Anda di halaman 1dari 14

HOMOSEKSUAL DAN LESBIAN

NAMA NIM

ADE IRVAN PRAYUDHA NASUTION 1830200074

ALAWIYAH LUBIS 1830200038

DOSEN PENGAMPU:

ZILFARONI, S. Sos. I., M.A.

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PADANGSIDIMPUAN

TA. 2020/ 2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ HOMOSEKSUAL DAN LESBIAN (LGBT) ”.

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak pengampu mata kuliah


Fiqih Kontemporer, yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca, guna menjadi acuan agar penulis
bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini
bisa membawa wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.

Padangsidimpuan.....................

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..............................................................................iv
C. Tujuan Penulisan................................................................................v

PEMBAHASAN

A. Pengertian Homoseksual dan Lesbian................................................1


B. Pandangan Islam terhadap Homoseksual dan Lesbian....................1-2
C. Penyebab dan Dampak Dari Perilaku Homoseksual dan Lesbian...2-3
D. Hukum dan Sanksi Islam Terhadap Para Pelaku Homoseksual dan Lesbian
.........................................................................................................3-6
E. Padangan Hukum di Indonesia Terhadap Homoseksual dan Lesbian
.........................................................................................................6-7

PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................9

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) dianggap sebagai
masalah yang tidak asing kita dengar. Pengertian LGBT sendiri
bermacam-macam. Menurut Wikipedia, Lesbian adalah istilah bagi
perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama
perempuan. Kemudian Gay adalah sebuah istilah yang umumnya
digunakan untuk merujuk orang yang homoseksual atau sifat-sifatnya
homoseksual. Sedikit berbeda dengan biseksual, biseksual (bisexual)
adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual
dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita.
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang
transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai heteroseksual,
homoseksual, biseksual, maupun aseksual. Kemudian pelaku
penyimpangan seks di atas bukan merupakan sesuatu yang baru, telah
terjadi berabad-abad lamanya. Sampai saat ini pelaku homoseksual masih
terjadi di masyarakat modern terutama dinegara-negara barat. Kalau kita
menengok sejarah, perbuatan homoseksual sebenarnya telah terjadi pada
zaman Nabi Luth. Dalam tafsir al-Manar dikisahkan, Nabi Luth tinggal di
negeri Sadum di tepi laut mati dimana ada sebagaian penduduk negeri
Sadum yang berjenis kelamin laki-laki tapi tidak tertarik dan tidak mau
berhubungan seks dengan perempuan, mereka lebih memilih laki-laki
sejenisnya yang masih muda untuk dijadikan tempat pelampiasan nafsu
seksnya. Nabi Luth geram dan menegur kaumnya untuk meninggalkan
kebiasaan bejat itu, tetapi teguran Nabi Luth justru dibalas dengan usaha
mereka mengusir Nabi Luth dan pengikutnya sementara mereka tetap
asyik melakukan kebiasaan bejat itu. Akibat pembangkangan kaumnya,
azab turun membinasakan mereka sedangkan Nabi Luth dan pengikut
setianya diselamatkan oleh Allah SWT. Maka untuk mengetahui lebih
jelas dan detail tentang (LGBT), penulis akan penulis bahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Homoseksual dan Lesbian?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap Homoseksual dan Lesbian?
3. Bagaimana penyebab dan dampaknya perilaku homoseksual dan
lesbian?
4. Bagaimana hukum dan Sanksi Islam Terhadap para pelaku
Homoseksual dan Lesbian?

iv
5. Bagaimana Pandangan hukum di Indonesia terhadap homoseksual dan
lesbian?
C. Tujuan Penulisan
Maka dari beberapa rumusan masalah diatas, maka penulis
hendaknya akan memberikan lebih jelas mengenai pengertian
homoseksual dan lesbian, dan penulis juga akan memaparkan mengenai
pandangan Islam terhadap pelaku homoseksual dan lesbian. Kemudian
untuk mengetahui penyebab dan akibat dari perilaku homoseksual dan
lesbian, serta mengetahui pandangan hukum dan sanksi Islam terhadap
pelaku homoseksual dan juga untuk mengetahui pandangan hukum di
Negara Indonesia mengenai pelaku homoseksual dan lesbian.

