Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Transparansi Organ Tubuh Operasi


Kecantikan(plastik) Operasi Ganti Kelamin

Disusun Oleh :
Ravli Noviar

DOSEN PENGAMPU :
Mirtha Antoni, M.Pd.

YAYASAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI BATURAJA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Bursa Saham, Bursa
Valuta Asing, Bank dan Koperasi dapat selesai sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
yang telah membimbing dan memberikan kami masukan demi terselesaikannya
tugas makalah ini. Penyusun menyadari bahwa selesainya makalah ini berkat
bantuan berbagai pihak. Penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh sempurna.
Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
dan mempunyai berkah bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Baturaja, Mei 2023

Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, muncul praktek  penggantian alat kelamin
dari lelaki menjadi perempuan, atau sebaliknya yang kemudian status jenis kelamin baru dan
kelamin baru tersebut di sahkan pengadilan, penyempurnaan alat kelamin kepada seseorang yang
memiliki kelainan dan atas pertimbangan medis dilakukan operasi guna menyempurnakan alat
kelamin tersebut, transplantasi organ tubuh orang yang sehat, orang yang sedang koma, dan
orang yang telah wafat serta operasi plastik yang marak dilakukan oleh orang kaya yang tidak
puas dengan penampilan fisik tubuhnya.
Terhadap permasalahan tersebut muncul pertanyaan ditengah masyarakat tentang hukum-
hukum terkait dengan masalah-masalah tersebut, maka kami memandang perlu membuat
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan argumen yang sahih, fokus namun integral,
mendalam namun komperhensif, mudah dan ilmiah, idealis namun realistis. Juga berprinsip
teguh namun fleksibel, fundamentalis namun toleran, radikal namun moderat, literalis namun
rasional, elitis namun populis, konservaatif namun kontekstual, puritan namun aktual, konsisten
namun revival, bersifat pendekatan yuridis namun persuasif, tekstual namun argumentatif. Gaya
inilah yang penulis pahami dari pesan Allah tentang penyampaian syariat-Nya secara hikmah,
mauidzah hasanah, dan jidal akhsan serta ala bashirah (an-Nahl 125 dan Yusuf 108)
Kami berharap semoga makalah ini dapat banyak memberikan manfaat bagi umat islam dan
dakwah dalam rangka syiar syariah dengan membawa nur ilahi yang dapat menyinari semua
lapisan masyarakat, mendapat berkah-Nya bagi seluruh yang terlibat dan membacanya.

1.2 Maksut dan Tujuan


Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tehadap praktek  penggantian alat kelamin,
penyempurnaan alat kelamin, dan transplantasi organ tubuh, khususnya pandangan islam
terhadap permasalahan-permasalahan tersebut.

1.3 Metode Penelitian


Kami berusaha merujuk pada Al-Quran melalui penelusuran ayat, baik secara manual
maupun software pada komputer. Demikian pula pada hal pelacakan hadits-hadits Nabi SAW.
Kitab-kitab fiqh, tafsir, dan literatur terkait lainnya, baik klasik maupun kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Ganti Kelamin
2.1.1Pengertian
Masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut juga
sebagai transeksualisme ataupun transgender,merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang
karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan alat kelamin dengan kejiwaan
ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam
bentuk dandan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi pergantian
kelamin (sex reassignment surgery). Penyimpangan ini terbagi lagi menjadi beberapa subtipe,
meliputi transeksual,aseksual,homoseksual, dan heteroseksual.
Tanda-tanda transeksual yang bisa dilacak melalui DSM (diagnostic and statistical manual of
mental disorder) antara lain: perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi
seksnya; berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain; mengalami
guncangan yang terus-menerus untuk sekurangnya selama dua tahun dan bukan hanya ketika
datang stress. Juga adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal; dan dapat
ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu menurut J.P. Chaplin semacam
reaksi psikotis dicirikan diantaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada kehidupan
emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.
Transeksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormon dan gen) dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan diantaranya pendidikan yang salah pada masa kecil degan membiarkan lelaki
berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa puberitas dengan homoseksual yang
kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar,suami,atau istri. Perlu dibedakan
penyebab transeksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transeksual karena keseimbangan
hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan
kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal, karena
tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memikiki kecenderungan
berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah
sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan.

2.1.2 hukum operasi kelamin dalam islam


Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat islam harus diperinci persoalan dan latar
belakangnya. Di dalam dunia kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi kelamin, yaitu:
1)      Operasi pergantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki
kelamin normal
2)      Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang sejak lahir
memiliki cacat kelamin, seperti penis atau vagina yang tidak berlubang atau tidak sempurna.
3)      Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki dua organ (penis & vagina)
Pertama: Manusia yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita,
kemudian melakukan operasi ganti kelamin (taghyir al-jins) yaitu operasi pembedahan untuk
mengubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Pengubahan jenis
kelamin laki-laki menjadi perempuan dilakukan dengan memotong penis dan testis, kemudian
membentuk kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara. Ataupun pengubahan
jenis kelamin perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan memotong payudara, menutup
saluran kelamin perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki (penis). Hal tersebut tidak
diperkenankan dalam islam. Mengingat:
1)    Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13

ِ ‫ارفُوا ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم عِ ْندَ هَّللا‬ ُ ‫اس ِإ َّنا َخ َل ْق َنا ُك ْم مِنْ َذ َك ٍر َوُأ ْن َثى َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬
َ ‫ش ُعو ًبا َو َق َباِئل َ لِ َت َع‬ ُ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن‬
)13( ‫َأ ْت َقا ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخ ِبي ٌر‬
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat ini mengajarkan prinsip equality before God and law. Artinya manusia di hadapan Tuhan
dan hukum itu sama kedudukanya, dan yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kedudukan
manusia itu bukan karena perbedaan jenis kelamin, ras, bahasa, kekayaan, kedudukan dan
sebagainya, melainkan karena ketakwaannya kepada Allah. Karena itu, jenis kelamin yang
normal yang diberikan kepada seseorang harus disyukuri dengan jalan menerima kodratnya dan
menjalankan semua kewajibannya sebagai makhluk terhadap Khaliqnya sesuai dengan kodrat
tanpa mengubah jenis kelaminnya.

2)    Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 119


‫َوألضِ لَّ َّن ُه ْم َوأل َم ِّن َي َّن ُه ْم َوآل ُم َر َّن ُه ْم َف َل ُي َب ِّت ُكنَّ َآذانَ األ ْن َع ِام َوآل ُم َر َّن ُه ْم َف َل ُي َغ ِّي ُرنَّ َخ ْل َق هَّللا ِ َو َمنْ َي َّت ِخ ِذ‬
)119( ‫ُون هَّللا ِ َف َقدْ َخسِ َر ُخ ْس َرا ًنا ُم ِبي ًنا‬ ِ ‫ش ْي َطانَ َولِ ًّيا مِنْ د‬ َّ ‫ال‬
119. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu
mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung
selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.
3)    Firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 30

ِ ‫ ل َِخ ْل ِق هَّللا ِ َذلِ َك الدِّينُ ا ْل َق ِّي ُم َو َلكِنَّ َأ ْك َث َر ال َّن‬8َ‫اس َع َل ْي َها ال َت ْبدِيل‬


َ‫اس ال َي ْع َل ُمون‬ َ ‫ف ِْط َر َة هَّللا ِ ا َّلتِي َف َط َر ال َّن‬
)30(
30. (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
4)    Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 36

‫س ال َّذ َك ُر َكاأل ْن َثى‬ َ ‫ض ْع ُت َها ُأ ْن َثى َوهَّللا ُ َأ ْع َل ُم ِب َما َو‬


َ ‫ض َع ْت َو َل ْي‬ َ ‫ض َع ْت َها َقا َل ْت َر ِّب ِإ ِّني َو‬
َ ‫َف َل َّما َو‬
36. Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya
aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
5)    Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 19
ً ‫ش ْيًئ ا َو َي ْج َعل َ هَّللا ُ فِي ِه َخ ْي ًرا َكث‬
)19( ‫ِيرا‬ َ ‫سى َأنْ َت ْك َرهُوا‬
َ ‫َفِإنْ َك ِرهْ ُت ُموهُنَّ َف َع‬
19. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
6)    Hadits rasulullah SAW

‫ت‬ ِ ‫ت َوا ْل ُم َت َفلِّ َجا‬


ِ ‫ت لِ ْل ُح ْس ِن ا ْل ُم َغ ِّي َرا‬ َ ‫ت َوا ْل ُم َت َن ِّم‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َقال َ َل َعنَ هَّللا ُ ا ْل َواشِ َما‬
ِ ‫ت َوا ْل ُمو َتشِ َما‬
ِ ‫ َخ ْل َق هَّللا‬.
Dari abdillah berkata; “Allah SWT meaknat orang-orang perempuan yang membuat tato dan
yang meminta membuat tato, memendekkan rambut, serta yang berupaya merenggangkan gigi
supaya kelihatan bagus, yang merubah ciptaan Allah (HR.Bukhari)

7)    Hadits rasulullah SAW

‫ش ْع َب ُة َعنْ َق َتا َد َة َعنْ عِ ْك ِر َم َة َع ِن‬


ُ ‫ث َحدَّ َث َنا‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫َحدَّ َث َنا َأ ُبو َب ْك ِر ْبنُ َخالَّ ٍد ا ْل َبا ِهل ُِّى َحدَّ َث َنا َخالِ ُد ْبنُ ا ْل َح‬
َ‫اء َو َل َعن‬
ِ ‫س‬َ ‫ال ِبال ِّن‬
ِ ‫الر َج‬
ِّ َ‫ش ِّب ِهينَ مِن‬ َ ‫ َل َعنَ ا ْل ُم َت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اس َأنَّ ال َّن ِب َّى‬ ٍ ‫ا ْب ِن َع َّب‬
(‫سنن ابن ماجه‬ ).‫ال‬ ِ ‫الر َج‬ ِّ ‫اء ِب‬ ِ ‫س‬ َ ‫ت مِنَ ال ِّن‬ َ ‫ا ْل ُم َت‬
ِ ‫ش ِّب َها‬
Sesungguhnya Nabi SAW melaknant kaum lelaki yang menyerupakan diri dengan perempuan,
dan juga kaum perempuan yang menyerupakan diri dengan lelaki. (sunan ibnu majah)

Kedua hadits diatas dapat menunjukan bahwa seorang pria atau wanita yang normal jenis
kelaminnya, dilarang oleh islam mengubah jenis kelaminnya, karena mengubah ciptaan Allah
tanpa alasan yang dibenarkan.
Demikian pula seorang pria ataupun wanita yang terlahir normal jenis kelaminnya, tetapi karena
lingkungannya menderita kelainan semacam kecenderungan seksnya yang mendorongnya
lahiriah “banci” dengan berpakaian dan bertingkah laku yang berlawanan dengan jenis
kelaminnya yang sebenarnya. Maka dalam hal ini ia juga diharamkan oleh agama mengubah
jenis kelaminnya, sekalipun ia mengalami kelainan seks, sebab pada hakikatnya jenis/organ
kelaminnya normal, tetapi psikisnya tidak normal. Kerena itu, upaya kesehatan mentalnya
ditempuh melalui pendekatan keagamaan dan kejiwaan.
8)    Kaidah Fiqhiyyah

‫النهي عن الشيء نهي عن وسائله‬


Larangan terhadap sesuatu juga merupakan larangan terhadap sarana-sarananya.
ً ‫الحكم يدور مع علته وجوداً وعدما‬
Penetapan hukum tergantung ada
َّ ‫الض َر ُر اَل َي َزال ُ ِبال‬
‫ض َر ِر‬ َّ
Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya yang lain
‫درء الفاسد مقدم على جلب المصالح‬
Mencegah bahaya didahulukan atas menarik kemaslahatan.
‫الضرر يزال‬
Dharar itu harus dihilangkan

Menurut Muhammad Shiddiq al-Jawi operasi ganti kelamin juga merupakan dosa besar (kaba`ir),
sebab salah satu kriteria dosa besar adalah adanya laknat (kutukan) dari Allah dan Rasul-Nya.
Yang berdosa bukan hanya orang yang dioperasi, tapi juga semua pihak yang terlibat di dalam
operasi itu, baik langsung atau tidak, seperti dokter, para medis, psikiater, atau ahli hukum yang
mengesahkan operasi tersebut. Semuanya turut berdosa dan akan dimintai pertanggungjawaban
oleh Allah pada Hari Kiamat kelak, karena mereka telah bertolong menolong dalam berbuat
dosa.
Kedua: Operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan)
dan bukan pergantian jenis kelamin, menurut para ulama dibolehkan secara hukum syariat. Jika
jenis kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan
mani, baik penis maupun vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya
diperbolehkan, bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan
seperti ini merupakan suatu penyakit yang harus diobati.
Para ulama seperti Hasanain Muhammad Makhluf dalam bukunya Shafwatul bayan (1987:131)
memberikan argumentasi hal tersebut bahwa orang yang lahir dengan alat kelamin tidak normal
bisa mengalami kelainan psikis dan sosial, sehingga dapat tersisih dan mengasingkan diri dari
kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari jalannya sendiri, seperti melacurkan diri
menjadi waria atau melakukan homoseksual dan lesbianisme yang sangat berbahaya bagi dirinya
dan masyarakat. Sebab perbuatan anal seks (perilaku seksual dng memasukkan zakar ke dubur
pasangan) dan oral seks (perilaku seksual dng memasukkan zakar ke oral (mulut) pasangannya)
yang biasa dilakukan oleh kaum homo bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS yang
sangat ganas dan hingga kini belum ditemukan obatnya.

Karena itu, apabila kemajuan teknologi kedokteran bisa memperbaiki kondisi kesehatan
fisik dan psikis/mental si banci alami melalui oprasi kelamin, maka islam membolehkan, bahkan
menganjurkan/memandang baik, karena akan mencapai maslahah yang lebih besar daripada
mafsadahnya. Adapun hadits Nabi yang melarang orang mengubah ciptaan Allah apabila itu
tidak membawa maslahah yang besar, bahkan mendatangkan mafsadat. Tetapi apabila mengubah
ciptaan Allah itu membawa maslahah yang besar dan menghindari mafsadah. Misalnya khitan
anak lelaki dengan jalan menghilangkan kulup (qulfah atau preputium) dibenarkan oleh islam,
sebab jikalau kulup itu tidak dipotong, justru kulup itu menjadi sarang timbulnya penyakit.
Demikian pula operasi kelamin bagi yang lahir tidak normal jenis kelaminnya diizinkan oleh
islam, apabila secara medis bisa diharapkan terwujudnya kemaslahatan yang besar bagi yang
bersangkutan untuk kesehatan fisik dan mentalnya.

Ketiga: apabila seseorang mempunyai kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan juga
vagina, maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat
kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk “mematikan” dan menghilangkan salah satu alat
kelaminnya. Misalnya, jika seseorang memiliki penis dan vagina, sedangkan pada bagian dalam
tubuh dan kelaminnya memiliki rahim dan ovarium yang menjadi ciri khas wanita, maka ia boleh
mengoperasi penisnya untuk memfungsikan vaginanya dan dengan demikian memperjelas
identitasnya sebagai wanita. Hal ini dianjurkan syariat karena keberadaan penis yang berbeda
dengan keadaan dalamya bisa mengganggu dan merugikan dirinya sendiri, baik dari segi hukum
agama karena hak dan kewajibannya sulit ditentukan maupun kehidupan sosialnya.
Menurut makhluf dan syalthut, islam membolehkan dan bahkan menganjurkan untuk
membuang penis yang berlawanan dengan dalam alat kelaminnya. Oleh sebab itu, operasi
kelamin yang dilakukan dalam hal ini harus sejalan dengan bagian dalam alat kelaminnya.
Apabila seseorang memiliki penis dan vagina, sedangkan pada bagian dalamnya ada rahim dan
ovarium, maka ia tidak boleh menutup lubang vaginanya dan memfungsikan penisnya; demikian
pula sebaliknya. Hal ini dikarnakan operasi kelamin yang berbeda dengan bagian dalam
kelaminnya, berarti melakukan pelanggaran syariat dengan mengubah ciptaan Allah.
Dibolehkannya operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin, sesuai dengan keadaan anatomi
bagian dalam kelamin orang yang memiliki kelainan kelamin atau kelamin ganda, juga
merupakan keputusan Nahdlatul ulama PW jawa timur pada seminar “Tinjauan Syariat Islam
tentang Operasi Ganti Kelamin” pada tanggal 26-28 Desember 1989 di Pondok Pesantren Nurul
Jadid, Probolinggo Jawa Timur. Peranan dokter dan para medis dalam operasi pergantian
kelamin ini dalam status hukumnya sesuai dengan kondisi alat kelamin yang dioperasinya. Jika
haram maka ia ikut berdosa karena termasuk bertolong-tolong dalam dosa.

Adapun konsekuensi hukum pergantian kelamin adalah sebagai berikut.


Apabila pergantian kelamin dilakukan oleh seorang dengan tujuan tabdil dan taghyir, maka
identitasnya sama dengan sebelum operasi dan tidak berubah dari segi hukum. Tetapi apabila
operasi kelamun yang dilakukan pada seorang yang mengalami kelainan kelamin dengan tujuan
tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan sesuai dengan hukum akan membuat
identidas dan status huukum orang tersebut menjadi jelas.

2.2  pencangkokan organ tubuh

2.2.1        Pengertian
Prof.Drs.H.Masjfuk Zuhdi mendefinisikan pencangkokan (Transplantasi) ialah
pemindahan organ tubuh yang memiliki daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh
yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis
biasa, harapan penderita untuk bertahan hidup tidak ada lagi.
Sedangkan dalam wikipedia Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh
atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang
lain pada tubuh yang sama (http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ). Transplantasi ini
ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ
lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup
ataupun telah meninggal.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terikat dengannya: pertama,
Donor yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan
pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua, resipien yaitu
orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain hal, organ tubuhnya
harus diganti. Ketiga, tim ahli yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.
Ada 3 tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahannya sendiri:
a.       Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe omo memerlukan seleksi yang cermat dan pemeriksaan
kesehatan yang lengkap, baik terhadap donor maupun terhadap resipien, demi menghindari
kegagalan terhadap transplantasiyang disebabkan karena penolakan tubuh resipien, dan sekaligus
untuk mencegah resiko bagi donor. Sebab menurut data statistik, 1 dari 1000 donor meninggal
dan si donor juga merasa was-was dan tidak aman, karena menyadari bahwa dengan
menyumbangkan sebuah ginjalnya misalkan, ia tidak akan memperoleh ginjalnya seperti sedia
kala.
b.      Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga kuat akan meninggal dengan segera. Untuk tipe
ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan,
misalnya dengan bantuan alat pernafasan khusus. Kemudian alat-alat penunjang tersebut dicabut,
setelah selesai proses pengambilan organ tubuhnya. Hanya, kriteria mati secara medis/klinis dan
yuridis perlu ditentukan dengan tegas dan tuntas. Apakah kriteria mati itu ditandai dengan
berhentinya denyut jantung (Rumusan PPNa 18/1981) ataukah ditandai denan berhentinya fungsi
otak (Rumusan IDI tahun 1985). Penegasan kriteria mati secara klinis dan yuridis itu sangat
penting bagi dokter sebagai pegangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak khawatir
dituntut melakukan pembunuhan berencana oleh keluarga yang bersangkutan sehubungan
dengan praktek transplantasi itu.
c.       Donor dalam keadaan wafat. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan dicangkokkan diambil
ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis. Disamping itu, juga
harus diperhatikan daya tahan organ yang akan dicangkokkan, apakah masih ada kemungkinan
untuk bisa berfungsi bagi resipien, atau apakah sel-sel dan jaringannya sudah mati, sehingga
tidak bermanfaat lagi bagi resipien.

Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan dikalangan ilmuan dan
agamawan adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu mata, ginjal, dan jantung. Hal ini
dapat dimaklumi, karena dari segi struktur anatomis manusia, ketiga organ tubuh tersebut
sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Namun, sebagai akibat perkembangan pengetahuan
modern dan teknologi yang makin canggih, maka di masa yang akan datang, transplantasi
mungkin juga berhasil dilakukan untuk organ-organ tubuh lainnya, mulai dari kaki dan
telapaknya, sampai kepala; termasuk pula organ tubuh bagian dalam seperti rahim wanita.
Namun apa yang bisa dicapai dengan tekhnologi, belum tentu bisa diterima oleh agama, dan
hukum dimasyarakat. Karena itu, mengingat transplantasi organ tubuh itu termasuk masalah
ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di dalam al-quran dan sunnah, dan
mengingat pula masalah itu cukup kompleks, menyangkut berbagai bidang studi, maka
seharusnya masalah ini dianalisis dengan memakai pendekatan multidisipliner (berkaitan dng
berbagai ilmu pengetahuan),misalnya kedokteran, biologi, hukum, etika, dan agama; agar bisa
diperoleh kesimpulan berupa hukum ijtihadi yang proposional dan mendasar.

2.2.2        Hukum Transplantasi Organ Tubuh


a.       Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Hidup Sehat
Apabila pencangkokan tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat, maka
menurut Dr.H.Abdul Wahab Abdul Muhaimin,Lc,MA. yang senada dengan Prof. Drs. H.
Masjfuk Zuhdi islam tidak membenarkan/melarang maka hukumnya haram, dengan alasan:
1)      Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 195:
‫َوالَ تُ ْلقُو ْا بَِأ ْي ِدي ُك ْم ِإلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬
dan janganlah kamu jatuhkan tanganmu ke dalam kebinasaan.
Menurut tafsir jalalain (dan janganlah kamu jatuhkan tanganmu) maksudnya dirimu, (ke dalam
kebinasaan). Ayat tersebut mengingatkan, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan
sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri
donor, meskipun perbuatannya itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Umpamanya seorang menyumbangkan sebuah ginjalnya, kepada orang lain yang
memerlukannya, karena hubungan keluarga atau karena teman dan lain-lain. Kemungkinan juga,
ada yang mai mengorbankan organ tubuhnya, dengan harapan ada imbalan dari orang yang
memerlukan, disebabkan karena dihimpit oleh penderitaan hidup atau krisis ekonomi. Tetapi
dalam masalah yang disebutkan terakhir ini, yaitu memberikan organ tubuh karena
mengharapkan imbalan atau dengan istilah menjualnya, maka hukumnya haram, karena tidak
boleh memperjual-belikan organ tubuh manusia,  karena seluruh tubuh manusia itu adalah milik
Allah, manusia hanya berhak untuk mempergunakannya, tetapi tidak boleh menjualnya,
walaupun organ tubuh itu dari orang yang sudah meninggal.
Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu ia masih hidup sehat kepada orang lain, ia
akan menghadapi resiko, suatu ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata ataupun
ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia. Bila
ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sukar untuk ditolong kembali. Sama hanya
menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit baru bagi si donor.  Sesuai
dengan kaidah fiqh, hal ini tidak diperbolehkan
2)      Kaidah Fiqhiyah / Kaidah hukum islam:
َّ ‫ض َر ُر اَل يَ َزا ُل بِال‬
‫ض َر ِر‬ َّ ‫ال‬
Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya yang lain
Menurut Abdullah bin Said Muhammad Al-Lahji, yang dimaksut dengan dharar  tidak dapat
dihilangkan dengan dharar yang lain adalah; seseorang tidak boleh menghilangkan bahaya dalam
dirinya dengan menimbulkan bahaya pada diri orang lain. Zuhdi memberikan permisalan bahwa
bahaya yang mengancam jiwa si A, tidak boleh diatasi/dilenyapkan dengan cara yang bisa
menimbulkan bahaya baru yang mengancap jiwa orang yang menolong si A.
3)      Kaidah Fiqhiyah / Kaidah hukum islam:
‫درء الفاسد مقدم على جلب المصالح‬
Mencegah bahaya didahulukan atas menarik kemaslahatan.
Kaidah ini berlaku dalam segala permasalahan yang didalamnya terdapat percampuran antara
unsur maslahah dan mafsadah. Jadi bila mashlahah dan mafsadat berkumpul, maka yang lebih
diutamakan adalah menolak mafsadah. Misalnya, menolong orang dengan cara mengorbankan
dirinya sendiri yang berakibat fatal bagi dirinya, tidak diperbolehkan dalam islam
b.      Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih hidup, meskipun dalam
keadaan koma, hukumnya tetaplah haram; meskipun menurut dokter bahwa si donor itu akan
segera meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak
Allah, hal tersebut dapat dikatakan mempercepat kematiannya. Tidak etis melakukan
transplantasi dalam keadaan sekarat. Orang yang sehat, seharusnya berusaha menyembuhkan
orang yang sedang koma, meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sedang koma tersebut
sudah tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali,
padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup; walaupun itu
hanya sebagian kecil. Oleh sebab itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma tidak
boleh,  dengan alasan:
1)        َ‫ال‬ « ‫ال‬ َ ‫ازنِ ِّى ع َْن َأبِي ِه َأ َّن َرس‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ك ع َْن َع ْم ِرو ب ِْن يَحْ يَى ْال َم‬
ٍ ِ‫ع َْن َمال‬
‫ار‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬
َ ‫ض َر‬ َ  »
Jangan membahayakan diri dan orang lain
Bila ditinjau dari aspek bahasa (linguistik) maupun tata bahasa (gramatika), hadits yang terlihat
pendek dan ‘sederhana’ ini ternyata mempunyai kandungan makna yang sangat dalam, salah
satunya adalah kedua kata yang termaktub dalam redaksi hadits ini (dharar & dhirar)
menggunakan isim nakirah, atau kata benda yang memiliki cakupan arti yang sangat umum dan
tidak terfokus pada satu objek tertentu. Dikala keduanya bertemu dengan huruf nafi (َ‫ )ال‬yang
berfungsi menafikan segala jenis sesuatu (dalam hal ini menafikan segala jenis dharar), maka
makna yang dikandung oleh hasil penggabungan keduanya berarti mengharuskan ketiadaan
bahaya dalam segala hal dan dalam semua bentuknya. Berpijak dari pemahaman ini, maka dapat
ditarik benang merah bahwa peniadaan bahaya dalam segala bentuknya baik bagi pribadi
maupun orang lain, merupakan suatu keharusan yang direkomendasikan oleh syariah.
Berdasarkan hadits ini, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan sekarat/koma hukumnya
haram, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat mempercepat
kematiannya.
2)      Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi mempertahankan hidupnya;
tetapi hidup dan mati itu ditangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya
sendiri atau mempercepat kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksut
untuk mengurangi/menghentikan penderitaan si pasien.

c.       Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Telah Wafat


Apabila pencangkokan organ tubuh dari donor yang telah meninggal secara yuridis dan klinis,
maka islam mengizinkan, dengan syarat:
1)      Resipien berada dalam keadaan darurat, yang mengancam nyawanya, bila tudak dilakukan
transplantasi, dengan ia telah berobat secara optimal, tetapi tidak berhasil.
2)      Pencangkokan tidak akan menimbulkan kompilasi penyakit yang lebih gawat bagi resipien
dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan
3)      Ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya untuk menyumbangkan organ tubuhnya bila ia
meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.
Demikian ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 29 Juni 1987, bahwa dalam kondisi tidak ada
pilihan yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung orang yang telah meninggal untuk
kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan oleh hukum islam dengan syarat ada izin
dari yang bersangkutan dan izin keluarga/ahli waris.

Adapun dalil syar’i yang dapat dijadikan dasar untuk membolehkan pencangkokan antara lain
sebagai berikut:
1)      Al-quran surat albaqarah ayat 195 diatas, secara logis dapat dipahami bahwa islam tidak
membenarkan orang yang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya maut atau tidak
berfungsinya organ tubuh yang sangat vital bagi dirinya, tanpa usaha penyembuhan organ tubuh,
yang secara medis memberi harapan kepada yang bersangkutan untuk dapat bertahan hidup lebih
baik.
2)      Al-Quran surat al-Maidah ayat 32:
َ َّ‫َو َمنْ َأ ْحيَاهَا فَ َكَأنَّ َما َأ ْحيَا الن‬
ً ‫اس َج ِميعا‬
Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
Ayat ini menunjukkan bahwa islam sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat
menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seorang yang menemukan bayi yang tidak berdosa
dibuang disampah, mengambilnya untuk menyelamatkan jiwanya. Demikian pula seorang yang
dengan ikhlas hati mau menyumbangkan organ tubuhnya setelah ia meninggal, maka islam
membolehkannya, bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi
nilainya, karena menolong jiwa sesama manusia atau membantu berfungsinya kembali organ
tubuh sesamanya yang tidak berfungsi.
3)      Al-Quran surat al-Maidah ayat 2
‫اونُو ْا َعلَى البر والتقوى َوالَ تَ َعا َونُو ْا َعلَى اإلثم والعدوان‬
َ ‫َوتَ َع‬
Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa
Ayat tersebut menyuruh berbuat baik kepada sesama manusia dan saling tolong menolong dalam
hal kebaikan. Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong
menolong dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat
memerlukannya.
4)      Hadits Nabi saw:
‫ قَا َل « تَدَا َو ْوا ِعبَا َد هَّللا ِ فَِإنَّ هَّللا َ َع َّز‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫يك َأنَّ َر‬ َ ‫عَنْ ُأ‬
َ ‫سا َمةَ ْب ِن‬
ٍ ‫ش ِر‬
‫شفَا ًء ِإالَّ ا ْل َم ْوتَ َوا ْل َه َر َم » مسند أحمد‬ ِ ُ‫ل دَا ًء ِإالَّ َأ ْن َز َل َم َعه‬sْ ‫َو َج َّل لَ ْم يُنَ ِّز‬
Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu
penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obat penyembuhannya, selain penyakit mati dan tua
(Musnad Ahmad)
Hadits ini menunjukkan bahwa umat islam wajib berobat jika menderita sakit, apapun macam
penyakitnya, sebab setiap penyakit berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat penyembuhnya,
kecuali penyakit mati dan tua.
5)      Kaidah hukum islam:
‫ض َر ُر يُ َزا ُل‬
َّ ‫ال‬
Bahaya itu dihilangkan.
Seorang yang menderita sakit ginjal yang sudah mencapai stadium yang gawat, maka ia
menghadapi bahaya maut sewaktu-waktu. Maka menurut kaidah hukum diatas, bahaya maut
tersebut harus ditanggulangi dengan usaha pengobatan. Dan jika pengobatan secara medis biasa
tidak bisa menolong, maka demi menyelamatkan jiwanya, pencangkokan ginjal diperbolehkan
karena dalam keadaan darurat.dan ini berarti kalau penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan
tanpa pencangkokan, maka pencangkokan tubuh tidak perlu dilakukan.
Menurut hukum wasiat, keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang yang
meninggal mengenai hartanya dan apa yang bisa bermanfaat, baik untuk kepentingan si mayit itu
sendiri, kepentingan ahli waris, non ahli waris, maupun kepentingan agama dan umum.
Berhubung si donor telah membuat wasiat untuk menyumbangkan organ tubuhnya untuk
kepentingan kemanusiaan, maka keluarga/ahli waris wajib membantu pelaksanaan wasiat si
mayit itu.
Sebaliknya, apabila seseorang pada waktu hidupnya tidak mendaftarkan dirinya sebagai donor
organ tubuh dan ia tidak pula memberi wasiat kepada ahliwaris/keluarganya untuk
menyumbangkan organ tubuhnya; apabila ia meninggal, maka keluarga/ahliwarisnya tidak
berhak mengizinkan pengambilan organ tubuh si mayit untuk pencangkokan atau untuk
penelitian ilmiah dan sebagainya.
Bagaimana menurut islam, apakah donor tubuh itu bisa mendapat pahala jika resipien orang yang
saleh, dan apakah si donor menanggung dosa, jika resipiennya orang yang suka berbuat
maksiat ? pertanyaan ini dapat dijawab dengan tegas “Tidak” berdasarkan dalil sebagai berikut:
1)      Surat An-Najm ayat 39-40:
‫س ْوف يُ َرى‬ َ َّ‫س َعى َوَأن‬
َ ‫س ْعيه‬ َ ‫سا ِن إاَّل َما‬ َ ‫َوَأنْ لَ ْي‬
َ ‫س لِِإْل ْن‬
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan.
Dalam tafsir jalalain disebutkan:
"‫" َوَأ َّن َسعْيه َسوْ ف يُ َرى‬ ‫ْس لَهُ ِم ْن َسعْي َغيْره ْالخَ يْر َش ْيء‬ َ ‫" َوَأ ْن" َأيْ َأنَّهُ "لَي‬
َ ‫ْس لِِإْل ْن َسا ِن إاَّل َما َس َعى" ِم ْن َخيْر فَلَي‬
‫صر فِي اآْل ِخ َرة‬ َ ‫يُ ْب‬
bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah (seorang manusia tiada )Dan bahwasanya(
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya) yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya
yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh
.orang lain. (Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan) kepadanya di akhirat

Karena itu, menurut Prof.Drs.H.Masjfuk Zuhdi, donor organ tubuh tidak bertanggung jawab atas
perbuatan resipien, sebagaimana ia (donor) tidak berhak atas pahala dari amalan-amalan yang
.baik dari resipien

Selanjutnya bertalian dengan transplantasi, bagaimana dengan transplantasi dengan organ tubuh
hewan yang diharamkan, yang dicangkok kepada manusia, seperti katub jantung babi, atau
ginjalnya ? menurut Dr.H.Abdul Wahab Abd.Muhaimin,Lc,MA. Hal tersebut diperbolehkan,
karena darurat dan tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh kecuali dengan transplantasi organ
tubuh hewan yang diharamkan tersebut. Dalam keadaan darurat, maka dibolehkan melakukan hal
.yang terlarang

operasi plastik 2.3


2.3.1 Pengertian
Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah
operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk
memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak.
Bedah plastik merupakan suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi
atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Bedah plastik, berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “plastikos” yang berarti “membentuk” atau “memberi bentuk”. Ilmu ini
sendiri merupakan cabang dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan
fungsi yang normal dan “menyempurnakan” bentuk dengan proporsi yang “lebih baik”. Jenis
bedah plastik secara umum dibagi dua jenis: pembedahan untuk rekonstruksi dan pembedahan
untuk kosmetik ( Estetik ). Yang membedakan operasi Rekonstruksi dan Estetik adalah dari
tujuan prosedur pembedahan itu sendiri. Pada operasi rekonstruksi diusahakan mengembalikan
bentuk/penampilan serta fungsi menjadi lebih baik atau lebih manusiawi setidaknya mendekati
kondisi normal. Pada operasi estetik, pembedahan dilakukan pada pasien-pasien normal (sehat),
namun menurut norma bentuk tubuh kurang harmonik (misalnya, hidung pesek), maka
diharapkan melalui operasi bedah plastik estetik didapatkan
bentuk.tubuh,yang,mendekati.sempurna.
Yang perlu dipahami, bedah plastik bukanlah permainan sulap. Tindakan pembedahan sendiri
didasarkan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya mengenai luka dan proses penyembuhan
yang berjalan alami. Penyembuhan luka dapat berlangsung sampai 12 bulan, dengan akan
meninggalkan bekas luka, disinilah peran bedah plastik, dalam upaya menyembunyikan bekas
luka sayatan atau meninggalkan bekas luka dengan samar.
Bedah plastik biasanya memang bertujuan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian
didalam anggota badan, baik yang nampak atau tidak, dengan cara ditambah, dikurangi atau
dibuang, sehingga anggota tubuh tampak lebih indah, dan ini disebut "operasi yang disengaja".
Namun, selain untuk kecantikan, bedah plastik juga dilakukan untuk tujuan kesehatan. Misalnya
pada kasus tertentu, ada orang yang mengalami luka bakar atau kena air keras, sehingga ada
bagian tubuhnya yang rusak. Maka untuk memperbaiki kerusakan ini, dianjurkan melakukan
bedah plastik, yang dikenal dengan "operasi tanpa ada unsur kesengajaan".
Bedah Plastik di Indonesia dirintis oleh Prof. Moenadjat Wiratmadja. Setelah lulus sebagai
spesialis bedah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1958, beliau
melanjutkan pendidikan bedah plastik di Washington University/Barnes Hospital di Amerika
Serikat hingga tahun 1959. Sepulang dari luar negeri, beliau mulai mengkhususkan diri dalam
memberikan pelayanan pada umum dan pendidikan bedah plastik pada mahasiswa dan asisten
bedah di FKUI/RSCM. Pada tahun 1979 beliau dikukuhkan sebagai profesor dalam ilmu
kedokteran di FKUI. Profesor Moenadjat Wiratmadja wafat pada tahun 1980.
2.3.2 Tujuan Bedah Plastik
Apakah yang mendasari seseorang melakukan operasi plastik? Pada mulanya operasi plastik
hanya dilakukan jika ada kepentingan medis, namun seiring dengan perkembangan zaman,
sekarang ini tindakan operasi plastik juga dilakukan untuk kepentingan kosmetik. Secara umum
terdapat 5 alasan utama mengapa seseorang melakukan operasi plastic. (1) Alasan kesehatan;
misalnya pada orang yang mengalami obesitas dan dia harus menurunkan berat badannya agar
dia bisa hidup lebih sehat atau untuk memperbaiki saluran hidung karena ada penyumbatan. (2)
Kecelakaan; tindakan operasi yang dilakukan untuk memperbaiki struktur wajah atau tubuh yang
cacat atau rusak karena kecelakaan. (3) Self-esteem pada orang yang merasa rendah diri akan
penampilannya maka ia merasa membutuhkan perbaikan fisik untuk menambah rasa percaya
dirinya. (4) Rekonstruksi; dilakukan terutama pada orang yang memiliki cacat tubuh yang
bersifat bawaan, misalnya bibir sumbing, jari yang berlebih, benjolan di wajah dan lain-lain.
(5)Vanity; secara sederhana dapat diartikan sebagai kebanggaan atau pemujaan terhadap
penampilan fisik.
Namun secara garis besar ada yang berpendapat bahwa tujuan operasi plastik itu hanya ada
dua:
1.      Untuk mengobati aib yang ada di badan, atau dikarenakan kejadian yang menimpanya seperti
kecelakaan, kebakaran atau yang lainya. Maka operasi ini dimaksudkan untuk pengobatan.
2.      Atau untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan yang dianggap mengganggu atau
tidak nyaman untuk dilihat orang, istilah yang kedua ini adalah untuk kecantikan dan keindahan.

2.3.3 Macam-Macam Bedah Plastik


1.      Cosmetic.Surgery./.Bedah.Kosmetik.
Bedah kosmetik adalah bagian dari bedah plastik yang lebih ditujukan untuk nilai estetika dari
pada fungsinya. Bedah kosmetik biasanya dilakukan untuk menunjang penampilan para wanita
agar terlihat semakin menarik.
2.      Facelift
Dilihat dari namanya saja, anda mungkin sudah tahu kalau facelift adalah operasi untuk
mengencangkan kulit. Tidak hanya itu, facelift juga dapat meghilangkan kerutan pada wajah.
Tapi perlu Anda ketahui, tidak semua facelift akan berhasil dengan baik pada setiap wanita yang
sudah berumur. Facelift akan berhasil dengan baik untuk wanita dengan struktur tulang wajah
sempurna dan mempunyai kulit yang tipis.
3.      Rhinoplasty
Rhinoplasty adalah operasi untuk memperbaiki hidung sesuai dengan keinginan Anda. Selain
bertujuan untuk memperbaiki penampilan, rhinoplasty bisa membantu jalan pernafasan yang
terhambat. Hidung akan terlihat indah dan sempurna.
4.    Eyelid Surgery
Eyelid surgery dibuat untuk mengangkat lemak serta mengencangkan kulit dan otot di sekitar
mata. Prosedur ini akan membuat Anda terlihat lebih fresh. Perubahan kecil pada mata juga
membuat penampilan Anda terlihat lebih muda dan vibrant.
Kandidat ideal untuk eyelid surgery adalah Anda yang mempunyai kelopak mata kecil dan turun
atau mempunyai kantung mata.
5.    Cheeek Implant
Operasi ini berguna untuk menambah tinggi tulang pipi. Untuk sebagian orang, tulang pipi tinggi
seperti supermodel akan menambah nilai kecantikan pada dirinya. Operasi ini dilakukan dengan
memasukkan silikon lewat rongga mulut. Pipi tembem atau chubby juga bisa dihilangkan dengan
menyedot lemak di bagian pipi dan mengencangkan.ototnya.
6.     Liposuction (sedot lemak)
Suatu cara menghilangkan lemak tubuh dengan cara membuat lubang kecil pada kulit dan
mengeluarkan lemak tersebut dengan tenaga vakum. Hasil yang ditimbulkan memang sepadan,
perut akan terlihat lebih ramping dan langsing. Namun jangan anggap prosesnya sesederhana itu.
Sakit yang tersisa pasca operasi bukan main rasanya. Setelah operasi ini Anda juga pada
akhirnya harus tetap mengontrol makan serta.olahraga,sounds.familiar?
7.     Breast Augmentation
Breast Augmentation adalah operasi untuk merubah ukuran payudara dengan menggunakan
silikon. Hal ini bisa mengembalikan kembali bentuk payudara setelah melahirkan, atau merubah
ukuran payudara sesuai keinginan Anda
8.    Lip Augmentation
Bibir digunakan untuk berbicara, tersenyum hingga mencium seseorang yang Anda sayangi.
Beberapa orang mungkin sudah puas dengan bibir yang mereka punya, tapi ada juga yang
menginginkan bibir lebih penuh dan sexy. Karena faktor umur, banyak wanita yang sudah
kehilangan volume di bibirnya dan mulai mendapat kerutan di bibir. Lip augmentation bisa
membantu mengembalikan bentuk bibir serta membuatnya penuh, seksi and more luscious.
9.     Botox
Botulinum Toxin atau biasanya disebut Botox adalah injeksi tanpa operasi yang bersifat
sementara untuk mengurangi kerutan pada dahi, seputar mata dan kerutan pada bagian leher.
Botox mempunyai beberapa efek samping seperti garis kecil atau kulit menjadi kemerahan
setelah melakukan injeksi, tapi biasanya hal ini akan hilang dalam beberapa hari. Sakit kepala
ringan juga akan dialami pasien yang melakukan injeksi di bagian dahi. Beberapa injeksi bahkan
bisa menyebabkan sakit otot ringan atau pegal-pegal, namun hal ini juga bersifat sementara (satu
sampai tiga minggu).
2.3.4 Dampak Negatif  Bedah Plastik
1 Semua operasi plastik selalu meninggalkan bekas jahitan.
Ingatlah bahwa semua operasi, termasuk operasi plastik, selalu menggunakan metode
pembedahan yang kemudian harus dijahit kembali. Ini pasti akan meninggalkan bekas. Meskipun
kini sudah ada teknik yang lebih cangih dalam penjahitan missal dengan jahitan samar, tetap saja
yang namanya luka di jahit pasti menimbulkan bekas.
2.Liposuction (sedot lemak) tidak akan menghilangkan selulit.
Operasi sedot lemak memang membuat tubuh kita semakin ramping, terutama bagian tubuh yang
membandel terhadap diet dan olahraga. Namun bila kita melakukan sedot lemak itu berarti kita
mengurangi cairan dalam tubuh kita, itu berarti bukan membuat selulit dalam tubuh kita hilang
akan tetapi kulit tubuh kita semakin berkerut.
3.Liposuction dapat menyebabkan kematian jika cairan yang disedot terlalu banyak.
Menurut dokter ahli bedah plastic di Amerika mengemukakan bahwa jumlah lemak yang boleh
disedot setiap oprasi sebanyak 6 pon, bila lebih dari itu bisa menyebabkan fatal pada pasien.
4. Semua operasi plastik akan menimbulkan rasa sakit.
Tentunya setiap tindakan bedah plastic akan menimbulkan rasa sakit karena pembedahan
ataupun menggunakan sinar laser.
5.Kegagalan operasi dapat mengancam nyawa.
Metode dan jenis pembedahan yang dilakukan dokter sangat menentukan keberhasilan saat
pembedahan juga kesesuaian prosedur operasi, jenis operasi ataupun sterilisasi alat yang
digunakan.
6. Kerusakan dalam organ tubuh.
Tidak semua organ tubuh kita bisa dibedah untuk direkonstruksi, karena ada beberapa tempat
organ tubuh kita yang sangat rawan bila kita tetap melakukan pembedahan. Misalnya operasi
pembedahan bokong yang akan di beri silicon untuk memperbesar bokong sangat tinggi
resikonya. Bokong sangat rawan karena bokong sering kita gunakan untuk duduk dan
kemungkinan silicon yang berupa cairan dalam bokong itu akan pecah bila kita gunakan duduk
secara terus menerus. Juga akan mengakibatkan silicon bergeser ketempat yang sering kita tidak
untuk duduk.

2.3.5 Hukum Opreasi Plastik


Hukum operasi plastik ada yang mubah dan ada yang haram. Operasi plastik yang mubah
adalah yang bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir
sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-’uyub al-thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran,
atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan.
Operasi plastik untuk memperbaiki cacat yang demikian ini hukumnya adalah mubah,
berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan untuk berobat (al-tadawiy). Nabi SAW
bersabda,“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan pula obatnya.”
(HR Bukhari, no.5246). Nabi SAW bersabda pula,”Wahai hamba-hamba Allah berobatlah
kalian, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula
obatnya.” (HR Tirmidzi, no.1961).
Adapun operasi plastik yang diharamkan, adalah yang bertujuan semata untuk mempercantik
atau memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat untuk pengobatan atau memperbaiki suatu
cacat. Contohnya, operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi
untuk menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya.
Dalil keharamannya firman Allah SWT (artinya) : “dan akan aku (syaithan) suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. (QS An-Nisaa` : 119). Ayat
ini datang sebagai kecaman (dzamm) atas perbuatan syaitan yang selalu mengajak manusia untuk
melakukan berbagai perbuatan maksiat, di antaranya adalah mengubah ciptaan Allah (taghyir
khalqillah). Operasi plastik untuk mempercantik diri termasuk dalam pengertian mengubah
ciptaan Allah, maka hukumnya haram.
Operasi plastik ada dua :
1.      Operasi untuk pengobatan.
Maksudnya adalah operasi yang dilakukan hanya untuk pengobatan dari aib (cacat) yang
ada dibadan, baik karena cacat dari lahir (bawaan) seperti bibir sumbing, jari tangan atau kaki
yang berlebih, dan yang kedua bisa disebabkan oleh penyakit yang akhirnya merubah sebagian
anggota badan, seperti akibat dari penyakit lepra/kusta, TBC, atau karena luka bakar pada wajah
akibat siraman air panas.
Semua unsur ini adalah operasi yang bukan karena keinginannya, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah untuk pengobatan saja, walaupun hasilnya nanti menjadi lebih indah dari
sebelumnya, dalam hukum fiqih disebutkan bahwa operasi semacam ini dibolehkan saja, adapun
dalil diantaranya sebagai berikut:
1)      Dalil Sunnah
a. Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, dari Nabi Saw. berliau pernah bersabda, “Tidak lah
Allah Swt. menurunkan wabah/penyakit kecuali Allah Swt. juga menurunkan obat
penawarnya”(H.R. Bukhari)
b. Riwayat dari Usamah ibn Syuraik R.a, berkata, “Ada beberapa orang Arab bertanya
kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus mengobati (penyakit kami),
Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai hamba-hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena
sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, diriwayat lain disebutkan, beberapa
penyakit. Kecuali diturunkan pula obat penawarnya Kecuali satu yang tidak bisa diobati lagi”,
mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”, Rasulullah pun menjawab, “Penyakit
Tua”(H.R At-Turmudzi).
Maksud dari hadits diatas adalah, bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya, maka
dianjurkan kepada orang yang sakit agar mengobati sakitnya, jangan hanya dibiarkan saja,
bahkan hadits itu menekankan agar berobat kepada seorang dokter yang profesional dibidangnya.
Operasi semacam ini terkadang bisa menjadi wajib hukumnya, jika menyebabkan
kematian, maka wajib baginya untuk berobat. Allah Swt berfirman yang artinya “dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.
2)      Operasi ini tidak bisa dikatakan mengubah ciptaan Allah dengan sengaja, karena operasi ini
untuk pengobatan, walaupun pada akhirnya bertambah cantik atau indah pada dirinya.
3)      Pendapat yang mengatakan, “Kalau ternyata orang tersebut mempunyai cacat yang mungkin
menjijikkan pandangan, misalnya karena ada daging tambah yang boleh menimbulkan sakit jiwa
dan perasaan, maka tidak berdosa bagi orang itu untuk berobat selagi dengan tujuan
menghilangkan kecacatan atau kesakitan yang boleh mengancam hidupnya. Karena Allah tidak
menjadikan agama buat kita ini dengan penuh kesukaran.”
2.      Operasi untuk mempercantik atau memperindah tubuh
Maksudnya adalah operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan (turunan) atau
karena kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk menambah keindahan dan
mempercantik diri. Operasi ini ada bermacam-macam, akan tetapi garis besarnya saja yaitu
terbagi dua, dan setiap bagian mempunyai hukum masing-masing:
a)      Operasi anggota badan
Diantaranya adalah operasi telinga, dagu, hidung, perut, payudara, pantat (maaf) dengan
ditambah, dikurang atau dibuang, dengan keinginan agar terlihat cantik.
b)      Operasi mempermuda
Adapun operasi bagian kedua ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah berumur tua,
dengan menarik kerutan diwajah, lengan, pantat, tangan, atau alis. Bagian-bagian yang sering
kita temui dan yang paling umum. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak boleh
melakukan operasi ini dengan dalil diantaranya sebagai berikut:
1)      Allah berfirman yang mana Allah telah melaknatnya (setan). Setan berkata, “sungguh akan
kutarik bagian yang ditentukan dari hamba-hamabaMu. dan sungguh akan kusesatkan mereka,
dan akan kubangkitlan angan-angan kosong mereka, dan aku suruh mereka memotong telinga
binatang ternak lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku akan suruh mereka (merubah
ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya. Dan barangsiapa yang menjadikan setan
sebagai pelindung maka sungguh dia telah merugi dengan kerugian yang nyata”.
Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan dan haramnya melakukan
pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik penciptaan, karena
mengikuti akan hawa nafsu dan keinginan syaitan yang dilaknat Allah.
2)      Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim Ra. dari Abdullah Ibn Mas’ud Ra.beliau pernah
berkata “Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang
mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan
cantik dan merubah ciptaan Allah.” (H.R Bukhari). Dari  hadits ini, dapat diambil sebuah dalil
bahwa Allah Swt. melaknat mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah ciptaan-Nya
3)      Qias
Operasi plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-qias larangan Nabi Saw.
terhadap orang yang menyambung rambutnya, tato, mengikir (menjarangkan) gigi atau apa saja
yang berhubungan dengan perubahan terhadap apa yang telah diciptakan Allah Swt.
Setelah kita perhatikan dalil-dalil diatas dengan seksama, maka jelaslah bahwa operasi
plastik itu diharamkan menurut syara’ dengan keinginan untuk mempercantik dan memperindah
diri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Penggantian alat kelamin
1. Mengubah alat kelamin dari lelaki menjadi perempuan atau sebaliknya uang dilakukan dengan sengaja,
misalnya dengan operasi ganti kelamin, hukumnya haram.
2. Membantu melakukan ganti kelamin hukumnya haram.
3. Penetapan Keabsahan status jenis kelamin akibat operasi penggantian alat kelamin tidak memiliki
implikasi hukum syar’i terkait penggantian tersebut.
4. kedudukan hukum jenis kelamin orang yang telah melakukan operasi ganti kelamin adalah sama
dengan jenis kelamin semula, seperti sebelum dilakukan operasi ganti kelamin, meski telah memperoleh
penetapan pengadilan.
B. Penyempurnaan Alat Kelamin
1. Menyempurnakan alat kelamin bagi seorang Khunsta yang fungsi alat kelamin lelakinya lebih dominan
atau sebaliknya melalui operasi penyempurnaan alat kelamin hukumnya boleh.
2. Membantu melakukan penyempurnaan alat kelamin hukumnya boleh
3. Pelaksanaan operasi penyempurnaan alat kelamin harus didasarkan atas pertimbangan medis, bukan
hanya pertimbangan psikis semata.
4. Penetapan keabsahan status jenis kelamin akibat operasi penyempurnaan alat kelamin dibolehkan,
sehingga memiliki implikasi hukum syar’i terkait penyempurnaan tersebut.
5. Kedudukan hukum jenis kelamin akibat operasi penyempurnaan alat kelamin adalah sesuai dengan
jenis kelamin setelah penyempurnaan sekalipun belum memperoleh penetapan pengadilan terkait
perubahan status tersebut.

pencangkokan organ tubuh melalui hibah, wasiat dengan meminta atau tanpa imbalan atau melalui bank
organ tubuh. Pencangkokan atau transplantasi juga mungkin dilakukan antara muslim dengan nonmuslim
dan sebaliknya. 
Meski telah dibolehkan, namun pencangkokan atau transplantasi tetap dikenakan persyaratan.
Diantaranya, lain sukarela dan tak komersil, pengambilan organnya disaksikan dua orang muslim, dan
penerima dalam keadaan darurat. Menerima cangkok organ tubuh binatang pun hukumnya boleh,
meskipun binatang najis, asal dalam keadaan darurat.
pencangkokan menjadi haram jika terjadi jual beli organ tubuh. Karena organ tubuh bukan milik individu,
tapi milik Allah yang harus dijaga sebagai amanat.Selain itu, donor organ dibolehkan setelah pendonor
meninggal. Artinya,Haram hukumnya bagi orang yang hidup mendonorkan organ tubuhnya pada orang
lain.
Seseorang yang semasa hidupnya berwasiat akan menghidupkan organ tubuhnya sesudah wafatnya
dengan diketahui dan disetujui dan disaksikan oleh ahli warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan, dan
harus dilakukan oleh ahli bedah.
Hukum operasi plastik ada yang mubah dan ada yang haram. Operasi plastik yang mubah adalah yang
bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing, atau cacat
yang datang kemudian (al-’uyub al-thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya, seperti
wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan.
Operasi plastik untuk memperbaiki cacat yang demikian ini hukumnya adalah mubah, berdasarkan
keumuman dalil yang menganjurkan untuk berobat (al-tadawiy). Nabi SAW bersabda,“Tidaklah Allah
menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan pula obatnya.” (HR Bukhari, no.5246). Nabi
SAW bersabda pula,”Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak
menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR Tirmidzi, no.1961).
Adapun operasi plastik yang diharamkan, adalah yang bertujuan semata untuk mempercantik atau
memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat untuk pengobatan atau memperbaiki suatu cacat.
Contohnya, operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk
menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya.
Dalil keharamannya firman Allah SWT (artinya) : “dan akan aku (syaithan) suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. (QS An-Nisaa` : 119). Ayat ini datang sebagai
kecaman (dzamm) atas perbuatan syaitan yang selalu mengajak manusia untuk melakukan berbagai
perbuatan maksiat, di antaranya adalah mengubah ciptaan Allah (taghyir khalqillah). Operasi plastik
untuk mempercantik diri termasuk dalam pengertian mengubah ciptaan Allah, maka hukumnya haram.

3.2 Saran
Ulama dan psikiater untuk aktif melakukan pendampingan terhadap seseorang yang memiliki kelainan
psikis yang mempengaruhi perilaku seksual agar kembali normal
Mahkamah Agung untuk membuat Surat Edaran kepada hakim untuk tidak menetapkan permohonan
penggantian jenis kelamin dari hasil operasi ganti alat kelamin yang diharamkan
Organisasi profesi kedokteran untuk membuat kode etik kedokteran terkait larangan praktek operasi ganti
alat kelamin dan pengaturan bagi praktek operasi penyempurnaan alat kelamin
Kementrian Kesehatan RI untuk membuat regulasi pelarangan terhadap operasi penggantian alat kelamin
dan pengaturan pelaksaan operasi penyempurnaan alat kelamin
Daftar Pustaka

1.      http://www.tempo.co/
2.      http://id.wikipedia.org/
3.      http://khilafah1924.org
4.      Abdul haq, Formulasi Nalar Fiqh: telaah kaidah fiqh konseptual.Surabaya: Khalista.Cet.V 2009
5.      Dr.H.Abdul Wahab Abd Muhaimin,Lc,MA, Kajian Islam Aktual. Jakarta: Gaung Persada.2011
6.      Dr.Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. Jakarta: Gema
Insani Press.2003
7.      Prof.Drs.H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah: PT Toko Gunung Agung. Cet.X.1997
8.      Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wasiat Menghibahkan Kornea Mata, 1997
9.    Fatwa Majelis Ulama Indonesia No:03/Munas-VIII/MUI/2010 tentang Penyempurnaan Alat
kelamin.

Anda mungkin juga menyukai