Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi
LGBT merupakan singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender. Lesbian
adalah perempuan yang orientasi sexualnya kesesama perempuan, gay adalah laki-laki
yang orientasi sexualnya kesesama laki-laki, bisexual adalah seseorang yang mempunyai
orientasi seksual yang memiliki ketertarikan terhadap kedua-duanya laki-laki maupun
perempuan baik dari segi psikologi, emosional dan seksual. Sedangkan transgender suatu
keadaan di mana seseorang cenderung mengenali pasti diri mereka dengan gender yang
tidak konsisten, dan biasanya mereka ankan melakukan beberapa usaha pereubahan untuk
menukar keadaan fisik mereka supaya menyerupai jenis kelamin yang berlawanan
(Depdikbud, 2003).
Dalam hal LGBT, lesbi dan gay masuk kedalam homosexual yang mengacu pada
interaksi sexual antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Selain itu homosexual dapat
mengacu kepada orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan
orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
Kemuadian perilaku seksual dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau
identitas gender (PPDGJ III, 1993).
Menurut undang-undang no 39 tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Etiologi atau Penyebab

Banyak hal dapat menyebabkan atau memicu terjadinya Lesbian, gay, biseksual,
dan transgender antara lain: Faktor bawaan (hormon dan gen) faktor genetik dan
fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain
dalam susunan kromosom, ketidak seimbangan hormon, struktur otak, kelainan susunan
syaraf otak. Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil
dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan atau
karena bergaul dengan lingkungan transgender akhirnya orang tersebut terpengaruh.
Karena sering mengalami kekerasan sehingga menimbulkan trauma yang mendorong
seseorang tersebut untuk menjadi transgender.

C. Dilema etik dari sisi medis, ekonomo-sosio kultural, islamic perspektif

Transgender sendiri dapat dibedakan menjadi ada dua macam, yang pertama
transgender dikarenakan faktor medis/biologis yang terdapat dalam diri seseorang atau
dapat dikatakan terjadi secara natural. Transgender yang dimaksud bahwa seseorang
berkelamin ganda namun gender yang menonjol 1 jenis kelamin. Contohnya kasus
seseorang terlahir dengan jenis kelamin perempuan namun seiring bertambahnya umur
muncul semacam tonjolan-tonjolan di tengah-tengan alat kelamin wanitanya yang lama
kelamaan membentuk alat kelamin laki-laki dan pada saat berumur 18 tahun ia
memutuskan untuk melepas jilbabnya karena ia merasa dirinya laki-laki (Anderson,
2011).

Fenomena seperti itu memang faktor dalam diri manusia secara alamiah karena
dapat dideteksi melalui medis yaitu melalui pengecekan baik dilakukan dengan melihat
secara fisik maupun dengan cara yang lebih canggih yaitu dengan test kromosom.
Sehingga seseorang yang berkelamin ganda dikarenakan faktor medis dapat memilih
jenis kelamin yang mana yang lebih dominan dalam dirinya. Sedangkan yang kedua
dapat disebut sebagai tidak natural dengan kata lain baik dilihat secara fisik ia sempurna
dengan jenis kelamin laki-laki ataupun wanita yaitu transgender terjadi karena adanya
dorongan dalam jiwa dirinya untuk merubah jenis kelaminnya bukan karena alasan
biologis maupun fisik.

Seseorang yang homoseksual, biseksual, dan transgender dilihat dari segi medis
dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan mereka salah satu contohnya
akan memberikan efek buruk terhadap syaraf, kebiasaan jelek ini akan mempengaruhi
kejiwaan dan memberikan efek yang sangat kuat pada syaraf. Sebagai akibatnya dia
merasa seolah dirinya diciptakan bukan sebagai laki-laki, yang pada akhirnya perasaan
itu membawa kepada penyelewengan dan dia merasa cenderung dengan orang yang
sejenis dengannya (Kathleen, et al. 1994).
Seseorang yang homoseksual tanpa disadari juga akan melemahkan organ tubuh
yang kuat dan bisa menghancurkannya, karena organ-organ tubuhnya telah rusak dan
didapati mereka sering tidak sadar setelah mengeluarkan air seni dan mengeluarkan
kotoran dari duburnya tanpa terasa yang bisa menjadi sumber infeksi bagi tubuhnya.
Selain itu orang homoseksual dapat melemahkan sumber-sumber utama pengeluaran air
mani dan membunuh sperma sehingga akan menyebabkan kemandulan, dan penyakit
menular seksual seperti sifilis, gonore, dan AIDS dan para ahli mengatakan bahwa 95%
pengidap penyakit menular ini adalah kaum homoseks ( Kathleen, et al. 1994).

Tidak hanya itu aspek sosio kultural juga berkontribusi terhadap permasalahan
LGBT ini. Di Indonesia banyak aliran kepercayaan di antara suku-suku asli Kalimantan
dan Sulawesi menyertakan peran imam atau dukun yang melibatkan praktek kedi
(transvestisme) atau setidaknya menerima perilaku transgender. Homoseksualitas pria
yang diritualkan juga ditemukan dalam praktek keagamaan Melanesia di Papua dan di
sejumlah masyarakat di daerah lain. Indonesia sendiri memiliki peraturan perundang-
undangan mengenai gender, bahwa menetapkan dua jender saja, yaitu pria dan wanita.
Hal ini dapat ditafsirkan dari pencantuman tegas tentang pria dan wanita dalam Undang-
undang Perkawinan (UU No. 1/1974) yang berisi Perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dan ketentuan serupa mengenai isi kartu penduduk yang ditetapkan
dalam Undang-undang Administrasi Kependudukan (UU No. 23/2006). Sedangkan
untuk hubungan seks suka sama suka antara orang dewasa (dalam Undang-undang
Perlindungan Anak No. 23/2002 ditetapkan sebagai umur 18 tahun) yang memiliki jenis
kelamin atau gender yang sama dianggap melanggar pasal pidana dalam KUHP. Akan
tetapi di beberapa kota ada pengecualian yang menganggap homoseksualitas sebagai
tindakan tidak yang melanggar Peraturan Daerah setempat: sumatera selatan, kalimantan
selatan, sumatera barat. Seseorang yang tergolong ke dalam lesbia, gay, biseksual, dan
transgender juga memiliki perasaan-perasaan yang menginginkan perlindungan hak-hak
LGBT di Indonesia mencakup bidang-bidang kesempatan kerja dan tempat tinggal,
pendidikan dan generasi muda, kesehatan dan kesejahteraan, urusan keluarga, media dan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta hukum, hak asasi manusia dan politik
(Anderson, 2011).

Dari perspektif islam sistem kehidupan islam sangat bertolak belakang dengan
gaya hidup liar yang diajarkan sekularisme-liberalisme yaitu sistem kehidupan yang
mengajarkan manusia hidup bebas, sebebas bebasnya dan aturan akan diberlakukan jika
kebebasan yang satu mengganggu kebebasan yang lain (Mariani, 2008).

Islam memandang perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender hukumnya


haram. Dan semua perbuatan haram itu dinilai sebagai tindak kejahatan atau kriminal
yang harus dihukum. Dan homoseksual menurut islam juga termasuk dosa besar, oleh
karena perbuatan yang menjijikan inilah Allah kemudian memusnahkan kaum nabi Luth
AS, Allah berfirman:

Artinya:
“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia, dan kamu
tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh tuhanmu untukmu, bahkan kamu
adalah orang-orang yang melampaui batas” (QS. As-Syu’Ara: 165).

Homoseksual dikenal dengan istilah liwah. Imam Ibne Qudamah mengatakan


bahwa telah sepakat seluruh ulama mengharamkan homoseksual. Sabda Nadi
Muhammad SAW, “Allah telah mengutuk siapa saja yang berbuat seperti perbuatan
kaum Nabi Luth “ (HR. Ahmad, no 3908).

Sedangkan transgender adalah perbuatan menyerupai lain jenis. Baik dalam


berbicara, berbusana, maupun dalam berbuat termasuk dalam aktivitas seksual. Islam
mengharamkan perbuatan menyerupai lain jenis sesuai hadist bahwa Nabi Muhammad
SAW mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan mengutuk wanita yang
menyerupai laki-laki (HR. Ahmad, 1/227 & 339). Menurut konsep ini, Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan, tidak ada jenis kelamin ketiga. Pengubahan jenis
kelamin dianggap sebagai pengubahan atas ciptaan Allah sebagaimana titah setan yang
tertulis dalam Q.S. An-Nisa: 119

ِ ُ ‫َللاِ خَلقَ فَلَيُ َغيِ ُِّر َّن َو ََل ُم َرنَّ ُهم اَلَنعَ ِام آذَانَ فَلَيُبَتِ ِّ ُك َّن َو ََل ُم َرنَّ ُهم َو ََل ُ َمنِِّيَنَّ ُهم َو ََل‬
‫ضلَّنَّ ُهم‬ َّ ۚ ‫طانَ يَتَّخِ ِذ َو َمن‬ َ ‫شي‬ َّ ‫مِ ن َو ِليًّا ال‬
‫ُون‬
ِ ‫د‬ َّ
ِ‫َللا‬ ‫فَقَد َخس َِر ُخس َرانًا ُمبِي ًنا‬
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-
angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang
ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata.”

Bahkan, Allah mengutuk individu yang berpenampilan dan bertindak menyerupai


anggota jenis kelamin lain. Sehingga Islam dengan tegas tidak setuju dan mengharamkan
adanya lesbian, gay, biseksual, dan transgender (Mariani, 2008).

D. Pendapat mengenai dilema

Permasalahan dilematis yang dialami dokter dalam hal lesbian, gay,biseksual, dan
transgender seperti halnya di Amerika serikat yang sudah mengakui pernikahan sesama
jenis. Dilihat dari sudut pandang hukum yang hanya mengakui dua jenis kelamin yaitu
laki-laki dan perempuan, kemudian dilihat dari sudut pandang agama, islam
mengharamkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Larangan ini jelas tersurat dalam Q. S AS-Syu’ara:165

“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia, dan kamu tinggalkan
isteri-isteri yang dijadikan oleh tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang
yang melampaui batas” (QS. As-Syu’Ara: 165).

Dari penjelasan dalil-dalil ini dapat kita pahami bahwa Islam menolak LGBT,
apapun bentuknya dan menganggap seseorang yang melakukan aktivitas lesbian, gay,
biseksual maupun transgender telah melakukan penyimpangan terhadap hukum-hukum
Allah. Pengakuan hak-hak dasar sebagai manusia dari masyarakat LGBT adalah suatu
keharusan tetapi mengakui hak-hak LGBT untuk mempraktekkan apa yang mereka
percaya yang benar-benar menentang prinsip agama dan keyakinan moral yang tidak
dapat ditoleransi.

Dalam skala nasional di Indonesia, belum ada peraturan yang tegas mengatur
transseksualisme. Meskipun begitu, secara hukum, kaum transseksual memiliki hak yang
sama dengan manusia pada umumnya sesuai dengan Undang-Undang No.9 tahun 1999
mengenai hak asasi manusia. Menurut pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan begitu, pernikahan
homoseksual adalah dilarang. Bagi kaum transseksual yang telah mengalami operasi
pengubahan kelamin, status kewarganegaraannya berubah dalam sisi jenis kelamin.
Karena itu, tidak ada masalah dalam hal jika kaum transseksual menikah selama ia
menikah dengan jenis kelamin yang berlawanan dengan jenis kelaminnya yang sah dan
terdaftar (sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk).

E. Kesimpulan

Pada intinya, seorang LGBT berhak mendapatkan pengakuan hak-hak dasar


sebagai manusia dari masyarakat LGBT adalah suatu keharusan seperti kesempatan kerja
dan tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Tetapi mengakui hak-hak
LGBT untuk mempraktekkan apa yang mereka percaya yang benar-benar menentang
prinsip agama dan keyakinan moral yang tidak dapat ditoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James. 2011. Human Rights Protections for Sexual Minorities in Insular Southeast
Asia: Issues and Implications for Effective HIV Prevention. Bangkok: UNESCO.

Depdikbud 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (3rd ed). Balai pustaka: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa III. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ford, Kathleen, et al. 1994. “AIDS Risk Behaviours and Sexual Networks of Male and Female
Sex Workers and Clients in Bali, Indonesia, “ Health Transition Review, (Tambahan Vol.
4), hal.125-152.

Ga, Ester Mariani. 2008. “Lesbian dalam Penafsiran Agama,” Jurnal Perempuan 58 (Maret),
hal 20-45.
PENUGASAN BLOK 4.3 KOMPRESENSIF KLINIK

ETIKOMEDIKOLEGAL

“LGBT, HAM, dan DEVIASI”

Disusun Oleh

Nam : Rabka Ariefta Putri

NIM : 12711004

Tutorial :9

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2015

Anda mungkin juga menyukai