v
PEMBAHASAN

A. Pengertian Homoseksual dan Lesbian

Secara bahasa homoseksual berarti hubungan seks dengan


pasangan yang sejenis baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi kemudian
istilah homoseksual ini mengalami penyempitan makna, yaitu sebagai
berikut:

1.) Pengertian homoseksual (gay) dalam agama islam disebut dengan


istilah “al-liwath” ( ‫واط‬HHH‫( الل‬yang berarti orang yang melakukan
perbuatan seperti perbuatan kaum Nabi Luth, yang pelakunya disebut
“al-luthiyyu” (‫( اللوطي‬yang berarti laki-laki yang melakukan hubungan
seksual dengan laki-laki.
2.) Pengertian Lesbian, di dalam agama Islam lesbiah disebut dengan “al-
sihaq” yang berarti perempuan yang melakukan hubungan seksual
dengan sesama perempuan.1

Kemudian menurut An-Nawawi, dinamakan Liwath karena yang


pertama kali melakukannya adalah kaum Nabi Luth. Dalam kitab Tahrim
Al-Fadzbi at-Tanbib dinyatakan:

“Liwath adalah perbuatan kaum Luth, bisa dikatakan laatho,


laawatho, liwaathon, yakni ketika melakukan hal itu”.2

Perbuatan homoseksual (liwath) ini pernah dilakukan oleh kaum


Nabi Luth As. Kaum tersebut berdomisili di negeri Sodom yang terletak di
Timur Laut Mati atau sekarang disebut Yordania, dan kalangan bangsa
Barat yang beragama Kristen menyebut perbuatan demikian dengan
Sodomi. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
homoseksual adalah hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki,
sedangkan hubungan seksual antara sesama wanita disebut dengan
Lesbian. Lawan kata homoseksual dengan lesbian ini adalah heterosex
yang artinya hubungan seksual antara orang-orang yang berbeda jenis
kelaminnya.

B. Pandangan Islam Terhadap Homoseksual dan Lesbian


Sudut pandang kajian keagamaan Islam mengenai homoseksual
dan lesbian dapat dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang

1
Huzaemah Tahido Yanggo, Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan
Hukum Islam, Jurnal Misykat, Vol. 03, No. 02, 2018, hlm. 2.
2
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm. 93.

1
mengarah pada perilaku homoseksual. Adapun ayat Al-Qur’an tersebut
adalah sebagai berikut:

َ‫﴾إِنَّ ُك ْم لَتَأْتُون‬٨٠﴿ َ‫اح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن أَ َح ٍد ِمنَ ْال َعالَ ِمين‬ِ َ‫ال لِقَوْ ِم ِه أَتَأْتُونَ ْالف‬
َ َ‫َولُوطًا إِ ْذ ق‬
ِ ‫ِّجا َل َش ْه َوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسا ِء ۚ بَلْ أَ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ُمس‬
H‫ْرفُو‬ َ ‫الر‬
Artinya: Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “mengapa kamu
mengerjakan perbuatan “Fashiyah” itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun ( di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kau ini adalah kaum yang melampaui batas. (Qs.
Al-A’Raf: 80-81).3

Dari ayat diatas, diceritakan bahwa kaum Nabi Luth melakukan


perantek homoseksual dengan menyetubuhi lelaki sejenis melalui dubur
(lubang belakang). Di era saat ini perilaku seksual tersebut dikenal dengan
sebutan sodomi. Kisah kaum Nabi Luth yang terdapat dalam Al-Qur’an
dapat dijadikan dasar, guna melarang perbuatan homoseksualitas, karena
perbuatan ini merupakan peraktek seksual abnormal dan merupakan
penyimpangan seksua yang sangat menjijikkan. Sehingga sangat dikutuk
oleh agama Islam, termasuk salah satu dosa besar yang hukumnya haram,
karena itu termasuk perbuatan keji dan melewati batas, Nabi Muhammad
Saw bersabda:
“Semoga Allah mengutuk orag-orang yang melakukan perbuatan kaum
Luth”. Beliau mengulang perkataan tersebut sampai tiga kali pernyataan.

C. Penyebab dan Dampak dari Perilaku Homoseksual dan Lesbian


Dampak dari penyimpangan seks telah terlihat jelas dalam
kehidupan sosial. Data empiris menunjukkan bahwa hubungan seks
sejenis, baik homo maupun lesbian telah menyebabkan kerusaan moral
para pelakunya yang bukan hanya terdiri dari sederetan orang yang tidak
“beragama” atau terjadi di negeri yang “liberal” saja. Tapi juga tercatat
pelakunya itu beriman kepada Allah SWT dan terjadi di negara-negara
yang memegang teguh hukum agama. Menurut ahli jiwa, perilaku
penyimpangan seks berupa homo dan lesbian dapat menghilangkan
keinginan seseorang untuk melangsungkan perkawinan.

3
Qs. Al-A’raf ayat 80-81.

2
Dampak negatif homo dan lesbi yaitu:

1. Si lelaki homo tidakmemiliki rasa tertarik kepada wanita.


Seandainya ia kawin, maka istrinya menjadi korban karena
sang suami tidak dapat lagi memenuhi fungsinya (memenuhi
kebutuhan seks istrinya). Energi seksnya telah tertumpah
kepada laki-laki yang menjadi pasangan homonya. Akibatnya
hubungan suami istri tidak harmonis, sang istri hidup tanpa
ketenangan dan kasih sayang serta tak mendapatkan keturunan
sekalipun si istri masih subur.
2. Si lelaki homo dapat terjangkit penyakit kejiwaan, yaitu
mencintai sesama jenis, jiwanya labil (tidak stabil), muncul
tingkah laku yang ganjil alias aneh-aneh, misalnya bergaya
seperti wanita dalam berpakaian, berhias, dan bertingkah laku.
3. Si lelaki homo da[at terkena gangguan saraf otak yang dapat
melemahkan daya pikir dan semangat kerja.

Akibat lain yang tidak kalah bahayanya, bahwa homo dapat


mengakibatkan AIDS yang membuat pelakunya kehilangan daya tahan
tubuh akibat serangan bakteri yang menggerogoti pembuluh darah, kulit
dan alat kelamin. Dan yang sangat merisaukan bahwa penyakit AIDS ini
sampai sekarang belum ditemukan obatnya padahal korbannya yang tidak
lain adalah pelakunya itu sendiri sudah cukup banyak.

Dampak negatif dari perilaku penyimpangan tersebut juga dapat


mnimbulkan penyakit sosial berupa runtuhnya sistem kekeluargaan dan
kebobrokan akhlak yang dapat merapuhkan norma-norma agama berupa
kehidupan yang bebas tanpa batas. Perbuatan yang tidak bermoral tersebut
telah menyimpang jauh dari fitrah manusia yang sebenarnya.4

D. Hukum dan Sanksi Islam Terhadap Para Pelaku Homoseksual dan


Lesbian
Larangan homoseksual dan lesbian bukan hanya karena merusak
kemuliaan dan martabat kita sebagai manusia, tetapi juga resiko yang lebih
besar. Seperti terinfeksi penyakit kelamin HIV/AIDS, sipilis dan lainnya.
Maka ulama fiqih sepakat mengharamkan homoseksual dan lesbian
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis, yaitu sebagai berikut, Hadis Nabi
Saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Said:

‫ال َينظر َالرجل َإىل َعورة َالرجل َوال َاملرأة َإىل َعورة َاملرأة َوال َيغضى َالرجل َإى َل‬
4
Sapiudin Shidik, fikih kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), hlm.
75-76.

3
َ ‫اارجلَىفَالثوبََالواحدَوالَتغ‬
‫ضاملراةَإىاَل ملرأةَىفَالثوبَالواحد‬

Artinya: “ Janganlah pria melihat aurat pria lain dan janganlah


wanita melihat aurat wanita lain dan janganlah bersentuhan pria dengan
pria lain dibawah sehelai selimut/kain, dan janganlah pula bersentuhan
dengan wanita lain dibawah sehelai selimut/ kain”.

