah haram. Sebagaimana yang telah
dikemukakan diatas, perbuatan haram menyangkut dengan dosa dan perbuatan dosa adakalanya
sudah dibalas selagi hidup didunia. Ibnu qayyim pernah berkata,” setiap musibah, bencana, nasib
sial, dan kekurangan, baik didunia ” aupun diakhirat penyebabnya dalah perbuatan dosa dan tidak
melaksanakan perintah Allah”. Kemudian Beliau menambahkan,” kemaksiatan adalah api yang
membakar nikmat keseluruhan seperti halnya api yang membakar kayu bakar”.

 Hilangnya sifat istiqomah ( lemah pendirian) dalam menjalankan ajaran islam. Rohaninya
selalu diganggu oleh setan, kebiasaan-kebiasaan buruk selalu dilakukan. Lama-lama akan
menjauh dari agama yang dianutnya dan sewaktu-waktu perasaan berdosa muncul dalam
dirinya, akibatnya jiwa selalu gelisah.
 Kendatipun pelaku onani tidak menyimpang dari agama secara keseluruhan, tetapi dia
tetap dianggap meremehkan agama seperti yang telah dikemukakan diatas dalam surat Al-
Mu;minun ayat 5-7 dan dalam surat An-Nur: 33 yang intinya seseorang tetap dituntut
untuk mensucikan diri, jangan melakukan perbuatan yang menyimpang seperti onani.

b. Efeknya terhadap kesehatan

Perbuatan onani sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Ahli kedokteran mengatakan bahwa
onani dapat menimbulkan beranekaragam efek samping. Diantaranya:
 Melemahnya alat kelamin, dan sedikit demi sedikit akan semakin lemah ( lemas) sehingga
tidak dapat melakukan hubungan seksual dengan sempurna.
 Melemahnya urat-urat tubuh, karena mengeluarkan mani tidak melalui hubungan seks,
tetapi dengan tangan.
 Mempengaruhi perkembangan alat vital dan mungkin tidak akan tumbuh sebagamana
lazimnya.
 Alat vital itu akan membengkak, sehingga sipelaku menjadi mudah mengeluarkan
maninya.
 Mengakibatkan ( meninggalkan) rasa sakit pada sendi tulang punggung, tempat sumber
air mani keluar. Akibatnya punggung akan menjadi bungkuk.
 Menyebabkan anggota badan sering merasa gemetaran, seperti dibagian kaki da
sebagainya.
 Menyebabkan kelenjer otak menjadi lemah, sehingga daya berfikir menjadi semakin
berkurang, daya tahan menurun dan daya ingat juga melemah.
 Penglihatan semakin berkurang ketajamannya, karena sudah tidak normal lagi.

c.Efeknya terhadap kejiwaan

Menurut ahli ilmu jiwa, sebenarnya perbuatan yang beronani itu juga merasakan bahwa
dirinya bersalah dan dia pun tahu, bahwa perbuatan itu berdosa. Tetapi dia selalu mengulanginya
karena kebiasaan. Jadi perbuatannya itu selalu dirasakan bertentangan dengan hati kecilnya (
nuraninya). Karena perbuatannya itu merupakan pelanggaran ajaran Allah, maka jiwanya selalu
gelisah. Perhatiannya terhadap agama Allah telah terkalahkan oleh hawa nafsunya. Perbuatan
onani secara berlebihan akan menyebabkan urat saraf tidak stabil lagi, kepercayaan diri menjadi
hilang, hidup menyendiri, karena perasaan malu yang tertanam dalam dirinya. Kesenangan dalam
beronani yang melampaui batas akan mebuat orang kecanduan. Akhirnya terbawa arus dan terus-
menerus memperturutkan hawa nafsu.

- Cara mengatasi Mastrubasi/onani

Adapun untuk mengobati penyakit onani ada beberapa jalan yang harus ditempuh yaitu:
melangsungkan perkawinan bila sudah memungkinkan. Kalau belum memungkinkan lakukanlah
ibaddah puasa. Cara lain dengan mendekatkan diri kepada Allah, menjaga pandangan mata yang
sifatnya merangsang, melatih kemauan untuk menentang kemaksiatan. Selain itu, juga membantu
bila telah terlatih memerangi pola fikir yang negatif, menyibukkan diri tatkala nafsu birahi timbul,
mengingat-ingat akibat buruk dari onani itu menjauhi segala sesuatu yang mungkin mempengaruhi
nafsu syahwat dan berdoa kepada Allah agar terhindar dari segala perbuatan maksiat. Demikian
diantara upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengobatan penyakit onani.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama
terlebih lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia, yang lebih
penting Allah SWT dan Rasulullah melaknat perbuatan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang seolah atas nama HAM
membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju kerusakan
yang lebih parah. 2. Pandangan islam terhadap LGBT, adalah haram, karena Islam telah
mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan
dijatuhkannya sanksi bagi pelakunyaPara Ulama mendefinisikan bahwa ‘zina’ adalah hubungan
seksual yang sempurna antara seorang laki-laki dan seoarang perempuan yang diinginkan
(menggairahkan), tanpa akad pernikahan sah ataupun pernikahan yang menyerupai sah.

Onani (melancap) dalam Bahasa Arab disebut Istimna. Dalam ertikata mudanya
bermaksud mengeluarkan sperma atau mani secara sendirian bukan dengan jalan yang dibenarkan
oleh syarak. Ia merupakan satu istilah untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
itu dalam memenuhi syahwatnya dengan menggunakan tangan sendiri ataupun dengan bantuan
alat-alat tertentu sehingga mengeluarkan mani.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain,Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq, 1990).

Adz-Dzahabiy –Rahimahullah, Al-Imam Abu Abdillah,“Al-Kabair”.

An Nabhani, Syaikh Taqiyuddin, Al Nizham al Ijtima’i fii al Islam, (Beirut: Dar al Ummah, cet.
IV, 2003).

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, ( Berbagi Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini ),
(Jakarta : Kalam Mulia, 2003 ).

Nuriyyatiningrum, Mahdaniyal Hasanah, Masa’il Fiqhiyah , (Semarang : Media Campus, 2014).

Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (terj), (Kairo: Dar al Fath Lil I’lam Al ‘arobi, cet. I, 2000).
Wikipedia, 07/03/15.

M. Hasan, Ali, Masail Fiqiyah Al-Hadist ( pada masalah- masalah kontemporer hukum islam)
, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hlm. 94.
ad-Damyathy, Al-Bakry I’anah at-Thalibin Juz III, Thaha Putra, Semarang, Hal. 340.
Mulaqqan, Ibnu Badr al-Munir, Maktabah Syamilah, Juz. VII,
Bukhari, Shahih Bukhari, Darul Thauq an-Najh, Juz. VII,
Sabiq, sayid Fiqhus Sunnah juz III,
Jauhar, AhmadAl-Musi Husain, Muqasid Syari’ah, Amzah; Jakarta, 2009
Prof , H. A, Djazuli,Fiqih Siyasah,Kencana Jakarta, cetakan ke II, 2003.

Anda mungkin juga menyukai