Pendahuluan
LGBT atau GLBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan
transgender” istilah ini digunakan semenjak tahun “ 1990-an menggantikan frasa
“komunitas gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah
disebutkan. LGBT sendiri ditandai dengan adanya penyimpangan perilaku seksual
dimana seseorang menjadi lebih tertarik dengan sesama jenisnya. Merebaknya
fenomena LGBT di kalangan masyarakat modern menjadi hal yang
memprihatinkan. Hal ini menjadi topik hangat yang marak diperbincangkan baik
di lingkungan masyarakat maupun di media sosial. Banyaknya iklan, film, juga
konten-konten yang mempromosikan LGBT membuat banyak orang berfikir
bahwa hal ini merupakan sesuatu yang biasa dan dianggap sebagai life style yang
menarik. Tak sedikit pula negara yang melarang adanya hubungan sesama jenis.
Kurang lebih 30 negara megaku melegalkan adanya LGBT juga pernikahan
sesama jenis dan telah diatur dalam undang-undangnya masing-masing.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menolak keras adanya
LGBT. Ditegaskan oleh Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin dalam konferensi pers
di Kantor MUI, Jakarta Pusat pada tanggal 17 Februari 2016 bahwa aktivitas
LGBT diharamkan oleh Islam, bahkan bertentangan dengan sila kesatu dan kedua
Pancasila, serta bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya
Pasal 29 ayat 1 dan Pasal 28. Selain itu aktivitas LGBT bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. MUI sendiri telah
mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014 tentang Lesbian, Gay, Sodomi,
dan Pencabulan. Dalam fatwa MUI tersebut aktivitas LGBT diharamkan karena
merupakan suatu bentuk kejahatan, dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya
bagi kesehatan dan sebagai sumber penyakit menular seperti HIV/AIDS.
(Kompas.Com: 17 Februari 2016).
Meski telah ditetapkan dalam undang-undang negara, hal ini masih
menjadi perdebatan panjang di kalangan masyarakat modern. Tak sedikit
masyarakat yang menentang di ilegalkannya LGBT di Indonesia karena dianggap
sebagai pembatasan Hak Asasi Manusia. Dalam merespons maraknya aktivitas
(gerakan) komunitas LGBT di Indonesia, secara umum dapat dikelompokkan
kepada tiga perspektif yang menjadi titik penting di dalam perdebatan LGBT di
Indonesia, yaitu perspektif agama (religius), perspektif Hak Asasi Manusia
(HAM) dan perspekti psikologi. Pertama; Perspektif Agama. Menururt Hukum
Pidana Islam homoseksual (liwāṭ) termasuk dosa besar, karena bertentangan
dengan norma agama, norma susila dan bertentangan pula dengan sunnatullah
(God’s Law/ natural law) dan fitrah manusia (human nature).
Pembahasan
Membahas tentang LGBT tentunya akan membawa kita kedalam pro dan
kontra dari segi hukum yang berlaku. Islam telah melarang adanya LGBT dan
telah dijelaskan dalam kitab Al – Qur’an. Menurut kisahnya sejarah LGBT ini
dimulai sejak jaman Nabi Luth. Allah SWT memerintahkan Nabi Luth untuk
datang kesebuah daerah bernama Sadum atau Sodom yang terletah di Yordania.
Dalam Al – Qur’an telah dijelaskan bahwa kaum Sodom adalah kaum yang
menyimpang atau melampaui batas. Mereka adalah kaum yang dimana warganya
menyukai sesama jenis atau disebut homoseksusal. Allah SWT berfirman :
“ Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta
keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
(mendakwakan dirinya) bersih" ”.(QS. An-Naml (27):56).
Nabi Luth AS juga mengingatkan tentang balasan dan azab yang Allah
SWT berikan kepada kaum-kaum yang berbuat keji. Dengan keberanian dan tekad
kuat, Nabi Luth AS tetap gigih menunjukkan jalan kebenaran dan percaya bahwa
Allah SWT akan melindunginya. Setelah melewati perjuangan yang panjang, satu
per satu kaum Sodom mulai sadar dan meninggalkan perbuatan keji dan beriman
kepada Allah SWT. Meski begitu, jumlah orang yang berhasil disadarkan masih
sedikit. Tidak sebanding dengan mereka yang masih berbuat maksiat. Bahkan,
Nabi Luth AS pernah mendapat ancaman akan dibunuh. Ia juga ditantang untuk
menunjukan dan mendatangkan azab Allah yang selalu ia dakwahkan.
Nabi Luth AS lantas memohon perlindungan dan pertolongan Allah SWT.
Kemudian, Allah SWT memutuskan untuk menurunkan dua malaikat ke Bumi
untuk menyamar menjadi manusia dan memberikan azab bagi kaum Sodom.
Kedua malaikat tersebut menyamar sebagai pria tampan lalu menemui Nabi Luth
AS. Lalu, Nabi Luth AS membawa keduanya ke rumah diam-diam agar tidak ada
satupun dari kaum Sodom yang mengetahui keberadaannya. Sayangnya, istri Nabi
Luth AS berkhianat. Ia diberi harta benda berupa emas, perak, serta kekayaan
lainnya dari kaum Sodom. Ia memberitahu kaum Sodom bahwa ada dua pria
tampan di rumahnya. Masyarakat Sodom lantas menyerbu rumah Nabi Luth dan
terjadilah pertikaian.
Tiba-tiba Allah SWT langsung menurunkan azab dengan menghilangkan
penglihatan para kaum Sodom. Sehingga mereka meninggalkan rumah Nabi Luth
dalam keadaan buta. Kedatangan kedua malaikat tersebut bertujuan
menyampaikan kabar bahwa Allah SWT akan menurunkan azab kepada kaum
Sodom pada waktu subuh. Sehingga Nabi Luth AS dan orang-orang yang beriman
diminta untuk segera meninggalkan kota tersebut. Saat perjalanan meninggalkan
kota, Nabi Luth AS memerintahkan untuk tidak menengok ke belakang selama
perjalanan. Namun, lagi-lagi istri Nabi Luth AS berkhianat dan memilih kembali
bergabung dengan kaum Sodom bersama orang-orang kafir. Saat waktu subuh
tiba, Allah SWT mendatangkan gempa bumi, angin kencang, dan hujan batu
hingga Kota Sadum hancur bersama orang-orang keji yang tinggal di dalamnya.
Allah SWT dalam firmannya :
1) Menjaga pergaulan
2) Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget. Orang tua
harus aktif dalam hal ini.
3) Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-
sekolah
4) Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga hal ini
tidak menyebar semakin parah.
5) Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang menyimpang
dari aturan agama.
Lalu bagaimana jika seseorang tersebut sudah terlanjur masuk dalam dunia
LGBT? Ada banyak cara yang dapat dilakukan jika seseorang sudah terlanjut
masuk dalam dunia LGBT salah satunya adalah melepaskan diri. Ada beberapa
solusi yang dapat dilakukan agar seorang pelaku LGBT dapat terlepas dari
perilaku tersebut. Salah satunya adalah dengan rehabilitasi. Menurut KBBI
Rehabilitasi adalah pemulihan posisi seseorang dengan memperbaiki anggota
tubuh yang cacat dan orang lain, misalnya korban kecelakaan pasien untuk
menjadi orang yang berguna dan mengambil posisi dalam posisi masyarakat.
Umumnya ada beberapa jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi mental, medial atau
fisik dan lainnya. Ketika ada proses penyembuhan atau peningkatan kondisi
abnormal menjadi normal, Anda perlu melatih untuk menghadapi kondisi awal
menjadi normal kembali.
Penutup
Diharap kepada masyarakat untuk tidak menghina para pelaku LGBT.
Karena hal tersebut hanya akan membuat para pelakunya semakin kehilangan jati
diri mereka. Melepaskan diri dari LGT bukanlah hal yang mudah karna hal seperti
ini dapat berakibat kecanduan bagi pelakunya. Menurut psikologi LGBT dan hal –
hal yang berbau pornografi bagai narkoba yang susah untuk di hindari apabila
seseorang sujah terjerumus kedalamnya. Maka denga itu hendaknnya kita saling
menghormati dan menasehati supaya orang – orang sekitar kita terhindar dari hal
– hal semacam ini
Daftar Rujukan
https:// id.m.wikipedia.org. diakses tanggal 10 Nopember 2017.
Hooker, E. (1956). A Preliminary Analysis of Group Behavior of Homosexuals.
Journal Of Psychology Interdisciplinary And Applied. 41 (2), 217-225.
Maramis W. F., Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga University
Press, 2004), 300. 103
Yatimin, Etika Seksual dan Penyimpangannya dalam Islam, 54.
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, cetakan delapan, Jakarta,
2009, hal.60.
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta,hal.91.
Rozali Abdullah, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan
Hak Asasi Manusia Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hlm. 35.