Rasulullah Saw mengungkapkan kekhawatirannya bahwa dari


seluruh kejahatan umatnya dapat dilakukan, yang paling ia takutkan ialah
homo (sodomi). Ini adalah peringatan bagi umat Islam. Rasulullah Saw
sendiri secara tegas telah melarangnya. Rasulullah Saw bersabda: “ Siapa
saja yang memuaskan hasrat seksualnya dengan orang lain dari jenisnya
(jenis kelaminnya). Yang Mahakuasa tidak akan memandang wajahnya
lagi ”.5

Kemudian para ulama berpendapat tentang homoseksual dan


lesbian (LGBT) sudah dijelaskan tak ada perbedaan hukumnya dari para
Ulama Fiqih. Semua hukumnya Haram, perbedaan hanya terdapat pada
bentuk hukumannya (sanksi). Sebagaimana pendapat Mazhab Mufti,
sebagai berikut:
1. Menurut Imam Syafi’i
Imam Syafi’i mengatakan bahwa hukuman (sanksi) homoseksual
dihukum dengan hukuman rajam dengan dilempari batu sampai mati.
Kemudian Imam Syafi’i tidak memandang bagi pelaku homoseksual
atau liwath itu baik perjaka atau tidak, karena melihat liwath dianggap
sebagai suatu perbuatan yang sangat terkutuk dan dianggap sebagai
jarimah (tindakan pidana). Dalam perspektif Syafi’i tanpa memandang
pelakunya, baik dilakukan oleh orang yang belum menikah atau orang
yang sudah menikah, hal itu disebut sebagai fahisyah dan dianggap
sebagai melawan hukum. Kemudian Imam Syafi’i menyamakannya
dengan zina dalam hal segi perbuatan, hukuman dan penyimpangan.
Karena orang yang melakukan homo itu akalnya kurang sehat dan
mempunyai akhlak moral yang tidak baik dan bejat.6
2. Menurut Imam Abu Hanafiah
Imam Abu Hanafiah berpendapat bahwa praktik homoseksual tidak
dapat dikategorikan zina, dengan alasan. Pertama, karena tidak adanya
unsur (kriteria) kesamaan antara keduanya. Unsur menyia-nyiakan
Abu Ameenah Philips, Islam Dan Homoseksual, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003),
5

hlm. 41.
Suwardin, Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) Perspektif Imam
6

Syafi’i Hukum Islam dan Hukum Positif, Jurnal Nuansa, Vol. XI, No. 2, hlm. 100.

4
anak dan ketidak jelasan nasab (keturunan), tidak didapatkan dalam
praktik homoseksual. Kedua, berbedanya jenis hukuman yang
diberlakukan oleh para sahabat. Berdasarkan kedua alasan ini, Abu
Hanafiah berpendapat bahwa hukuman (sanksi) terhadap pelaku
homoseksual adalah Ta’zir. Ta’zir, yaitu hukuman yang tidak
ditentukan macam kadar hukumannya oleh Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Ta’zir bertujuan sebagai edukatif, besar rintangannya hukuman
diberikan kepada pengadilan (hakim).
3. Menurut Imam Hambali
Imam Hambali memandang praktik homoseksual dikategorikan
zina. Mengenai jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya,
beliau mempunyai riwayat (pendapat). Pertama, dihukum sama seperti
penzina, kalau pelakunya mushan (sudah menikah) maka dihukum
rajam. Kemudian kalau pelakunya ghair mushan (perjaka), maka
dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Kedua,
dibunuh dengan rajam, baik itu mushan atau ghairu mushan.
4. Menurut Imam Maliki
Imam Maliki, mengatakan bahwa liwath (homoseksual) adalah
perbuatan yang sama seperti zina bahkan lebih buruk dari zina, karena
keluar dari fitrah manusia. Oleh sebab itu, menurut sebagaian riwayat
Imam maliki berpendapat, bahwa perbuatan homoseksual dihukum
dengan hukuman rajam. Imam Maliki menganggap bahwa perbuatan
liwath adalah perbuatan jarimah (tindak pidana), karena ia sama
seperti perbuatan zina yang dikategorikan sebagai sebuah jarimah
dalam konteks hukum pidana Islam, bahwa perbuatan liwath adalah
perbuatan yang lebih buruk, lebih keji dari perbuatan zina yang
merupakan kategori jarimah hudud.
5. Menurut Muhammad Abduh (Mufti Mesir)
Muhammad Abduh berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku
homoseksual adalah dihujat sampai bertaubat. Pendapat ini didasarkan
pada firman Allah, dalam Qs. An-Nisa ayat 16:
‫ َع ْنهُ َما ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ تَ َّوابًا‬H‫ ۚ فَاِ ْن تَابَا َواَصْ لَ َحا فَا َ ْع ِرضُوْ ا‬H‫َوالَّ ٰذ ِن يَأْتِ ٰينِهَا ِم ْن ُك ْم فَ ٰا ُذوْ هُ َما‬
‫َّر ِح ْي ًما‬
Artinya: “ Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan
keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keudanya,
kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka
biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi
maha penyayang”.

5
Muhammad Abduh menjelaskan bahwa hukuman bagi pelaku liwat
(homoseksual) adalah hujatan dan hinaan. Hal ini dapat dilihat ketika
beliau menafsirkan ayat diatas: “sesungguhnya ayat ini adalah
penjelasan hukuman had bagi pelaku liwath, maka tidak ada naskh
padanya”. Bagi beliau, ayat ini masih berlaku tilawah bahagian dari
ayat Al-Qur’an dan bernilai ibadah ketika membacanya dan
(hukumnya tidak dihapus oleh ayat ini).
6. Menurut Ulama
MUI menguktif pendapat Imam Ibnu Qayyim al-jauziyyah. Ibnu
Qayyim menegaskan bahwa perilaku sodomi bertentangan dengan
fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah tersebut dan
bagaimana perilaku sodomi telah memutarbalikkan tabiat-tabiat laki-
laki yang diciptakan oleh Allah untuk memiliki kecenderungan kepada
wanita dan bukan kepada sesama laki-laki. Ibnu Qayyim juga
menegaskan bahwa hukuman bagi pelaku homoseks dengan
dibinasakan (hukum mati) sudah sesuai dengan hukum Allah. Karena
semakin besar perbuatan yang diharamkan maka semakin berat pula
hukumnya.
Dalam hal ini persetubuhan yang tidak dibolehkan sama sekali
lebih besar dosanya dari persetubuhan yang diperbolehkan dalam
kondisi tertentu. Begitu juga halnya pendapat Ibnu Qudamah yang
dibuat dalam kitab al-Mughni, dimana terdapat ijma para sahabat,
mereka telah sepakat untuk menghukum mati pelaku sdomi sekalipun
mereka berbeda pendapat dalam tata cara hukuman mati tersebut.7

E. Pandangan Hukum Di Indonesia Terhadap Homoseksual Dan


Lesbian
Indonesia yang merupakan negara yang masih kental dengan ajaran
agama Islam, moral dan etika yang telah berkembang dan mengakar
diseluruh tatanan masyarakatnya, bahwa perilaku penyimpangan kaum
LGBT tidak dapat diterima begitu saja, sebab ada alasan-alasan yang
menjadi dasar masyarakat untuk menolak pelaku dan perilaku seksual
menyimpang ini, baik didasari atas ajaran agama maupun budaya. Untuk
menjaga moralitas masyarakat, Ketua AILA (Aliansi Cinta Keluarga), Rita
Subagio Menyatakan bahwa Undang-Undang bisa mengkaji bahwa secara
nilai dan moral untuk LGBT yang mencakup orientasi dan perilakunya
adalah penyimpangan berdasarkan nilai budaya dan agama yang diyakini
mayoritas bangsa Indonesia.8 Di Indonesia tidak ada undang-undang anti-
7
Fatwa MUI, No. 57 tahun 2014 tentang Lesbian, Gay, Sodomi dan pencabulan.
8
Lidya Suryani, Kriminalisasi Perbuatan Cabul, Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT), Jurnal Bidang Hukum, Vol. X, No. 03 Februari 2018, hlm. 4.

6
diskriminasi secara tegas terhadap LGBT ini. Hukum di negeri ini hanya
mengakui keberadaan gender laki-laki dan perempuan saja. Sebagai
penjabaran dari pernyataan diatas, berikut undang-undang yang paling
berkenaan dengan konteks seksualitas:
1. Pasal 292 KUHP yang berbunyi: “ Orang dewasa yang melakukan
perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelaminnya, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam
dengan pidana paling lama (lima tahun) ”. Pasal ini memang melarang
aktivitas seksual antara sesama jenis, namun subyek hukum yang
diatur dalam pasal tersebut adalah orang yang belum dewasa. Dalam
pasal tersebut juga tidak ada unsur mengkriminalisasi seseorang murni
semata-mata karena oerientasi seksualnya, melainkan karena perbuatan
cabul orang tersebut. Sehingga masih dimungkinkan bagi seseorang
untuk terbuka mengenai seksualitasnya, tanpa ada resiko kriminalisasi
terhadapanya.
2. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
yang berbunyi: “ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.Dalam
rumusannya pasal ini jelas mendefenisikan subyek hukum dari sebuah
perbuatan perkawinan, yaitu seorang pria dan seorang wanita, sehingga
mengacu pada rumusan tersebut, perkawinan antar sesama pria atau
sesama wanita tidak diperbolehkan. Hal ini dapat dilihat sebagai
pembatasan terhadap hak-hak kaum LGBT, karena secara hukum tidak
diberikan kemampuan untuk berkeluarga sesuai dengan preferensi
mereka.
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2006, tentang administrasi
kependudukan yang ketentuan mengenai perkawinan yang sah, dalam
undang-undang tersebut mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Jelas tidak mengakomodasi
kebutuhan kaum LGBT. Pasal 64 undang-undang tersebut juga
menetapkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini jelas
mempersulit kelompok transgender dan mereka yang tidak
mengidentifikasi diri dengan dua jenis kelamin tersebut, untuk
pengurusan Kartu Tanda Penduduk, yang berimbas pada kesulitan
dalam melakukan perbuatan administratif lainnya yang membutuhkan
Kartu Tanda Penduduk.

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarag
oleh semua agama terlebih agama Islam. Selain dari perbuatan keji ini
akan merusak kelestarian manusia, yang lebih penting Allah Swt dan
Rasulullah Saw melaknat semua perbuatan ini. Oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang
seolah atas nama HAM membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya
mereka membawa manusia kepada kerusakan yang lebih parah.
Pandangan Islam terhadap LGBT adalah haram, karena Islam telah
mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan lainnya serta Islam
mengharuskannya dijatuhi sanksi bagi pelakunya. Hukumannya ialah
dengan dibunuh, dirajam, ta’zir dan mungkin sama dengan hukumnya
berzina.

B. Saran

Demikian telah diselesaikannya makalah ini, kami sebagai penulis


mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan kami
lebih baik lagi dalam menulis karya-karya ilmiah yang akan datang
maupun perbaikan karya yang telah kami tulis, sehingga karya kami
semakin bermanfaat.
Kami berharap makalah yang sangat sederhana ini memberikan
kontribusi dalam khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
bagi pembaca dan bagi kami sendiri sebagai penulis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ameenah Philips, Islam Dan Homoseksual, Jakarta:


Pustaka Zahra, 2003.
Fatwa MUI, No. 57 tahun 2014 tentang Lesbian, Gay,
Sodomi dan pencabulan.
Huzaemah Tahido Yanggo, Penyimpangan Seksual
(LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam, Jurnal Misykat, Vol.
03, No. 02, 2018.
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer,
Yogyakarta: Kalimedia, 2017.
Lidya Suryani, Kriminalisasi Perbuatan Cabul, Lesbian,
Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), Jurnal Bidang
Hukum, Vol. X, No. 03 Februari 2018.
Qs. Al-A’raf ayat 80-81.
Sapiudin Shidik, fikih kontemporer, Jakarta: Prenamedia
Group, 2019.
Suwardin, Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT)
Perspektif Imam Syafi’i Hukum Islam dan Hukum Positif, Jurnal
Nuansa, Vol. XI, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai