Anda di halaman 1dari 10

Penyimpangan Seksual ( LGBT )

Rizal Fahri 11200340000149


Rizal.dolikecore20@mhs.uinjkt.ac.id
A. Pendahuluan
LGBT atau orientasi menyimpang seksual yang diperpanjang menjadi Lesbian, Gay,
Biseksual, dan Transgender menunjukkan kesamaan yang kian semakin tinggi jumlahnya di
Indonesia berdasarkan beberapa sumber.1 LGBT pertama kali digunakan di tahun 1990-an yang
digunakan buat mengubah frasa “komunitas gay”. kenyataan mengenai komunitas LGBT ini
adalah fenomena yang masih menjadi perdebatan baik di kalangan warga internasional maupun
warga nasional. Bila diartikan secara garis besar, pengertian dari LGBT ini artinya bentuk
orientasi seksual pada mana mereka menyukai pasangan sesama jenis. 2
di saat ini, fenomena LGBT sebagai informasi yang sering diperbincangkan di tengah warga
Indonesia dengan beredarnya promosi, iklan, atau hanya sekadar sudut pandang perorangan
tentang LGBT di media sosial. Penyebaran atau maraknya fenomena LGBT di Indonesia ini
terjadi karena tren dari negara-negara liberal yg memberikan pengakuan dan tempat bagi
komunitas LGBT di lingkungan warga . banyak orang menduga LGBT ialah keliru satu bagian
dari gaya hidup atau life style masyarakat modern yang menduga pandangan penyuka lawan
jenis atau disebut heteroseksual menjadi konservatif dan tidak lagi berlaku bagi semua orang di
dunia.
B. Pembahasan
Penyimpangan Seksual & LGBT
Penyimpangan seks merupakan hubungan seks yang tidak semestinya, melanggar larangan
Allah Swt., serta dilakukan karena hanya memperturutkan nafsu syahwat tanpa mengenal etika
kehidupan sosial serta bertentangan menggunakan nilai-nilai ajaran Islam. penyimpangan seks
bisa dilakukan dengan orang lain ataupun sendirian. penyimpangan perilaku reproduksi yang
dilakukan sendirian merupakan masturbasi serta onani atau rancap, baik dengan indera maupun
tanpa alat. defleksi seks yang dilakukan dengan melibatkan orang lain merupakan homoseksual,
lesbian, zina, menggauli istri saat haid, menggauli istri melalui anusnya, dan lain sebagainya.
Berikut ini beberapa penyimpangan perilaku reproduksi yang umum dilakukan oleh orang.
Dalam penelitian ini dijelaskan istilah LGBT menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
a. Lesbian, yaitu pasangan perempuan dengan perempuan. mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya, atau disebut sebagai wanita homoseks.

1
Yudiyanto, “Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT) Di Indonesia Serta Upaya
Pencegahannya,” Nizham Journal of Islamic Studies 5, no. 1 (2016): 63–74.
2
E R Onainor, “済無 No Title No Title No Title” 1 (2019): 105–12.
b. Gay, yaitu pasangan laki-laki dengan laki-laki. Laki-laki yang mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya.
c. Biseksual, yaitu orang yang mempunyai sifat kedua jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan); tertarik kepada kedua jenis kelamin baik kepada laki-laki maupun kepada
perempuan.
d. Transgender merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka
lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya.
Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual,
homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja,
yaitu laki-laki dan perempuan Allah Swt berfirman:
ُ ٰ ْ َ ّٰ ْ ُ ْ َ ُ َ ۤ َ ُ ُْٰ ٰ ُْ َ َ ُ ٰ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫اس ِانا خلقنك ْم ِّم ْن ذك ٍر َّوانثى َو َج َعلنك ْم ش ُع ْو ًبا َّوق َبا ِٕى َل ِلت َع َارف ْوا ۚ ِا َّن اك َر َمك ْم ِعن َد الل ِه اتقىك ْم‬ ‫يايها الن‬
َ ّٰ
‫ِۗا َّن الل َه َع ِل ْي ٌم خ ِب ْي ٌر‬

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
(QS. Surah Hujurat : 13)
ٰ ْ ُ ‫َّ َ اْل‬ َّ ‫َو َا َّن ٗه َخ َل َق‬
‫الز ْو َج ْي ِن الذك َر َوا نثى‬

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.” (QS. an –
Najm : 45).
Kedua ayat di atas telah menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri dari dua jenis
saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam kenyataannya, kita
dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan perempuan.
Istilah LGBT tidak terlepas dari istilah lainnya yaitu waria.
Waria atau dalam bahasa Arabnya disebut al – Mukhannats adalah laki-laki yang menyerupai
perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan gerakannya. Al – Khuntsa,dari kata
khanitsa yang secara bahasa berarti lemah lembut. Al-Khuntsa secara istilah bermakna seseorang
yang mempunyai dua kelamin, yaitu kelamin laki-laki dan kelamin perempuan, atau orang yang
tidak mempunyai salah satu dari dua alat vital tersebut, tetapi ada lubang untuk keluar air
kencing. (Fatimah Halim, 2011: 300).
Transgender tidak lepas dari upaya operasi ganti kelamin, karena mereka yang transgender
ada orientasi untuk merubah atau mengganti jenis organ kelamin. Oleh karena itu, harus
dipahami tentang proses operasi ganti kelamin yang sering dilakukan oleh dunia kedokteran.
Pertama, masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya
yaitu penis (dzakar) bagi lakilaki dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan
rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi
kelamin. Kedua, operasi kelamin yang bersifat tashhîh atau takmîl (perbaikan atau
penyempurnaan) dan bukan penggantian jenis kelamin menurut para ulama diperbolehkan secara
hukum syariat. Ketiga, apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, yaitu mempunyai
penis dan juga vagina, maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif
salah satu alat kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk „mematikan‟ dan menghilangkan
salah satu alat kelaminnya. (Fatimah Halim, 2011: 304-305)
Sebab munculnya faktor LGBT
a. Faktor keluarga
Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya memiliki peranan yang
penting bagi para anak untuk lebih cenderung menjadi seorang anggota LGBT daripada
hidup normal layaknya orang yang lainnya. Ketika seorang anak mendapatkan perlakuan
yang kasar atau perlakuan yang tidak baik lainnya, pada akhirnya kondisi itu bisa
menimbulkan anak menjadi cenderung memilih LGBT sebagai pilihan hidup. Ketika
seorang anak perempuan mendapatkan perlakuan yang kasar atau tindak kekerasan
lainnya dari ayah atau saudara laki-lakinya yang lain, maka akibat dari trauma tersebut
nantinya anak perempuan tersebut bisa saja memiliki sifat atau sikap benci terhadap
semua laki-laki.
b. Faktor lingkungan dan pergaulan
Lingkungan serta kebiasaan seseorang dalam bergaul disinyalir telah menjadi faktor
penyebab yang paling dominan terhadap keputusan seseorang untuk menjadi bagian dari
komunitas LGBT. Masuknya budaya-budaya yang berasal dari luar negeri juga dianggap
menjadi penyebab seseorang untuk ikut menjadi bagian LGBT. Budaya ini yang
mengenalkan mereka apa itu LGBT.
c. Faktor Genetik
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa salah satu faktor pendorong
terjadinya homoseksual, lesbian, atau perilaku seks yang dianggap menyimpang lainnya
bisa berasal dari dalam tubuh seseorang LGBT yang sifatnya bisa menurun dari anggota
keluarga sebelumnya. Dalam dunia kesehatan, pada umumnya seorang laki-laki normal
memiliki kromosom XY dalam tubuhnya, sedangkan wanita yang normal kromosomnya
adalah XX. Akan tetapi dalam beberapa kasus ditemukan bahwa seorang pria bisa saja
memiliki jenis kromosom XXY, ini artinya bahwa laki-laki tersebut memiliki kelebihan
satu kromosom. Akibatnya, lelaki tersebut bisa memiliki berperilaku yang agak mirip
dengan perilaku perempuan. Keberadaan hormon testosteron dalam tubuh manusia
memiliki andil yang besar terhadap perilaku LGBT. Kadar hormon testosteron yang
rendah dalam tubuhnya, bisa mengakibatkan antara lain berpengaruh terhadap perubahan
perilakunya, seperti perilaku laki-laki menjadi mirip dengan perilaku perempuan.

Pendapat para Ulama mengenai penyimpangan seksual & LGBT


Mun’im Sirry
Mun’im Sirry.3 Di artikelnya memberikan penafsiran sangat liar mengenai Al-Qur’an
menarasikan kembali kisah tersebut dari Kitab Kejadian 19 dalam Al-Kitab Ibrani (dalam
Kristen disebut “Perjanjian Lama”). Nabi Lut disinggung dalam 14 surat al-Qur’an, yakni 6:85-
87, 7:78-82, 11:73; 79-84, 15:58-77, 21:70-71; 74-75, 22:43-44, 26:160-176, 27:55-59, 29:25;
27-34, 37:133-138, 38:11-14, 50:12-13, 54:33-40 dan 66:10. Ayat terakhir memang hanya
menyebut istri NabiLut,bukanLutsendiri,tapijugarelevan.

Kisah Nabi Lut dan kaumnya menggambarkan paradigma al-Qur’an tentang misi
kenabian. Disebut “paradigma” karena nabi-nabi dalam al-Qur’an digambarkan dengan pola
yang sama, yakni diutus kepada suatu kaum untuk memberi peringatan, ditolak oleh sebagian
kaum, dan Allah menurunkan azab. Lebih menarik lagi, dalam surat al-Syu‘ara’ (26), beberapa
kalimat yang sama diucapkan oleh nabi-nabi berbeda. Lho koq bisa? Saya menyebut paradigma
kenabian yang disuguhkan al-Qur’an ini sebagai “mono-prophetic” (kenabian tunggal). Dengan
kata lain, walaupun ada banyak nama nabi disebut dalam al-Qur’an, tapi sesungguhnya satu
sosok, yaitu ia yang diutus kepada suatu umat, ditolak oleh sebagian umat dan turunnya ancaman
azab Tuhan.

Kisah Nabi Lut dan kaumnya juga menggambarkan paradigma Qur’ani itu. Apakah kisah
Nabi Lut dan nabi-nabi lain adalah fakta sejarah atau bukan? Pertanyaan ini menjadi kurang
relevan, karena dengan paradigma “mono-prophetic” al-Qur’an lebih menekankan pesan
moralnya. Bahkan, apakah Nabi Lut dan yang lain benar-benar figur historis atau bukan, juga
tidak revelan karena “prophetology” al-Qur’an bersifat tunggal (mono-prophetic).

Dengan pengantar agak konseptual ini kita bisa mengalisis “moral story” Nabi Lut dan kaumnya.
Ketika Nabi Lut memberi peringatan: “Mengapa kamu mendatangi laki-laki di antara ciptaan dan
malah meninggalkan istri-istri yang Tuhanmu ciptakan untukmu?” (Q.26:165-166). Apa yang
dimaksud “mendatangi” laki-laki? Dijelaskan dalam Q. 27:55, untuk melampiaskan “nafsu.” Di
sini terlihat bahwa kaum Lut memiliki istri-istri yang sah, tapi mereka justru melakukan seks
tidak senonoh dengan para pengunjung laki-laki yang singgah ke kota mereka. Hal ini berarti
bahwa hubungan seks mereka terjadi di luar nikah. Penjelasan ini perlu digarisbawahi karena,
sebagaimana akan dijelaskan nanti, sebagian madzhab fikih menganalogikan sodomi dengan
3
)Dosen di Universitas of Notre Dame, AS, menulis artikel berjudul “Islam, LGBT, dan Perkawinan Sejenis”
(Koran Tempo, Rabu, 2 Maret 2016)
zina.

Lalu, apa yang terbayang di pikiran kita tentang perlakuan kaum Lut terhadap pelancong dari
luar kota? Apakah para pelancong itu akan menerima dengan suka-rela? Hanya mereka yang
tidak punya hati nurani yang akan meng-iya-kan pertanyaan itu. Jika demikian adanya, kebejatan
perbuatan kaum Lut itu terletak pada aspek pelampiasan nafsu yang bersifat semau-dewe, dan
dapatdikategorikan“pemerkosaan.”

Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan eksplisit kenapa kaum Lut melakukan itu, sebagaimana
tidak ada penjelasan rinci tentang banyak hal lain. Q.54:37 memberikan kesaksian menarik.
Malaikat yang menjelma sebagai laki-laki diincar untuk diperkosa, dan Tuhan membutakan mata
mereka. Lalu, dari mana Kementerian Pendidikan Arab Saudi sampai pada kesimpulan bahwa
kaum Lut diazab dengan hukuman yang tak terkira karena homoseks? Ulama Saudi biasanya
literlek dalam memahami al-Qur’an, tapi kenapa dalam hal ini tidak? Jika merujuk ke Q. 29:29,
pelanggaran kaum Lut itu bertumpuk-tumpuk, selain melampiaskan nafsu pada laki-laki (tentu
tanpa nikah!), juga merampok, berbuat munkar, dan menantang Tuhan.

Jika para penolak hak-hak LGBT konsisten dengan tafsir literleknya, semestinya mereka tidak
akan gegabah mengaitkan azab pedih Tuhan dengan perbuatan homoseksual. Lihatlah bagaimana
ulama literalis Ibn Hazm (w.1064) memahami azab yang menimpa kaum Lut. Dalam magnum
opus-nya, Kitab al-Muhalla, ulama asal Andalusia itu menolak pandangan yang mengaitkan azab
kaum Lut dengan perbuatan seks sesama laki-laki, tapi justeru karena penolakan mereka
terhadap ajakan Nabi Lut dan misi kenabiannya. Penjelasan Ibn Hazm mirip dengan gagasan
“mono-prophetic” yang saya kemukakan di atas (walaupun, tentu saja, saya tidak literalis!): Nabi
Lut diutus untuk menyampaikan pesan Ilahi, ditolak oleh sebagian kaumnya. Allah mengazab
mereka yang menolak dan memberkahi mereka yang menerima.

Singkatnya, ayat-ayat al-Qur’an terkait kisah Nabi Lut dan kaumnya tidak dapat
dijadikan landasan normatif untuk mendiskriminasi kaum LGBT, termasuk melarang mereka
menikah sejenis.
Dalam Quran juga ada janji bahwa kelak penghuni sorga akan didampingi anak-anak
muda cakep yang tak akan pernah berubah menjadi tua atau disebut dengan wildân
mukhalladûn (Lihat misalnya QS. Al-Waqi'ah 17, QS. Al-Insân 19, Ath-Thûr 24).
Jadi, janji Quran tentang kehidupan di sorga kepada masyarakat Arab masa nabi Muhammad,
tidak hanya bidadari atau hunian yang di bawahnya ada sungai yang mengalir, tapi disediakan
jugaanak-anakmudaberwajahtampan.

Janji Quran erat kaitannya dengan kondisi masyarakat yang diajak berbicara, artinya
disesuaikan dengan imajinasi masyarakat dimana Quran diturunkan. Dalam perkataan lain,
ketika Quran diwahyukan ada banyak lelaki yang memiliki hasrat seksual terhadap anak-anak
muda tampan.Karena itu Quran menjanjikan demikian.
Dalam QS. An-Nur 31 yang berbicara perintah menutup aurat disebutkan bahwa
perempuan beriman boleh membuka auratnya antara lain di hadapan "ghairi ulil irbah minar
rijal (lelaki yang tidak punya nafsu syahwati terhadap perempuan)."
Para mufassir berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud dalam penggalan ayat tersebut.
Sebagian mufassir memaknainya sebagai lelaki tua yang tidak punya gairah lagi terhadap
perempuan. Sedangkan menurut Mujahid, yang dimaksud dalam ayat itu adalah orang bodoh
atau pandir (al-ablah).
Sedangkan menurut ikrimah istilah bersebut bermakna lelaki yang memiliki
kecendurangan seksualnya terhadap sesama jenis atau waria ( al-mukhannats )
Buya Hamka
Buya Hamka dalam tafsir al-azhar menjelaskan bahwa penyimpangan kaum Nabi
Luth yang paling menonjol adalah penyimpangan seksual. Se-bagaimana telah disebutkan
dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 80:
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa
kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun
sebelum kamu (di dunia ini).”

Berdasarkan ayat tersebut, diketahui bahwa kaum Nabi Luth adalah kaum yang
melakukan penyimpangan seksual yang belum pernah dilakukan oleh kaum-kaum sebelumnya.
Pada zaman modern ini, orang-orang menyebutnya dengan penyakit homoseksual, yaitu
kaum laki-laki berhubungan seksual dengan sesama laki-laki. Sehingga mereka tidak
tertarik lagi dengan perempuan.4
Sebagaimana sebuah hadits yang dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
kitab Fathul Bari:
“Makna hadits, bahwa prinsip agama para Nabi itu sama, yaitu tauhid. Meskipun rincian
syariatnya berbeda-beda.”
Dalam merefleksikan ibadah tauhid, tentu ada syariat yang harus dilakukan, yaitu
seperti sholat, berqurban, bertaqwa, dsb.Di dalam tafsir al-Azhar tidak disebutkan secara
rinci macam-macam syariat Nabi Luth. Yang sangat jelas disebutkan bahwa itu
bagian dari syariat adalah tentang pernikahan. Sebagaimana Nabi Luth mengatakan kepada
kaumnya:
“Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu...” (QS.
Hud (11): 78).
Dalam tafsir Al-Azhar disebutkan bahwa Nabi Luth menawarkan anak-anak
perempuannya yang masih perawan, supaya mereka nikahi saja kedua anak perempuan
Nabi Luth itu secara suci, secara bersih, sehingga tidak terus menerus melakukan
perbuatan keji.Syariat Nabi Luth tentang pernikahan secara umum sama dengan syariat Nabi-
Nabi yang lain, yaitu menikahnya laki-laki dengan perempuan. Dan beliau juga tidak
menghalalkan pernikahan sejenis.
Salah satu perintah Allah dalam syariat Islam adalah diperintahkannya
menikah dan diharamkannya berzina. Islam menganjurkan untuk menikah, karena
menikah adalah cara yang paling tepat untuk menyalurkan gejolak seksual. Sebagaimana
4
Tafsir Al-Azhar jilid 4 halaman 2445
Islam telah menganjurkan bagaimana metode terbaik untuk menyalurkan dorongan seksual,
maka ia melarang menyalurkannya dengan cara-cara yang tidak dibenarkan syari’at. Allah
menentukan untuk hidup berpasang-pasangan, laki-laki dengan perempuan.Supaya dengan
bertemunya keduanya dapat menghasilkan keturunan. Oleh karena itu, Allah melarang
berzina, homoseks, lesbi, dan perbuatan buruk lainnya.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir Al-Azhar surat Al-Ankabut ayat 28
bahwa telah timbul suatu penyakit yang sangat keji di Negeri Sadum. Penyakit yang menurut
Al-Qur’an belum pernah terjadi pada kalangan manusia sebelumnya. Yaitu laki-laki
berhubungan seksual dengan laki-laki. Di waktu itulah Nabi Luth memberi peringatan
kepada kaum negeri Sadum bahwa penyakit keji ini harus dihentikan.
Dalam kitab Kisah Shahih Para Nabi karya Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan
bahwa Nabi Luth telah memerintahkan kepada kaumnya yang membangkang itu
untuk mencampuri istri-istri mereka, serta memperingatkan agar mereka tidak meneruskan
cara kebiasaan buruk itu.5
Tetapi mereka tidak mengindahkan seruan dan larangan Luth tersebut. Bahkan,
setiap kali dilarang, perbuatan keji mereka terhadap para tamu justru makin bertambah parah.
Mereka tidak mengetahui apa yang akan ditetapkan atas mereka. Dan setelah waktu subuh
tiba, mereka terbolak-balik.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap syari’at yang
dibawa oleh para Nabi mempunyai arti yang spesifik, yaitu syari’at Nabi Luth .Dalam
penafsiran Hamka atas kisah Nabi Luth, tidak disebutkan secara rinci macam-macam
syariat Nabi Luth. Yang sangat jelas disebutkan bahwa itu bagian dari syariat adalah
tentang pernikahan. Penyimpangan dalam asal hukum pernikahan adalah
merupakan salah satu penyimpangan terbesar dalam bab syariat

Wahbah Az-Zuhaili

Terdapat ayat-ayat al-Qurān yang mengisahkan perbuatan kaum Nabi Lūṭ , sebagaimana
yang disebutkan dalam Ensiklopedia al-Qurān, diantaranya adalah:
Artinya: Dan (kami juga telah mengutus) Lūṭ (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,38 yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"(al-A’raf :80)
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.(al-A’raf 81)

Nabi lūṭ menegaskan kepada kaumnya bahwa sesungguhnya mereka melakukan


homoseksual perbuatan ini bukan saja bertentangan dengan fitrah manusia malahan ia adalah
pemutusan pembiakan manusia, perbuatan homoseksual hanya bertujuan pelepasan nafsu birahi
semata karena pelakunya lebih rendah dari tingkatan hewan , hewan masih memerlukan jenis
kelamin lain untuk memuaskan nafsu birahinya dan keinginan mempunyai keturunan6.
Nabi Lūṭ menasehati kaumnya agar perbuatan tercela tersebut ditinggalkan. selain itu
mereka juga senang melakukan perampokan dan pembunuhan di jalan yang dilalui oleh kafilah
yang membaa barang dagangan mereka , barang-barang mereka dirampas, kemudian pemiliknya
5
-Hafidz Ibnu Katsir, 2002, Kisah Shahih Para Nabi...hlm. 376.

6
Tafsir Al-Munir, 2016, Gema Insani, Hlm 516
dibunuh perkataan dan perbuatan mereka di tempat-tempat perkumpulan sangat menjijikkan
merusak sendi-sendi akhlak dan moral yang mulia dan pikiran yang sehat.
Ketika Lūṭ mengancam mereka bahwa Allah akan menurunkan azab kalau mereka tidak juga
mau merubah kelakuanya yang keji itu malah mereka mengeluarkan tantangan, “kalau benar
Tuhan itu akan mendatangkan azab coba engkau wahai Lūṭ mintakan kepada Tuhanmu, supaya
diturunkan siksaan yang dijanjika itu sekarang juga.
Nabi Lūṭ sudah menasehati mereka, menakut-nakuti mereka tentang siksa Allah SWT, mereka
tidak memerhatikanya, tidak gentar ketika dia mulai berisyarat untuk memberi nasehat, mereka
mengancamnya kadang dengan lemparan kadang dengan ancaman pengusiran, sampai Malaikat
mendatangi Nabi Lūṭ , setelah mereka melewati Nabi Ibrahim dan mengabari bahwa mereka
sedang pergi untuk membalas kaum Lūṭ , mereka adalah penduduk Sodom dan Amurah, Nabi
Ibrahim khawatir Lūṭ terkena gangguan. Malaikat mengabari bahwa Nabi Lūṭ dan orang-orang
yang beriman bersamanya akan selamat. Mereka juga mengabari bahwa siksa kepada kaum itu
adalah hal yang pasti. Allah SWT berfirman. Artinya: Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini,
Sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan Sesungguhnya mereka itu akan didatangi
azab yang tidak dapat ditolak.(Hūd: 76)

Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum


Pengharaman liwath [homoseks) adalah karena sebab-sebab yang banyak sebagai berikut.
1. Bahaya bagi orang yang menjadi objek. Homoseks menyebabkan penyakit yang terbukti
sebagai penyakit mematikan, yang dinamakan AIDS, artinya hilangnya daya tahan tubuh.
Sebab Allah SWT menyediakan dalam rahim daya serap yang kuat untuk menyerap
sperma. Sementara pada anggota tubuh orang yang dijadikan objek (laki-laki) tidak ada
kekuatan penyerap sperma, darah menjadi teracuni dan menimbulkan risiko.
2. Merusak perilaku subjek homoseks dan berlebihan dalam syahwat. Ini karena dia tidak
bisa mengukur sendiri bahayabahaya yang disebabkan.
3. Adanya rasa malu dan aib bagi subjek dan objek dan kuatnya permusuhan antar
keduanya.
4. Merusak perempuan karena berpaling dari mereka untuk laki-laki.
5. Menyedikitkan keturunan karena pada perbuatan keji ini ada kebencian untuk menikah,
benci terhadap istri di selain tempat reproduksi. Adapun mendatangi perempuan di
tempat hubungan intim maka merealisasikan reproduksi, baik laki-laki ingin atau tidak.
Oleh karena itu, hukuman terhadap kaum Luth adalah siksa penumpasan di dunia.
Kemudian siksa akhirat adalah lebih besar dan lebih kekal dari itu.
Adapun madzhab ulama Muslim dalam masalah hukuman liwath adalah sebagai berikut.
a) Abu Hanifah, pelaku liwath hanya ditakzir baik dia muhshan atau tidak. Sebab dalam
liwath tidak ada percampuran nasab, dan biasanya tidak berakibat pertentangan yang
menyebabkan pembunuhan terhadap pelaku liwath. Itu bukan zina.
b) jumhurulama(Malikiyyah,Syafi'iyyah dan Hanabilah) mengatakan liwath wajib dikenai
hukum haad. Sebab Allah SWT memberatkan hukuman pelakunya dalam kitab-Nya yang
mulia. Di sini harus diterapkan hukuman zina, karena adanya makna zina pada liwath.
Haad liwath menurut Malikiyyah dan Hanabilah dalam salah satu riwayat yang kuat dari
Ahmad adalah rajam apa pun keadaannya. Baik mukhshan (sudah menikah) atau tidak.
Karena sabda Nabi Muhammad saw. dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,
Tirmidzi, an-Nasa'i, dan lainnya,
"Barangsiapa yang mendapati seseorang melakukan perbuatan kaum Luth maka
bunuhlah pelaku dan objek perbuatan itu. Dalam satu redaksi, maka rajamlah yang di
atas dan di bawah." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan anNasa'i)

C. Penutup

Penyimpangan seksual dapat terjadi pada siapa saja tanpa pandang bulu. Salah satu bentuk
penyimpangan seks adalah LGBT. LGBT dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan
pertemanan, perlakuan orang tua terhadap anak, tayangan pornografi, dan problem hidup seperti
himpitan ekonomi dan kejiwaan. Hal-hal tersebut menjadi penyumbang terbesar dari terjadinya
perilaku seks menyimpang maupun LGBT. LGBT dapat dihindari atau dicegah, bahkan dapat
disembuhkan. jangan sampai beralih ke orientasi seksual. Jalur yang digunakan oleh para ahli
untuk menyembuhkan perilaku LGBT adalah kejiwaan dan pendidikan agama Islam. Karena
sudah dijelaskan dalam berbagai dalil tentang larangan perilaku LGBT berikut hukumnmya.
Wallahu A’lam Bishawab.
Daftar Pustaka
 Yudiyanto, “Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT) Di Indonesia
Serta Upaya Pencegahannya,” Nizham Journal of Islamic Studies 5, no. 1 (2016): 63–74.
 E R Onainor, “済無 No Title No Title No Title” 1 (2019): 105–12.
 Dosen di Universitas of Notre Dame, AS, menulis artikel berjudul “Islam, LGBT, dan
Perkawinan Sejenis” (Koran Tempo, Rabu, 2 Maret 2016)
 Hafidz Ibnu Katsir, 2002, Kisah Shahih Para Nabi...hlm. 376.
 Tafsir Al-Munir, 2016, Gema Insani, Hlm 516

Anda mungkin juga menyukai