NAMA NIM
DOSEN PENGAMPU:
PADANGSIDIMPUAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca, guna menjadi acuan agar penulis
bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini
bisa membawa wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.
Padangsidimpuan.....................
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..............................................................................iv
C. Tujuan Penulisan................................................................................v
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................9
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) dianggap sebagai
masalah yang tidak asing kita dengar. Pengertian LGBT sendiri
bermacam-macam. Menurut Wikipedia, Lesbian adalah istilah bagi
perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama
perempuan. Kemudian Gay adalah sebuah istilah yang umumnya
digunakan untuk merujuk orang yang homoseksual atau sifat-sifatnya
homoseksual. Sedikit berbeda dengan biseksual, biseksual (bisexual)
adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual
dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita.
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang
transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai heteroseksual,
homoseksual, biseksual, maupun aseksual. Kemudian pelaku
penyimpangan seks di atas bukan merupakan sesuatu yang baru, telah
terjadi berabad-abad lamanya. Sampai saat ini pelaku homoseksual masih
terjadi di masyarakat modern terutama dinegara-negara barat. Kalau kita
menengok sejarah, perbuatan homoseksual sebenarnya telah terjadi pada
zaman Nabi Luth. Dalam tafsir al-Manar dikisahkan, Nabi Luth tinggal di
negeri Sadum di tepi laut mati dimana ada sebagaian penduduk negeri
Sadum yang berjenis kelamin laki-laki tapi tidak tertarik dan tidak mau
berhubungan seks dengan perempuan, mereka lebih memilih laki-laki
sejenisnya yang masih muda untuk dijadikan tempat pelampiasan nafsu
seksnya. Nabi Luth geram dan menegur kaumnya untuk meninggalkan
kebiasaan bejat itu, tetapi teguran Nabi Luth justru dibalas dengan usaha
mereka mengusir Nabi Luth dan pengikutnya sementara mereka tetap
asyik melakukan kebiasaan bejat itu. Akibat pembangkangan kaumnya,
azab turun membinasakan mereka sedangkan Nabi Luth dan pengikut
setianya diselamatkan oleh Allah SWT. Maka untuk mengetahui lebih
jelas dan detail tentang (LGBT), penulis akan penulis bahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Homoseksual dan Lesbian?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap Homoseksual dan Lesbian?
3. Bagaimana penyebab dan dampaknya perilaku homoseksual dan
lesbian?
4. Bagaimana hukum dan Sanksi Islam Terhadap para pelaku
Homoseksual dan Lesbian?
iv
5. Bagaimana Pandangan hukum di Indonesia terhadap homoseksual dan
lesbian?
C. Tujuan Penulisan
Maka dari beberapa rumusan masalah diatas, maka penulis
hendaknya akan memberikan lebih jelas mengenai pengertian
homoseksual dan lesbian, dan penulis juga akan memaparkan mengenai
pandangan Islam terhadap pelaku homoseksual dan lesbian. Kemudian
untuk mengetahui penyebab dan akibat dari perilaku homoseksual dan
lesbian, serta mengetahui pandangan hukum dan sanksi Islam terhadap
pelaku homoseksual dan juga untuk mengetahui pandangan hukum di
Negara Indonesia mengenai pelaku homoseksual dan lesbian.
v
PEMBAHASAN
1
Huzaemah Tahido Yanggo, Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan
Hukum Islam, Jurnal Misykat, Vol. 03, No. 02, 2018, hlm. 2.
2
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm. 93.
1
mengarah pada perilaku homoseksual. Adapun ayat Al-Qur’an tersebut
adalah sebagai berikut:
َ﴾إِنَّ ُك ْم لَتَأْتُون٨٠﴿ َاح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن أَ َح ٍد ِمنَ ْال َعالَ ِمينِ َال لِقَوْ ِم ِه أَتَأْتُونَ ْالف
َ ََولُوطًا إِ ْذ ق
ِ ِّجا َل َش ْه َوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسا ِء ۚ بَلْ أَ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ُمس
Hْرفُو َ الر
Artinya: Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “mengapa kamu
mengerjakan perbuatan “Fashiyah” itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun ( di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kau ini adalah kaum yang melampaui batas. (Qs.
Al-A’Raf: 80-81).3
3
Qs. Al-A’raf ayat 80-81.
2
Dampak negatif homo dan lesbi yaitu:
ال َينظر َالرجل َإىل َعورة َالرجل َوال َاملرأة َإىل َعورة َاملرأة َوال َيغضى َالرجل َإى َل
4
Sapiudin Shidik, fikih kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), hlm.
75-76.
3
َ اارجلَىفَالثوبََالواحدَوالَتغ
ضاملراةَإىاَل ملرأةَىفَالثوبَالواحد
hlm. 41.
Suwardin, Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) Perspektif Imam
6
Syafi’i Hukum Islam dan Hukum Positif, Jurnal Nuansa, Vol. XI, No. 2, hlm. 100.
4
anak dan ketidak jelasan nasab (keturunan), tidak didapatkan dalam
praktik homoseksual. Kedua, berbedanya jenis hukuman yang
diberlakukan oleh para sahabat. Berdasarkan kedua alasan ini, Abu
Hanafiah berpendapat bahwa hukuman (sanksi) terhadap pelaku
homoseksual adalah Ta’zir. Ta’zir, yaitu hukuman yang tidak
ditentukan macam kadar hukumannya oleh Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Ta’zir bertujuan sebagai edukatif, besar rintangannya hukuman
diberikan kepada pengadilan (hakim).
3. Menurut Imam Hambali
Imam Hambali memandang praktik homoseksual dikategorikan
zina. Mengenai jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya,
beliau mempunyai riwayat (pendapat). Pertama, dihukum sama seperti
penzina, kalau pelakunya mushan (sudah menikah) maka dihukum
rajam. Kemudian kalau pelakunya ghair mushan (perjaka), maka
dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Kedua,
dibunuh dengan rajam, baik itu mushan atau ghairu mushan.
4. Menurut Imam Maliki
Imam Maliki, mengatakan bahwa liwath (homoseksual) adalah
perbuatan yang sama seperti zina bahkan lebih buruk dari zina, karena
keluar dari fitrah manusia. Oleh sebab itu, menurut sebagaian riwayat
Imam maliki berpendapat, bahwa perbuatan homoseksual dihukum
dengan hukuman rajam. Imam Maliki menganggap bahwa perbuatan
liwath adalah perbuatan jarimah (tindak pidana), karena ia sama
seperti perbuatan zina yang dikategorikan sebagai sebuah jarimah
dalam konteks hukum pidana Islam, bahwa perbuatan liwath adalah
perbuatan yang lebih buruk, lebih keji dari perbuatan zina yang
merupakan kategori jarimah hudud.
5. Menurut Muhammad Abduh (Mufti Mesir)
Muhammad Abduh berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku
homoseksual adalah dihujat sampai bertaubat. Pendapat ini didasarkan
pada firman Allah, dalam Qs. An-Nisa ayat 16:
َع ْنهُ َما ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ تَ َّوابًاH ۚ فَاِ ْن تَابَا َواَصْ لَ َحا فَا َ ْع ِرضُوْ اHَوالَّ ٰذ ِن يَأْتِ ٰينِهَا ِم ْن ُك ْم فَ ٰا ُذوْ هُ َما
َّر ِح ْي ًما
Artinya: “ Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan
keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keudanya,
kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka
biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi
maha penyayang”.
5
Muhammad Abduh menjelaskan bahwa hukuman bagi pelaku liwat
(homoseksual) adalah hujatan dan hinaan. Hal ini dapat dilihat ketika
beliau menafsirkan ayat diatas: “sesungguhnya ayat ini adalah
penjelasan hukuman had bagi pelaku liwath, maka tidak ada naskh
padanya”. Bagi beliau, ayat ini masih berlaku tilawah bahagian dari
ayat Al-Qur’an dan bernilai ibadah ketika membacanya dan
(hukumnya tidak dihapus oleh ayat ini).
6. Menurut Ulama
MUI menguktif pendapat Imam Ibnu Qayyim al-jauziyyah. Ibnu
Qayyim menegaskan bahwa perilaku sodomi bertentangan dengan
fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah tersebut dan
bagaimana perilaku sodomi telah memutarbalikkan tabiat-tabiat laki-
laki yang diciptakan oleh Allah untuk memiliki kecenderungan kepada
wanita dan bukan kepada sesama laki-laki. Ibnu Qayyim juga
menegaskan bahwa hukuman bagi pelaku homoseks dengan
dibinasakan (hukum mati) sudah sesuai dengan hukum Allah. Karena
semakin besar perbuatan yang diharamkan maka semakin berat pula
hukumnya.
Dalam hal ini persetubuhan yang tidak dibolehkan sama sekali
lebih besar dosanya dari persetubuhan yang diperbolehkan dalam
kondisi tertentu. Begitu juga halnya pendapat Ibnu Qudamah yang
dibuat dalam kitab al-Mughni, dimana terdapat ijma para sahabat,
mereka telah sepakat untuk menghukum mati pelaku sdomi sekalipun
mereka berbeda pendapat dalam tata cara hukuman mati tersebut.7
6
diskriminasi secara tegas terhadap LGBT ini. Hukum di negeri ini hanya
mengakui keberadaan gender laki-laki dan perempuan saja. Sebagai
penjabaran dari pernyataan diatas, berikut undang-undang yang paling
berkenaan dengan konteks seksualitas:
1. Pasal 292 KUHP yang berbunyi: “ Orang dewasa yang melakukan
perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelaminnya, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam
dengan pidana paling lama (lima tahun) ”. Pasal ini memang melarang
aktivitas seksual antara sesama jenis, namun subyek hukum yang
diatur dalam pasal tersebut adalah orang yang belum dewasa. Dalam
pasal tersebut juga tidak ada unsur mengkriminalisasi seseorang murni
semata-mata karena oerientasi seksualnya, melainkan karena perbuatan
cabul orang tersebut. Sehingga masih dimungkinkan bagi seseorang
untuk terbuka mengenai seksualitasnya, tanpa ada resiko kriminalisasi
terhadapanya.
2. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
yang berbunyi: “ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.Dalam
rumusannya pasal ini jelas mendefenisikan subyek hukum dari sebuah
perbuatan perkawinan, yaitu seorang pria dan seorang wanita, sehingga
mengacu pada rumusan tersebut, perkawinan antar sesama pria atau
sesama wanita tidak diperbolehkan. Hal ini dapat dilihat sebagai
pembatasan terhadap hak-hak kaum LGBT, karena secara hukum tidak
diberikan kemampuan untuk berkeluarga sesuai dengan preferensi
mereka.
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2006, tentang administrasi
kependudukan yang ketentuan mengenai perkawinan yang sah, dalam
undang-undang tersebut mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Jelas tidak mengakomodasi
kebutuhan kaum LGBT. Pasal 64 undang-undang tersebut juga
menetapkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini jelas
mempersulit kelompok transgender dan mereka yang tidak
mengidentifikasi diri dengan dua jenis kelamin tersebut, untuk
pengurusan Kartu Tanda Penduduk, yang berimbas pada kesulitan
dalam melakukan perbuatan administratif lainnya yang membutuhkan
Kartu Tanda Penduduk.
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarag
oleh semua agama terlebih agama Islam. Selain dari perbuatan keji ini
akan merusak kelestarian manusia, yang lebih penting Allah Swt dan
Rasulullah Saw melaknat semua perbuatan ini. Oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang
seolah atas nama HAM membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya
mereka membawa manusia kepada kerusakan yang lebih parah.
Pandangan Islam terhadap LGBT adalah haram, karena Islam telah
mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan lainnya serta Islam
mengharuskannya dijatuhi sanksi bagi pelakunya. Hukumannya ialah
dengan dibunuh, dirajam, ta’zir dan mungkin sama dengan hukumnya
berzina.
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA