Anda di halaman 1dari 27

LGBT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail Fiqhiyyah

Disusun oleh:
Afifah Hamilia Dewanti (22211866)
Annisa Nurjanah (22211884)
Aulia Dewi Larasati (22211894)

Dosen Pengampu:
Dr. Amirah Nahrawi, M.E., Sy

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānnirrahīm. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya. Tak lupa pula shalawat beserta salam kita haturkan kepada junjungan kita
Rasulullah SAW. Semoga kita semua bisa mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat kelak.

Alhamdulillah kami ucapkan, karna penulis bisa menyelesaikan makalah ini sampai
selesai dan tepat waktu. Dan tidak lupa kamj ucapkan terimakasih kepada pihak tyang ikut
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik dari pikiran hingga meteri terkait. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 09 Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini diributkan oleh isu yang sangat kontroversial
terkait keberadaan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Masyarakat yang awalnya
tidak mengenal LGBT akhirnya mengenal apa itu LGBT. Komunitas LGBT ini keberadaannya
semakin meresahkan masyarakat. Kekhawatiran masyarakat bukanlah tanpa alasan, sebab
perilaku komunitas LGBT dianggap telah melanggar norma-norma agama dan merusak tatanan
sosial. Selain itu, sasaran mereka adalah para pelajar, remaja, dan mahasiswa yang secara
psikologis masih mengalami krisis jati diri, dan jiwanya labil. Pada usia ini, mereka masih
membutuhkan sosok panutan yang dianggap cocok baginya. Sayangnya, kebanyakan dari
mereka belum memiliki pemahaman agama yang mendalam, maka dengan demikian, mereka
menjadi sasaran empuk bagi komunitas LGBT.

Perilaku seksual yang menyimpang masih merupakan hal yang tabu bagi masyarakat
Indonesia yang berbudaya ketimuran, masyarakat masih kental dan memegang teguh apa yang
dinamakan dengan ajaran moral, etika, dan agama, sehingga perilaku seksual yang
menyimpang tentu bukanlah fenomena yang dapat diterima begitu saja.

Masalah ini membuat pemakalah ingin membahas LGBT lebih dalam. Di mulai dari
pengertian LGBT, umat atau bangsa yang terkenal dengan LGBT, hukum LGBT menurut
agama dan negara, hingga penyebab, dampak, serta cara menangani LGBT

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari LGBT?
2. Siapa umat atau bangsa yang terkenal dengan LGBT?
3. Apa hukum LGBT?
4. Apa saja dampak dari LGBT?
5. Bagaimana penanggulan penyimpangan seksual (LGBT)?
6. Bagaimana cara pelaku LGBT untuk mendapatkan anak?
7. Bagaimana pembagian hak waris bagi pelaku LGBT
8. Bagaimana UUD pernikahan sesama jenis di Indonesia?
9. Bagaimana LGBT dalam berbagai Perspektif?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian LGBT
2. Mengetahui siapa umat atau bangsa yang terkenal LGBT
3. Mengetahui hukum LGBT
4. Mengetahui dampak LGBT
5. Mengetahui cara menanggulangi LGBT
6. Mengetahui cara pelaku LGBT dalam mempunyai anak
7. Mengetahui pembagian hak waris pelaku LGBT
8. Mengetahui UUD tentang pernikahan sesama jenis di Indonesia
9. Mengetahui LGBT dalam berbagai perspektif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian LGBT
Istilah yang berkaitan dengan LGBT adalah homoseksual, yaitu seseorang yang
cenderung mengutamakan orang yang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual disebut
homoseksual, senada dengan arti tersebut, Oetomo mendefinisikan sebagai orientasi atau
pilihan seks yang diarahkan pada seseorang atau orang-orang dari jenis kelamin yang sama
atau ketertarikan seseorang secara emosional dan seksual kepada seseorang atau orang-orang
dari jenis kelamin yang sama. 1

Istilah Homoseksual berasal dari Bahasa Inggris homosexual yang berarti sifat laki-laki
yang senang berhubungan seks dengan sesamanya. Sedangkan Lesbian, berarti sifat perempuan
yang senang berhubungan seks dengan sesamanya pula. 2

ُ ‫ اللِّ َو‬yang pelakunya


Istilah Homoseksual, dijumpai dalam Agama Islam sebagai istilah ‫اط‬

ُُّّ ِ‫ اللُّوط‬yang dapat diartikan secara singkat oleh Bangsa Arab dengan perkataan:ُ‫َُيت‬
disebut ‫ي‬ َ ‫الرجل‬
َّ

ُ‫( الرجل‬laki-laki yang selalu mengumpuli sesamanya). Sedangkan istilah Lesbian, juga dijumpai

dalam Agama Islam sebagai istilah,ُُّ‫حاق‬ ِّ ‫الس‬


َ ‫الس‬
َّ yang pelakunya disebut ُ‫احق‬ َّ yang dapat diartikan

secara singkat oleh Bangsa Arab dengan perkataan:ُُّّ‫( املرأَةُ ََتْتُ املرأة‬perempuan yang selalu

mengumpuli sesamanya). 3

Maka dalam hal ini dapat ditarik suatu pengertian, bahwa homoseksual adalah kebiasaan
seorang laki-laki melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya. Sedangkan lesbian adalah
kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu seksualnya pada sesama- nya pula.4

Homoseksual, ialah hubungan seksual antara orang-orang yang sama kelaminnya, baik
sesama pria maupun sesama wanita. Namun, biasanya istilah homosex itu dipakai untuk seks
antarpria, sedangkan untuk seks antarwanita, disebut lesbian (female homo sex). Lawan

1
Destashya Wisna Diraya Putri, “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,” IPMHI Law
Jurnal 2, no. 1, (2022): h. 91.
2
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 34.
3
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 34.
4
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 34.
homosex adalah heterosex, artinya hubungan seksual antara orang-orang yang berbeda
kelaminnya (seorang pria dengan seorang wanita). 5

Homoseksual (liwath) dilakukan dengan cara memasukkan penis (zakar) ke dalam anus
(dubur), sedangkan lesbian dilakukan dengan cara melakukan masturbasi satu sama lain atau
dengan cara lainnya untuk mendapatkan orgasme (puncak kenikmatan atau climax of the sex
act).6

Istilah LBGT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender,
digunakan sejak tahun 1990-an menggantikan frasa “komunitas Gay” karena istilah ini lebih
mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan, yang dijelaskkan bahwa Lesbian berarti
seorang perempuan yang mencintai atau menyukai perempuan, baik dari segi fisik atau pun
darisegi seksual dan juga spiritualnya, jadi memang hal ini sangatlah menyimpang. Gay dalah
seorang laki-laki yang menyukai dan juga mencintai laki-laki, dan kata-kata gay ini sering
disebutkan untuk memperjelas atau tetap merujuk pada perilaku homoseksual. Bisexual ini
sedikit berbeda dengan kedua pengertian di atas karena orang bisexual itu adalah orang yang
bisa memiliki hubungan emosional dan juga seksual dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang
ini bisa menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ataupun perempuan. Sedangkan untuk
transgender itu adalah ketidaksamaan dari identitas gender yang diberikan kepada orang
tersebut dengan jenis kelaminnya, dan seorang transgender bisa termasuk dalam orang yang
homoseksual, biseksual, atau juga hteroseksual. 7

Steven D. Johnson, mendukung kedua ormas Islam ini dan menyarankan bahwa para
praktisi sosial yang berkaitan dengan rehabilitasi LGBT agar mempunyai kemampuan terapi
afirmasi (affirmative theraphy) sebagai kompetensi kulturalnya. Kemampuan ini sangat
penting untuk menyadarkan kaum LGBT dan mengembalikannya ke manusia yang
heteroseksual. Dalam ilmu psikologi, homoseksual dibagi menjadi dua macam, yaitu tipe
sistonik dan ego distonik. Tipe Sistonik merupakan homoseksual yang sudah dari bawaan,
sedangkan tipe ego Distonik merupakan pengarung lingkungan, teman, dan variabel lain yang
mendukung terbentuknya identitas. 8

5
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1996), h. 42.
6
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1996), h. 42.
7
Meity Marhaba, Cornelius Paat, John Zakarias, “Jarak Sosial Masyarakat Dengan Kelompok Lesbian
Gay Biseksual Dan Trangender (LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi
Gotontalo,” Jurnal Ilmiah Society 1, no. 1, (2021): h. 3.
8
Destashya Wisna Diraya Putri, “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,” IPMHI Law
Jurnal 2, no. 1, (2022): h. 92.
Negara Amerika sangat fokus terhadap isu hak asasi LGBT, karena menurut mereka
dengan tidak adanya diskriminasi dan kriminalisasi terhadap orang-orang LGBT, maka
kehidupan LGBT akan berjalan sama ‘normalnya’ dengan orang-orang beteroseksual. PBB
telah bekerja dengan negara-negara anggota untuk menolak diskriminasi dan kriminalisasi
berdasarkan homofobia dan transphobia bagi LGBT. Hal ini sebagai bentuk pengakuan hak
asasi manusia bagi orang-orang LGBT dan hasilnya lebih dari 30 negara telah melegalkan
homoseksualitas dalam 20 tahun terakhir. 9

B. Umat (bangsa) yang Terkenal LGBT


Dalam Al-Qur’an, diceritakan sifat-sifat kaum (umat) Nabi Lut yang terkenal
homoseksual. Mereka tidak mau mengawini perempuan kecuali sangat gemar melakukan
hubungan seks dengan sesama laki-laki.10

Ketika Nabi Lut menawarkan beberapa orang perempuan cantik untuk dikawininya,
maka mereka menolaknya dengan mengatakan: Kami sama sekali tidak menginginkan
perempuan, karena kami sudah memiliki pasangan hidup yang lebih baik; yaitu laki-laki yang
berfungsi sebagai teman hidup yang dapat membantu kelangsungan hidup kami, ia pun bisa
digunakan untuk melampiaskan nafsu seksual. Oleh karena itu, ketika Nabi Lut didampingi
oleh para Malaikat utusan Allah yang bertampan pemuda rupawan, maka ia merasa cemas
karena dikiranya bahwa mereka itu adalah manusia biasa yang menemuinya. 11

Timbulnya kecemasan Nabi Lut, karena dibayangkannya bahwa tamu-tamunya itulah


yang akan menjadi rebutan yang hebat di kalangan kaumnya, karena mereka sangat gemar
terhadap pemuda- pemuda yang rupawan. Ia merasa bahwa gejolak yang ditimbulkan oleh
kaumnya dalam hal tersebut sulit diatasinya dan pasti menimbulkan banyak pengorbanan jiwa,
di samping itu juga malu terhadap tamunya itu. 12

Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan sifat-sifat kaum nabi Lut, antara lain
berbunyi:13

)ُ١٦٥ُ‫ُ(الشعراء‬.ُ‫ني‬ ِّ ِّ ِّ
َ ‫َأَتْتو َنُالذ ْك َرا َنُم َنُال َْعالَم‬

9
Destashya Wisna Diraya Putri, “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,” IPMHI Law
Jurnal 2, no. 1, (2022): h. 92.
10
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 34-35.
11
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 35.
12
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 35.
13
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 35.
Artinya: “(Nabi Lut berkata kepada kaumnya): Mengapa kamu mendatangi
(mengumpuli jenis laki-laki) di antara manusia?”. (QS. Al- Syu’arā [26]: 165)
Kegiatan tersebut dianggap Nabi Luth sebagai kebohodan, permusuhan, rusak dan dosa.
Ada beberapa hadis Rasulullah saw, yang menyatakan perbuatan dari kaum Nabi Luth:

.‫منُجتدهُيقومُأبعمالُأهلُلوطُفاقتلُاجلناة‬
Artinya: “Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah
kedua pelakunya.” (Abu Dawud, Juz. XIII, 1416/1996: 131).

ُ‫ُإنُأكثرُماُأخافهُ)غمره(ُأميتُهوُتصرفاتُأهلُلوت‬،ُ‫يفُالواقع‬
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum
Luth.” (Sunan at-Turmuzi, Juz. VI, t.th.:41).
Hukum Islam menyatakan bahwa homoseks ini disebut sebagai istilah “liwath“.
Perbuatan ini sangat identitik dengan kaum Nabi Luth, maka perbuatan yang dilakukan oleh
kaum ini adalah salah satu perbuatan yang keji dan dosa besar. Homoseks juga termasuk salah
satu perbuatan yang merusak unsur etika, fitrah manusia, agama, dunia, bahkan merusak
kesehatan jiwa. Allah Swt telah mengecam homoseks dengan siksa yang maksimal. Allah Swt
telah membalikkan bumi terhadap kaum Luth yang telah keterlaluan melakukan homoseks.14

Keberadaan LGBT di dunia sudah ada sejak lama, berawal dari waktu terawal fenomena
tersebut ditemukan yaitu abad ke- 19an. Pada abad ke-19, American Psychiatric Assosiation
(APA) masih menganggap homoseksualitas sebagai mental Disorder. Seperti pada
perkembangan diagnosis para pskiater di Amerika beserta rsetnya, pada tahun 1952 diagnosis
asli dan Statistik Manual of Mental Health (DSM) menetapkan bahwa homoksesual adalah
gangguan kepribadian sosiopat. 15

Seiring berjalannya waktu, komunitas orang-orang LGBT mendapatkan diskriminasi


yang berat dari masyarakat. Mulai dari dikeluarkan dari pekerjaan, dianggap sebagai orang
gila, sebagai kriminal, dan isu-isu diskriminasi lainnya. Pada tahun 1951, Donald Webster Cory
menerbitkan The Homoseksual di Amerika (Cory, 1951) yang menyatakan bahwa laki-laki gay
dan lesbian adalah kelompok minoritas yang sah. Hingga tahun 1950-1970an komunitas

14
Bintang Pratiwi, Ema Natalia Situngkir, dkk, “LGBT Bertopengkan HAM yang Menjarah
Karakteristik Pemuda Indonesia,” Jurnal Multidisiplin Indonesia 1, no. 3, (2022): h. 889-890.
15
Destashya Wisna Diraya Putri, “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,” IPMHI Law
Jurnal 2, no. 1, (2022): h. 92.
pendukung LGBT memunculkan gerakan meminta ditiadakannya diskriminasi terhadap
komunitas LGBT.16

C. Hukum LGBT
Hukum LGBT dibagi menjadi beberapa perspektif, diantaranya:
1. Hukum LGBT dalam perspektif Islam
Homoseksual berlaku hukuman bagi para pelakunya, karena dalil keharamannya
menurut ahli fiqh telah ditetapkan oleh Al-Qur’an seperti pada umat Nabi Luth.

ِ ٍ ‫شةَ ما سب َق ُكم ِِبا ِمن أ‬ ِ ِ ِ ِ َ َ‫ولُوطًا إِ ْذ ق‬


‫ال‬
َ ‫الر َج‬ َ ‫َحد م َن ال َْعال َِم‬
ِ ‫) إِنَّ ُك ْم لَتَأْتُو َن‬80( ‫ني‬ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ‫ال ل َق ْومه أ َََتْتُو َن الْ َفاح‬ َ
ِ
)81( ‫ساء بَ ْل أَنْتُ ْم قَ ْوٌم ُم ْس ِرفُو َن‬ ِ ِ ِ
َ ‫َش ْه َوةً م ْن دُون الن‬
Artinya; Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?" Sesungguhnya kalian
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita,
bahkan kalian ini adalah kaum yang melampaui batas." (QS. Al-A’raf [7]: 80-81)
Menurut Imam al-Shirazi, dari ayat di atas, Allah menyebut liwāṭ dengan kata fāḥishah
(perbuatan keji), hal ini menjadi dalil atas diharamkannya liwāṭ. Adapun hadis yang
menerangkan larangan homoseks, baik terhadap sesama jenis lelaki (gay) maupun sesama
perempuan (lesbi). Hadis dari Abū Mūsā, Rasulullah bersabda: "Apabila lelaki menggauli
lelaki, maka keduanya berzina, dan apabila wanita menggauli wanita, maka keduanya
berzina” (HR. al-Bayhaqi).17

Dalam Fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014 tentang lesbian, gay, sodomi, dan pencabulan,
dengan tegas MUI memfatwakan bahwa pelaku sodomi (liwāṭ) baik lesbian maupun gay
hukumnya adalah haram dan merupakan bentuk kejahatan, dikenakan hukuman ta'zīr yang
tingkat hukumannya bisa maksimal yaitu sampai hukuman mati. Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dalam Musyawarah Nasional II Tahun 1980, telah mengeluarkan Fatwa tentang
Operasi Perubahan kelamin. Dalam fatwa tersebut ada 3 hal yang diputuskan:

a. Merubah jenis kelamin laki laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram,
karena bertentangan dengan al-Qur’an surat al-Nisā’ ayat 19 dan bertentangan pula
dengan jiwa syara’.

Destashya Wisna Diraya Putri, “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,” IPMHI Law
16

Jurnal 2, no. 1, (2022): h. 92.


17 Rustam DKA Harahap, “Lgbt di Indonesia: Perspektif Hukum Islam, HAM, Psikologi dan Pendekatan

Maṣlaḥah,” Al-Ahkam 26, no. 2 (October 2, 2016): 234.


b. Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis
kelamin semula sebelum diubah.
c. Seorang banci yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan kelaki-lakiannya.
Demikian pula sebaliknya, dan hukumnya menjadi positif (laki-laki).

Para imam mazhab kecuali Hanafi? menetapkan hukuman rajam hingga mati bagi pelaku
homoseksual. Sedangkan Hanafi berpandangan, hal ini termasuk maksiat yang tidak
ditetapkan secara pasti oleh Allah, maka dihukum ta’zir, karena bukan bagian dari zina. Para
ulama fiqh berbeda pendapat tentang hukuman homoseks, di antaranya adalah:

a. Dibunuh secara mutlak.


b. Di had seperti had zina. Bila pelakunya jejaka maka didera dan rajam apabila di telah
menikah.
c. Dikenakan hukum ta’zir.18

2. Hukum LGBT Dalam Perspektif HAM

Hal yang menjadi fokus permasalahan adalah bagaimana perlakuan dan sikap bangsa
Indonesia, terhadap perilaku seksual menyimpang kaum LGBT yang melakukan perbuatan
tersebut dilandasi dengan asas kebebasan HAM. Indonesia merupakan negara yang masih
kental dengan ajaran agama, moral, dan etika yang telah berkembang di masyarakat. Perilaku
“menyimpang” kaum LGBT tidak bisa diterima, karena selalu ada alasan alasan mendasar
dari masyarakat untuk menolak pelaku dan perilaku seksual menyimpang, baik itu didasari
atas ajaran agama maupun budaya, meski tidak semua masyarakat menolak sikap
diskriminasi yang dirasakan oleh kaum LGBT yang dianggap sebagai pelanggaran HAM.
Kaum LGBT pasti ada di setiap belahan dunia, mereka adalah bagian dari anggota
masyarakat, etnis, dan agama tertentu. Mereka juga manusia yang harus dihormati haknya,
akan tetapi di beberapa negara (termasuk Indonesia) mereka mengalami diskriminasi yang
disebabkan oleh identitas dan orientasi seksual.19

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa untuk Hak Asasi Manusia melaporkan
bahwa: “hampir di semua wilayah, terdapat orang yang mengalami kekerasan dan

18
Hasan Zaini, “Lgbt Dalam Perspektif Hukum Islam.,” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 15, no. 1 (March
18, 2017): 65–74.
19
Roby Yansyah and Rahayu Rahayu, “Globalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT);
Perspektif HAM dan Agama Dalam Lingkup Hukum di Indonesia.,” LAW REFORM 14, no. 1 (March 29, 2018):
132–146.
diskriminasi karena orientasi seksual atau identitas gender mereka. UDHR 1948 memang
tidak menentukan bahwa orientasi seksual pria harus kepada wanita atau sebaliknya, akan
tetapi hal itu tidak secara serta merta berarti bahwa perilaku kaum LGBT harus diperbolehkan
dan didukung. UDHR 1948 mengatur pembatasan, dalam Pasal 29 (2) dinyatakan bahwa;
“Dalam melaksanakan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang semata-mata dengan
tujuan menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi persyaratan moralitas, ketertiban umum yang adil. dan
kesejahteraan umum dalam masyarakat demokratis (UDHR 1948).

UU nasional, Pasal 28J (2) UUD NRI 1945, Pasal 69 (1), dan 73 UU HAM No. 39/1999,
telah ditentukan pembatasan yang intinya bahwa setiap orang yang memiliki HAM juga harus
menghormati HAM orang lain, menghormati pembatasan yang ditentukan oleh UU,
memenuhi persyaratan moral, etika, tata tertib kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, nilai - nilai agama, serta menjaga keamanan dan ketertiban umum masyarakat
demokratis. Dalam peraturan perundang - undangan telah ditetapkan pembatasan bahwasanya
pernikahan yang diakui adalah pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan agama,
dan pernikahan adalah dilakukan oleh seorang pria dan wanita (UU Perkawinan No. 1/1974).
Seandainya kaum LGBT melakukan perilaku seksual menyimpang bukan untuk berkeluarga
atau menikah, dalil penolakan justru semakin menguat. Secara moral, etika, nilai agama, dan
ketertiban masyarakat, hubungan seksual tanpa menikah antara lelaki dan perempuan tidak
dibenarkan oleh masyarakat, apalagi jika ditambah dengan perilaku seksual tersebut
menyimpang dari fitrahnya. 20

3. Hukum LGBT Dalam Perspektif Hukum Pidana

Dalam hukum positif Indonesia KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) legalitas
LGBT itu tidak ada. Akan tetapi ada aturan pidana terkait hubungan sesama jenis yang
terdapat dalam Pasal 292 KUHP yang berbunyi: “Orang yang cukup umur, yang melakukan
perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”. Dari
Pasal 292 KUHP di atas dapat kita ketahui bahwa jerat pidana bagi pelaku homoseksualitas
memang ada, yakni apabila dilakukan oleh orang dewasa kepada anak di bawah umur yang

20
Yansyah and Rahayu, “GLOBALISASI LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER
(LGBT).”
berjenis kelamin sama. Namun, memiliki sifat penyuka atau ketertarikan dengan sesama jenis
tidak dipidana, tetapi apabila diikuti dengan perbuatan cabul, maka pelakunya dapat
dipidana.21

Perkembangan LGBT makin berkembang di Indonesia, pelakunya juga merupakan


sesama orang dewasa. Fakta diperkuat dengan terungkapnya kasus pesta seks gay yang
berlangsung di apartemen wilayah Jakarta Selatan pada September 2020. Di promosikan
melalui media sosial satu bulan yang lalu. Terungkapnya kasus ini menguak fakta bahwa
komunitas gay tersebut sudah ada sejak 2018 dengan jumlah anggota 80 sampai 150 orang
dan sudah enam kali menggelar kegiatan serupa. Peserta dan panitia penyelenggara dalam
kasus pesta gay berusia 20 hingga 40 tahun, dan tidak ditemukan peserta dibawah umur.
Dalam penggrebekan tersebut, penyidik Polda Metro Jaya menetapkan 9 orang sebagai
tersangka, karena sebagai penyelenggara pesta gay, sedangkan 47 orang lain yang menjadi
peserta tidak ditahan dan hanya berstatus sebagai saksi. Pasal 292 KUHP tidak secara tegas
melarang homoseksual yang dilakukan antar orang dewasa. Semoga wacana ini dapat
terealisasi dalam RUU KUHP Indonesia sehingga bukan hanya perbuatan homoseksual
terhadap anak-anak dibawah umur saja tetapi terhadap orang dewasa juga dapat dikenai
pidana.22

4. Hukum LGBT di Luar Negeri


Pasal 16 UDHR 1948 menyatakan bahwa:
a. Pria dan wanita usia penuh, tanpa batasan apa pun karena ras, kebangsaan atau
beragama, mempunyai hak untuk menikah dan menikah menemukan sebuah keluarga.
Mereka berhak mendapatkan kesetaraan hak-hak mengenai perkawinan, selama
perkawinan dan pada saat pembubarannya

b. Pernikahan harus dimasuki hanya dengan gratis dan penuh persetujuan dari calon
pasangan.

Adanya UDHR 1948, banyak kelompok LGBT yang berusaha untuk mendapatkan
penerimaan universal dari masyarakat dunia. Fakta bahwa UDHR 1948 tidak secara khusus
menentukan orientasi seksual kepada lawan jenis, yang memungkinkan hak LGBT untuk

21
Fatimah Asyari, “Lbgt Dan Hukum Positif Indonesia.,” LEGALITAS: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum 2, no.
2 (April 2, 2018): 57–65.
22
Agung Rizki Lutfi Hidayat, “Penegakan Hukum Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) dalam
Perspektif Hukum Pidana” (July 24, 2021), accessed October 7, 2023,
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/2990.
mengekspresikan orientasi seksual mereka. Sebenarnya UDHR 1948 sama sekali tidak
menyebutkan hal-hal mengenai orientasi seksual, hanya beberapa pasal yang menyangkut hak
manusia untuk menikah dan membangun keluarga. 23

Pasal 2 UDHR 1948 juga menyatakan bahwa, setiap orang berhak atas semua hak dan
kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini, tanpa pembedaan apapun, misalnya ras, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik atau lainnya, nasional atau asal usul sosial,
harta benda, kelahiran atau lainnya status"

Semakin banyak orang yang secara terbuka mengekspresikan orientasi seksual mereka
dan menuntut hak-hak mereka termasuk LGBT. Pemerintah di beberapa negara mulai membuat
undang-undang yang menerima LGBT serta undang-undang anti- diskriminasi, seperti
Belanda, Prancis, Denmark, dan Inggris. Belanda salah satu negara yang menjadi pelopor di
Uni Eropa dalam memperjuangkan hak-hak kaum LGBT dengan membuktikan beberapa
program yang pro terhadap kaum LGBT yang didukung oleh negara- negara Uni Eropa.
Globalisasi LGBT terus meningkat, sehingga diperkirakan di tahun-tahun mendatang, akan ada
perkembangan isu utama hak-hak LGBT dalam skala global. 24

Parlemen Eropa mengumumkan Uni Eropa sebagai "zona merdeka" LGBT, sebagai
respons atas kebijakan Polandia. Deklarasi itu mendapatkan dukungan dari 492 anggota
parlemen, dengan 141 menolak dan 46 lainnya abstain. Anggota parlemen dari Jerman, Terry
Reintke, mengaku senang karena usulan itu mendapatkan mayoritas meyakinkan dan dia
mengatakan di Twitter, "Mari, terapkan ini dalam bentuk politik praktis. Hukum yang baik,
penegakan yang baik, dan perlindungan yang baik". Pengumuman "zona merdeka" LGBT
dibuat Brussels setelah pemerintah lokal di Polandia menyatakan, "bebas dari ideologi LGBT".
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mendukung deklarasi di Uni Eropa, jelang debat
parlemen. "Menjadi diri Anda itu bukanlah ideologi. Itu identitas Anda. Tak ada yang berhak
merampasnya, Uni Eropa merupakan rumah kalian. Eropa adalah Zona Merdeka LGBTIQ. Dia
juga mendesak agar negara-negara di Uni Eropa bersedia mengesahkan pasangan sesama jenis
boleh melakukan adopsi.

23 Yansyah and Rahayu, “GLOBALISASI LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER

(LGBT).”
24 “Uni Eropa Dideklarasikan Sebagai ‘Zona Merdeka’ Bagi LGBT,” accessed October 8, 2023,

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/12/081953270/uni-eropa-dideklarasikan-sebagai-zona-
merdeka-bagi-lgbt.
Di Amerika Serikat perayaan kemerdekaan 4 Juli 2015 yang lalu dikatakan sebagai
kemenangan bagi kaum LGBT di Amerika Serikat. Tanggal 26 Juni sebelumnya, Supreme
Court Amerika Serikat memutuskan bahwa konstitusi Amerika menjamin pernikahan sesama
jenis. Hakim Agung Kennedy sebagaimana yang dikutip harian New York Times mengatakan
“Mereka meminta persamaan martabat di mata hukum, Konstitusi memberi mereka hak
tersebut”. Ribuan warga LGBT di seluruh negara bagian Amerika Serikat bergembira, bahkan
Presiden Barack Obama mengatakan bahwa keputusan ini mengafirmasi adanya kepercayaan
masyarakat Amerika bahwa mereka diperlakukan secara sama di mata hukum.

Keputusan dua dekade sebelumnya, Amerika Serikat pada medio 90 an, sangat tertutup
dengan isu sensitif tersebut, walaupun negara-negara barat lain seperti Denmark, Belanda dan
Belgia bersikap terbuka dengan mengakui hubungan sesama jenis. Presiden Bill Clinton pada
tahun 1996 meloloskan undang-undang Domestic Marriage Act yang menyatakan dengan jelas
definisi pernikahan, “kesatuan yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
sebagai suami istri”. Semasa Presiden Bill Clinton pula terdapat kebijakan dalam institusi
militer berinisial DADT (don’t ask don’t tell) yang melarang setiap anggota militer untuk
berbicara mengenai orientasi seksual. Apabila terdapat personel militer yang secara terbuka
menyatakan bahwa dia adalah gay atau lesbian maka kehadirannya beresiko tinggi menurunkan
standar moral, disiplin, kepatuhan perintah dan melunturkan hubungan sesama personel.
Namun entah kenapa hanya berselang dua dekade, pemerintahan federal melalui Mahkamah
Agung Amerika Serikat mematahkan dua kebijakan anti gay tersebut, berubah 180 derajat dari
yang menolak lalu kemudian mengakui secara hukum.

Peran media sangat penting dalam membentuk arus utama opini tentang keabsahan SSM.
Serial-serial tv di negara barat sudah mulai memperkenalkan jenis hubungan percintaan sesama
jenis sebagai suatu hal yang wajar. Mulai dari Sex and The City hingga Game of Thrones,
masyarakat dianggap pada tayangan-tayangan tersebut menerima keberadaan hubungan
sesama jenis. Media cetak pun turut mempromosikan SSM. Sejak tahun 2004, ketika
Massachusetts melegalkan pernikahan sesama jenis, harian New York Times dalam kolom
wedding rutin menayangkan pasangan-pasangan homoseksual yang akan menikah sejajar
dengan pasangan heteroseksual lainnya.

Faktor kedua yang tak kalah penting adalah banyaknya figur-figur berpengaruh yang
menginspirasi kalangan LGBT untuk menuntut negaranya mengakui hubungan SSM. Contoh
adalah pernikahan Perdana Menteri Luxemburg Xavier Bettel dan Gauthier Destenay pada Mei
2015 yang mendapatkan atensi yang luas baik dari negara-negara sahabat maupun dari media.
Pernikahan itu bahkan disorot oleh kamera TV layaknya pernikahan William dan Kate.
Fenomena Same Sex Marriage

Same sex marriage merupakan sebuah fenomena. Berdasarkan sebuah studi yang
dilakukan oleh Joseph Chamie dan Barry Mirkin ditemukan di negara-negara barat sudah ada
pada abad 20. Denmark tercatat sebagai negara barat pertama yang mengakui SSM. Kemudian,
Belanda pada awal abad 21. Di Amerika Serikat, California adalah negara bagian pertama yang
mengakui SSM pada tahun 1999, walaupun kemudian peraturan ini dicabut. Massachusetts
melegalkan pada tahun 2004 yang disusul oleh New York dan Washington pada tahun 2012.
Dikatakan fenomena karena banyak negara barat yang mengakui jenis pernikahan ini dan
kebijakan ini berdampak luas, termasuk mempengaruhi negara-negara barat lain untuk
melakukan hal yang serupa. 25

D. Dampak dan Penanggulangan Penyimpangan Seksual LGBT

Dampak dari penyimpangan seksual dapat merugikan pelaku, pasangannya, dan lain-lain.
jika pada zaman dahulu kaum Sodom dihancurkan dengan kehancuran yang sangat dahsyat
akibat dari perbuatan mereka, maka saat ini kita dapat melihat dampak negatif dari Perilaku
homoseksual atau LGBT, yaitu dengan munculnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, Virus ini dikenal sebagai HIV dan penyakit
yang ditimbulkannya adalah AIDS. HIV dan AIDS merupakan jenis penyakit baru yang
ditemukan di kota-kota besar Amerika pada tahun 1980-an. HIV merupakan singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus, sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrome. Jadi, HIV adalah virus penyebab penyakit AIDS. Penyakit ini
merupakan penyakit kelamin yang awalnya dialami oleh kelompok homoseksual. 26

Dampak negatif bagi pelaku LGBT bukan hanya penyakit HIV/AIDS. Tetapi masih
banyak lagi jenis penyakit kelamin yang bisa menyerang para pelaku penyimpangan seksual,
diantaranya yaitu:

25“Alasan Amerika Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis Halaman 1 - Kompasiana.Com,” accessed October 8,
2023, https://www.kompasiana.com/saumiere/55c1bd514f7a61de1839fde7/alasan-amerika-melegalkan-
pernikahan-sesama-jenis?page=1&page_images=1.
26
Huzaemah Tahido Yanggo, “Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam” (n.d.):
hal. 16.
1. Sifilis atau raja singa. Sifilis atau raja singa. Ini adalah penyakit kelamin yang disebabkan
oleh bakteri treponema pallidum yang berbahaya bagi penderita dan keturunannya. Sifilis
dapat menular melalui vagina atau anus, seks oral, ciuman dan kontak kulit ke kulit.
2. Gonorrhea (kencing nanah), adalah salah satu penyakit kelamin yang berbahaya, biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang melakukan hubungan seks tanpa aturan. Penyakit Alat
kelamin ini mudah menular akibat peradangan disebabkan oleh bakteri gonokokus,
neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasinya sekitar 2-7 hari. Gejala Gonorrhea lebih jelas
terlihat pada pria, misalnya keluarnya cairan bernanah dari saluran urin yang terasa
membakar. Penyakit yang menyerang alat kelamin ini termasuk salah satu faktor membuat
seseorang menjadi mandul, menimbulkan penyakit kencing batu, membuat
penderitamerasa kesakitan ketika buang air kecil, sakit kepala yang pada akhirnya merusak
paru-paru, hati, dan lambung.
3. Uretritis dan Klamidia Nonspesifik Nongonococcal, adalah kondisi medis yang
menyebabkan peradangan pada uretra pria. Penyakit ini paling sering berkembang dari
mikroorganisme mirip bakteri yang disebut clamydia trachomatis. Infeksi klamidia
ditularkan melalui seks oral, vaginal dan anus.27
4. Herpes genital (herpes kelamin), adalah penyakit kulit yang ada didaerah kemaluan.
Disebabkan oleh virus herpes simpleks. Ciri khasnya adalah gelembung-gelembung kecil
berisi getah bening, letaknya berkumpul, dan terasa membakar. Terkadang disertai gejala
sakit kepala, gatal-gatal, dan demam.
5. Hepatitis B. Seperti HIV, virus hepatitis B dalam darah dan cairan tubuh dan dapat
ditularkan melalui hubungan seksual secara seksual, dengan berbagi jarum suntik atau
menerima transfusi darah yang terinfeksi. Penyakit ini menyerang sel hati dan bisa
menyebabkan cirrhosis atau bahkan kanker hati. 28
Penyimpangan seksual LGBT tidak hanya menimbulkan bahaya untuk pribadi atau
individu saja, tetapi juga bisa menimbulkan dan menularkan virus-virus berbahaya kepada
orang disekitarnya. Selain dampak secara kesehatan, LGBT juga berdampak pada kehidupan
sosial, politik, ekonomi, sosiologis, psikologis bahkan keagamaan, contohnya:
1. Suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat pelaku LGBT, maka akan menimbulkan
hilangnya keberkahan dan rasa aman, karena tersebarnya kerusakan di masyarakat.

27
Yanggo, “Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam,” hal. 21.
28
Yanggo, “Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam,” hal.22.
2. Berdasarkan pesan dalam Al-Qur’an, bahwa suatu tindakan yang berdosa akan
mendatangkan musibah dan azab bagi pelakunya di suatu negeri. Jika itu telah terjadi maka
azab itu tidak hanya menimpa kaum yang berdosa saja tetapi juga mengenai pada mereka
yang beriman.
3. Dikhawatirkan juga munculnya wabah penyakit akibat perilaku seks menyimpang secara
luas di masyarakat, penyakit-penyakit tersebut bisa menulari siapa saja bahkan kepada
seseorang yang tidak tersangkut sama sekali dengan tindakan menyimpang tersebut.
4. Tindakan homoseksual bisa merusak moral dan akhlak, menyebabkan adanya guncangan
pada jiwa dan kelamahan sel-sel syaraf karena pelaku LGBT hanya mementingkan hawa
nafsu saja.
5. Orang yang memilki penyakit homoseksual dan tidak ada niat untuk menyembuhkannya
akan ada dalam tekanan dan merasa terkucilkan dalam masyarakat, yang bisa
mengakibatkan pergaulannya terbatasi. Sebaliknya orang yang menjadikan perilaku
homoseksual sebagai gaya hidupnya di khawatirkan akan mempengaruhi lingkungan dan
orang-orang di sekelilingnya.
6. Pelaku homoseksual yang berkecimpung dengan masyarakat dan turut berpartisipasi
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan bisa mendorong dibentuknya aturan dan hukum
yang bisa melegalkan perilaku homoseksual, padahal secara agama dan moral perilaku ini
jelas-jelas terlarang.
7. Banyaknya pelaku homoseksual bisa mempengaruhi struktur kemasyarakatan dan bisa
membawa pada perubahan sosial yang bisa mengarahkan masyarakatnya untuk menerima
hidup berdampingan dengan perilaku penyimpangan seksual lainnya dengan dalih hak
asasi atas kehidupan yang disamaratakan.
8. Pelaku homoseksual yang memperturutkan hawa nafsunya juga menderita kerugian secara
ekonomi karena akan berusaha menuruti keinginannya setiap saat (melalui prostitusi atau
tindakan munkar lainnya).
9. Tindakan homoseksual juga bisa merusak kehormatan dan kesucian dari laki-laki akibat
pelampiasan hawa nafsu yang berlebih-lebihan. Selain itu juga tindakan homoseksual bisa
merusak kehormatan dan kemuliaan dari wanita (isteri-isteri) karena mereka ditinggalkan
oleh laki-laki yang tidak meninggikan akhlak mereka. Akibat tindakan homoseksual dari
laki-laki juga menjadi penyebab munculnya tindakan homoseksual antar-wanita yang
disebut dengan lesbianisme
10. Tindakan homoseksual bisa mengurangi jumlah anggota masyarakat karena terputusnya
jalur perkembangbiakkan manusia (tidak adanya keturunan). Hubungan seks antara
sesama jenis selain telah melanggar batas kefitrahan dan kepatutan terhadap hubungan
seks, juga bisa memutus mata rantai kelanjutan generasi kemanusiaan. Karena salah satu
tujuan dari hubungan seks yang manusiawi adalah untuk perkembangbiakkan manusia,
sementara tindakan homoseksual tidak akan melahirkan generasi baru yang bisa
melanjutkan mata rantai kehidupan.29

E. Penanggulangan Penyimpangan Seksual LGBT


Untuk mencegah adanya penyimpangan seksual LGBT, dibutuhkannya peran orang tua
serta pendidikan seks dan pendidikan agama. Anak-anak dan remaja membutuhkan pendidikan
seksual yang dapat mengajarkan mereka betapa berharganya tubuh mereka dan cara
merawatnya. Dimulai dengan menjelaskan dampak negatif dan akibat dari penyimpangan
seksual ini. Pendidikan agama juga tidak kalah pentingnya dalam hal ini. Penanaman karakter
keagamaan sangat diperlukan untuk mengembangkan budi pekerti dan akhlak yang sesuai
dengan agama.30
Peran pemerintah untuk mengatasi penyimpangan ini juga sangat diperlukan. Peran
pemerintah dapat berbentuk formal, baik di tingkat nasional maupun daerah, seperti dengan
Undang-Undang pornografi, Undang-Undang perkawinan dan lain-lain.31 Kemudian dengan
menjaga pergaulan, menutup semua celah pornografi, terutama pada gadget, maka orang tua
harus selalu mengawasi anak-anaknya ketika sedang bermain gadget, dan mengadakan seminar
mengenai bahaya LGBT di sekolah-sekolah.32

F. Cara Pasangan LGBT mendapatkan anak

Karena LGBT adalah pasangan sesama jenis, lalu bagaimana mereka bisa mendapatkan
anak, sedangkan mereka memiliki sel-sel yang sama, yang tidak memungkinkan adanya
pembuahan. Maka, untuk mendapatkan anak para LGBT melakukan hal-hal ini, diantaranya:

1. Adopsi anak

29
Yanggo, “Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam,” hal. 23-24.
30
Kompasiana.com, “Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Seks LGBT,” KOMPASIANA, last
modified August 10, 2022, accessed October 4, 2023,
https://www.kompasiana.com/feryanfirmansyah/62f314343555e407b4051914/upaya-pencegahan-perilaku-
penyimpangan-seks-lgbt.
31
Kompasiana.com, “Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Seks LGBT.”
32
“LGBT, Faktor Penyebab, Dampak Dan Cara Mengatasinya,” Rmol.id, accessed October 4, 2023,
https://publika.rmol.id/read/2018/02/06/325739/lgbt-faktor-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya.
Adopsi memiliki arti mengambil anak orang lain untuk dijadikan anak sendiri, sehingga
memutuskan hubungan antara orangtua kandungnya, serta segala urusan perwalian dan waris
jatuh kepada orangtua angkat tersebut. Biasanya LGBT mengadopsi anak orang lain untuk
dijadikan anak mereka. Di Jerman, Mereka bisa mengadopsi anak dari pasangan mereka, jika
sebelumnya memiliki anak, atau mengadopsi anak dari dalam negri, dan bisa juga
mengadopsi anak dari luar negri melalui agen khusus pengadopsian anak.
2. Surogasi atau ibu pengganti
Surogasi adalah perjanjian yang dilakukan oleh pasangan suami-istri yang tidak dapat
mempunyai anak, dengan seorang wanita atau ibu yang mampu mengandung anak dari benih
suami-istri tersebut. Surogasi ini seperti halnya memimjam rahim seorang wanita untuk
mengandung. Biaya surogasi adalah berkisar antara 95.000 - 150.000 US dolar atau sekitar
Rp1,3 miliar - 2 miliar. Harga ini di luar biaya lain-lain yang mungkin saja ditimbulkan.33 Di
Indonesia surogasi ini diilegalkan, tetapi ada negara lain yang mengilegalkan surogasi juga,
yaitu negara Jerman.
3. Mengasuh anak
Mengadopsi anak dan mengasuk anak adalah dua hal yang berbeda. Jika mengadopsi
anak, mereka bisa mengambil hak asuh anak tersebut dan bisa memutuskan hubungan antara
anak dan orangtua kandungnya. Jika mengasuh anak, mereka hanya bisa merawatnya
sementara, mungkin sekitar 2-3 tahun. Setelah itu anak asuh mereka akan dikembalikan
kepada orang tua kandungnya.

G. Hak Waris LGBT


Menurut perspektif hukum perdata, pembagian harta waris bagi anak yang melakukan
pergantian jenis kelamin tetap akan mendapatkan harta warisan yang sama besarnya dengan
ahli waris lainnya. Contohnya, adanya pasutri yang memiliki 2 orang anak. Salah satu anak
mereka ada yang mengalami kelainan seksual sehingga harus mengubah jenis kelaminnya dari
yang awalnya perempuan menjadi laki-laki, maka ia dan saudaranya sama-sama mendapatkan
harta warisan dari orang tuanya sebesar 50% dan juga 50% (sama jumlahnya). Karena dalam
hukum waris perdata Indonesia tidak mengklasifikasikan terkait jenis kelamin dan hanya
mengatur bahwa bagian yang didapatkan tiap-tiap ahli waris sama besarnya.

33
I. D. N. Times and Dahli Anggara, “5 Fakta Tentang Surogasi (Ibu Pengganti) yang Harus Kamu
Ketahui,” IDN Times, accessed October 7, 2023, https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-
anggara/fakta-tentang-surogasi-ibu-pengganti-c1c2.
Sedangkan menurut perspektif hukum Islam, sistem waris berpedoman pada KHI
(Kompilasi Hukum Islam). Menurut KHI jenis kelamin merupakan hal penting karena dapat
mempengaruhi hak waris, besarnya hak waris bagi laki-laki adalah dua, sedangkan perempuan
satu. Dalam KHI penetapan waris bagi seseorang yang melakukan pergantian jenis kelamin,
contohnya dari kelamin laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya, maka penetapan hak
warisnya berdasarkan pada jenis kelamin semula atau asalnya. Karena pada hakikatnya akibat
dari perubahan jenis kelamin ini mengakibatkan seseorang yang awalnya laki-laki kemudian
menikah menjadi perempuan maka ia mendapatkan nafkah. Namun hal ini bukan suatu
penghalang untuk mendapat warisan sebagai anak laki-laki karena jenis kelaminnya semula
laki-laki atau sebaliknya. Warisan merupakan hal penting dalam kehidupan dan tidak bisa
ditutupi untuk dijadikan sebab seseorang untuk berpindah kelamin kapan pun dan dimana pun.
Berdasarkah landasan hukum dari kaidah tersebut telah jelas bahwa ketika seseorang
ingin mengubah bentuk tubuh fisik dandanan dan berbagai bentuk lainnya namun mereka tidak
akan bisa mengubah ketentuan kodrat yang telah allah SWT ciptakan tersebut. Begitu pula
dengan keadaan khuntsa musykil ini karena pada hakikatnya sebagai laki-laki atau perempuan
namun dari bentuk gaya dandanan bertindak sebagai lawan jenis dari kelamin yang dimilikinya.
Hakikatnya kelamin yang ia miliki tidak bermasalah jadi yang patut dibentuk adalah karakter
yang tidak sinkron dengan kelamin yang dimilikinya. Oleh karena itu untuk perihal kewarisan
hal ini tetap berdasarkan kelamin semula sebagaimana ia dilahirkan. Ketika melakukan
perubahan jenis kelamin akibat karakter yang berlawanan namun bentuk tubuh dan ciri-ciri
khas dari laki-laki atau perempuan tidak ada maka kewarisannya tetap pada status awal
sebelum ia operasi yakni laki-laki. Karena pada hakikatnya kelamin yang ia miliki normal
namun dari bentuk gaya saja yang tidak sinkron dengan kelamin yang ia miliki. 34

H. UUD Tentang Pengesahan Pernikahan Sesama Jenis


Komnas HAM Indonesia tidak pernah membicarakan persoalan legalitas hukum hubungan
sesama jenis, karena perilaku pernikahan sesama jenis bertentangan dengan landasan hukum
di Indonesia. Pernikahan sesama jenis tidak dapat dilakukan di Indonesia, karena pernikahan
pada dasarnya terjadi antara laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, hukum agama dalam Islam
dan Katolik melarang keras pernikahan sesama jenis.35

34
Ucik Fatimatuzzahro, Yohanna Andriani N. H., dkk. “Analisis Hukum pembagian Waris Anak Yang
Berganti Jenis Kelamin Berdasar Perspektif Hukum Perdata dan Islam”, Jurnal Hukum, Politik Dan Ilmu Sosial
(JHPIS) Vol.2, No.1 Maret 2023. Hal 36-39.
35
Sanawiah Sanawiah, “Perkawinan Sejenis Menurut Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Hukum
Islam,” Anterior Jurnal 16, no. 1 (December 1, 2016): hal. 82.
I. LGBT dalam Berbagai Perspektif
1. LGBT dalam Perspektif Agama
Agama yang diakui di Indonesia tidak membolehkan perilaku seksual yang menyimpang,
sebagaimana disebutkan dalam Alquran: “Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, maka kalian ini adalah
kaum yang melampaui batas” (QS. Al-A’rāf [7]: 81). Dalam Islam, LGBT adalah tindakan
yang sangat hina, hal itu ditunjukkan dalam sebuah surat Luth, dalam surat tersebut,
diceritakan bagaimana Allah marah besar dan menghukum sekelompok orang yang
melakukan tindakan homoseksual. Alkitab juga menyatakan dengan jelas bahwa Allah
merancang bahwa seks dilakukan hanya antara pria dan wanita, dan hanya dalam ikatan
perkawinan (Kejadian 1:27, 28; Imamat 18:22; Amsal 5:18, 19), Alkitab mengutuk
perzinahan, yang termasuk perilaku homoseksual serta heteroseksual terlarang (Gal 5: 19-
21).36

2. LGBT dalam Perspektif HAM

Di Indonesia sendiri terdapat pro dan kontra dalam memandang perilaku LGBT tersebut.
Ketika manusia mengkaitkan LGBT dengan agama, secara otomatis perilaku LGBT
bertentangan dengan semua norma-norma agama yang diakui di Indonesia. Tiada suatu
agama pun di Indonesia yang menyatakan persetujuannya dan dukungannya terhadap
perilaku LGBT. Hal ini dapat kita ketahui dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Nomor 57 Tahun 2014 tentangLesbian, Gay, Sodomi, dan Pencabulan.13 Fatwa ini
menegaskan bahwa aktifitas dan tindakan LGBT diharamkan sebab merupakan salah satu
bentuk kejahatan. Sehingga dengan adanya Fatwa MUI tersebut yang notabene adalah
representatif dari negara di bidang keagamaan menguatkan akan hal dilarangnya dan tidak
diakuinya LGBT di Indonesia. 37

Tentu hal tersebut tidak serta merta disetujui dan disepakati oleh masyarakat Indonesia
terutama oleh para aktivis hak asasi manusia. Jika kita melihat istilah hak asasi manusia,
yang membela gagasan dan nilai-nilai manusia dan diterapkan secara menyeluruh,

36
Meity Marhaba, Cornelius Paat, John Zakarias, “Jarak Sosial Masyarakat Dengan Kelompok Lesbian
Gay Biseksual Dan Trangender (LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi
Gotontalo,” Jurnal Ilmiah Society 1, no. 1, (2021): h. 4.
37
Anisa Fauziah, Sugeng Samiyono, Fithry KhairiyatiJurnal, “Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Trangender ( LGBT ) dalam Perspektif Hak Azasi Manusia,” Surya Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum
dan Keadilan 11, no. 2, (2020): h. 156-157.
sepertinya dengan ini hak asasi manusia bergema di semua budaya dan tradisi. Oleh sebab
itu, hak asasi mnusia adalah panggilan krusial untuk orang-orang yang mencari perdamaian
dan keadilan secara terus menerus di dunia. 38

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sendiri berpendapat bahwa
orientasi seksual merupakan hak asasi manusia seseorang. Oleh karena itu Komnas HAM
merasa LGBT berhak untuk melakukan kebebasan orientasi seksualnya. 16 Tentu pendapat
Komnas HAM tersebut sangat bertentangan dengan UUD 1945 dan substansi yang terdapat
pada butir-butir Pancasila. Orientasi seksual yang seharusnya dan selazimnya adalah
orientasi seksual antar pria dan wanita, bukan orientasi seksual terhadap sesama jenis.
Ketika seseeorang itu melakukan orientasi seksualnya dengan sesama jenis maka dapat
enimbulkan keresahan dalam masyarakat. Termasuk juga melanggar nilai nilai agama dan
moral seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 28J ayat (2) c Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.39

3. LGBT dalam Perspektif Kesehatan

Igartua (2009) mengatakan bahwa homoseksual dan biseksual mempunyai dampak yang
lebih besar terhadap permasalahan kesehatan, baik secara fisik ataupun secara mental dari
pada heteroseksual. Igartua (2009) juga menjelaskan bahwa homoseksual dan biseksual
secara umum bukan hanya mengikat dan menyebabkan diri seseorang pada bahaya perilaku
seksual, tetapi juga dapat diikuti oleh alcohol dan penyalahgunaan obat (drugs). Temuan
tersebut juga didukung oleh Noell & Ochs (2001), yang mendeskripsikan negative orientasi
seksual (homoseksual dan biseksual) mempunyai kecenderungan untuk menggunakan
rokok, alkohol, penyalahgunaan obat (drug abuse), atau bahkan mengalami depresi dan
melakukan bunuh diri dibandingkan dengan individu yang mempunyai orientasi seksual
yang wajar (heteroseksual). Selanjutnya, Hernandez dkk (2009) juga menemukan bahwa
homoseksual gay dan laki-laki biseksual mempunyai kesehatan yang lebih rawan dan
bahaya perilaku seksual yang lebih tinggi dibanding laki-laki heteroseksual. 40

38
Anisa Fauziah, Sugeng Samiyono, Fithry KhairiyatiJurnal, “Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Trangender ( LGBT ) dalam Perspektif Hak Azasi Manusia,” Surya Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum
dan Keadilan 11, no. 2, (2020): h. 157.
39
Anisa Fauziah, Sugeng Samiyono, Fithry KhairiyatiJurnal, “Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Trangender ( LGBT ) dalam Perspektif Hak Azasi Manusia,” Surya Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum
dan Keadilan 11, no. 2, (2020): h. 157-158.
40
Hasnah, Sattu Alang, “Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) Versus Kesehatan: Studi
Etnografi,” Jurnal Kesehatan 12, no. 1, (2019): h. 70.
Sementara itu, untuk wanita lesbian dan wanita biseksual telah menunjukkan
kecenderungan yang lebih besar untuk menggunakan alcohol dan rokok dibandingkan wanita
heteroseksual. Perilaku tersebut terjadi karena homoseksual dan biseksual menghadapi
masalah yang lebih kompleks di dalam kehidupan mereka, seperti diskriminasi dan
kekerasan. Ketika mereka tidak mampu menata permasalahan yang dihadapi, maka mereka
akan lebih mudah mendapatkan stress dan depresi, dan hal tersebut membuat mereka berlari
ke rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat. Lebih jauh, Maguen dkk (2000) menemukan
bahwa individu homoseksual (gay dan lesbian), dan biseksual telah memiliki tendency yang
tinggi untuk terjangkit Human Immunodeficiency virus (HIV).41

4. LGBT dalam Perspektif Psikologis

Psikolog Klinis dan Hipnoterapi, Liza Marielly Djaprie, lulusan Magister Psikologi
Dewasa Universitas Indonesia menjelaskan, dalam Ilmu psikologi dan kamus besar kejiwaan,
LGBT tidak masuk dalam gangguan jiwa yang dialami seseorang. Kondisi yang mereka alami
dianggap keunikan pada diri orang tersebut, sama halnya seperti kepribadian introvert atau
ekstrovert, masuk ke dalam karakter bukan bentuk penyakit. 42

Selanjutnya dia menyatakan bahwa terbentuknya mereka menjadi LGBT bisa karena
pengaruh lingkungan, bawaan lahir, atau memang karena trauma akibat pengalaman tertentu.
Jika mereka ingin ‘normal’ maka itu semua bisa diperbaiki. Ada orang yang memang terlahir
memiliki bawaan lesbian atau homoseksual, namun karena lingkungan mereka tidak ada yang
demikian, maka mereka menjadi heteroseksual. Tapi ada pula yang sebaliknya, terlahir
sebagai heteroseksual, namun berada di lingkungan homoseksual, jadi mereka mencari
pasangan sesama jenis. 43

Kebanyakan para psikolog menyatakan bahwa lesbian, gay, biseksual dan trangender
(LGBT) merupakan bentuk penyimpangan seksual, seks yang tidak normal. Beberapa
pendapat menjelaskan penyebab perilaku LGBT karena berbagai faktor yang berbeda, yaitu:

41
Hasnah, Sattu Alang, “Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) Versus Kesehatan: Studi
Etnografi,” Jurnal Kesehatan 12, no. 1, (2019): h. 71.
42
Abd Mukhid, “ Kajian Teoritis Tentang Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) dalam
Perspektif Psikologis dan Teologis,” Sophist: Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam Dan Tafsir 1, no. 1, (2018): h.
61.
43
Abd Mukhid, “ Kajian Teoritis Tentang Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) dalam
Perspektif Psikologis dan Teologis,” Sophist: Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam Dan Tafsir 1, no. 1, (2018): h.
61.
a. Faktor keluarga (pengalaman atau trauma di masa anak-anak seperti, seperti kekerasan
yang dialami anak dari segi fisik, mental dan seksual yang membuat seorang wanita
bersikap benci terhadap semua pria).
b. Faktor pergaulan dan lingkungan (kebiasaan pergaulan dan lingkungan anak seperti
ketika berada di asrama sekolah yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dapat
mengundang terjadinya hubungangay dan lesbian).
c. Faktor biologis (penyimpangan seksual karena faktor genetika yang banyak dipengaruhi
oleh hormon testeron, dapat mempengaruhi perilaku laki-laki mirip kepada perempuan).
d. Faktor moral dan akhlak (golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran
norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol
sosial yang ada dalam masyarakat tersebut yang disebabkan karena lemahnya iman dan
pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya rangsangan seksual). 44

44
Abd Mukhid, “ Kajian Teoritis Tentang Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) dalam
Perspektif Psikologis dan Teologis,” Sophist: Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam Dan Tafsir 1, no. 1, (2018): h.
58-59.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seluruh agama telah menetapkan ketentuan pernikahan yang sah sebagai penjaga
sakralitas hubungan suami isteri yang telah terjamin legalitasnya. Allah Swt telah melarang
seluruh perilaku yang menyimpang karena menyimpan beberapa hikmah yang apabila
direnungkan sangat banyak manfaatnya bagi manusia. Namun, sikap dan perilaku manusia
yang selalu mencari alasan sehingga menolak informasi informasi dari Allah menyebabkan
munculnya berbagai penyakit seperti AIDS, penyakit kelamin, dan sebagainya. Perbuatan liwat
atau homoseks merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan merupakan jarimah yang
lebih keji daripada zina. Liwat merupakan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak dan
fitrah manusia dan berbahaya bagi manusia yang melakukannya.
Hukum Indonesia mengakui penegakan HAM yang disertai pembatasan bahwa setiap
orang yang memiliki HAM juga harus menghormati HAM orang lain, menghormati
pembatasan yang ditentukan oleh UU, memenuhi persyaratan moral, etika, tata tertib
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, nilai-nilai agama, serta menjaga keamanan
dan ketertiban umum masyarakat demokratis. Perlindungan HAM atas kaum LGBT harus
ditegakkan dengan menerapkan konsep “HAM Universal dan Memiliki Struktur Sosialnya
Sendiri”. Kelompok LGBT wajib dilindungi dari diskriminasi, bullying, kekerasan, dan segala
bentuk pelanggaran HAM lainnya. Sementara itu, penghormatan atas keyakinan dan ajaran
agama harus dijaga, sehingga diperlukan upaya “penyembuhan dan pemulihan” perilaku seks
menyimpang kelompok LGBT yang melibatkan banyak pihak mulai dari pelaku LGBT,
pendukung, penolak, pemerintah, dan akademisi. Kesemua aksi yang dilakukan focus
bertujuan agar kelompok LGBT tidak lagi menjadi korban pelanggaran HAM dan masyarakat
Indonesia merasa dihormati keyakinannya.

B. Saran
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asyari, Fatimah. “Lbgt Dan Hukum Positif Indonesia.” LEGALITAS : Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum 2, no. 2 (April 2, 2018): 57–65.

Harahap, Rustam DKA. “Lgbt di Indonesia : Perspektif Hukum Islam, HAM, Psikologi dan
Pendekatan Maṣlaḥah.” Al-Ahkam 26, no. 2 (October 2, 2016): 223–248.

Hidayat, Agung Rizki Lutfi. “Penegakan Hukum Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
(LGBT) dalam Perspektif Hukum Pidana” (July 24, 2021). Accessed October 7, 2023.
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/2990.

Kompasiana.com. “Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Seks LGBT.” KOMPASIANA.


Last modified August 10, 2022. Accessed October 4, 2023.
https://www.kompasiana.com/feryanfirmansyah/62f314343555e407b4051914/upaya-
pencegahan-perilaku-penyimpangan-seks-lgbt.

Sanawiah, Sanawiah. “Perkawinan Sejenis Menurut Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif
Hukum Islam.” Anterior Jurnal 16, no. 1 (December 1, 2016): 77–83.

Times, I. D. N., and Dahli Anggara. “5 Fakta Tentang Surogasi (Ibu Pengganti) yang Harus
Kamu Ketahui.” IDN Times. Accessed October 7, 2023.
https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-anggara/fakta-tentang-surogasi-ibu-
pengganti-c1c2.

Yanggo, Huzaemah Tahido. “Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum


Islam” (n.d.).

Yansyah, Roby, and Rahayu Rahayu. “Globalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender
(LGBT); Perspektif HAM dan Agama Dalam Lingkup Hukum di Indonesia.” LAW
REFORM 14, no. 1 (March 29, 2018): 132–146.

Zaini, Hasan. “Lgbt Dalam Perspektif Hukum Islam.” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 15, no.
1 (March 18, 2017): 65–74.

“Alasan Amerika Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis Halaman 1 - Kompasiana.Com.”


Accessed October 8, 2023.
https://www.kompasiana.com/saumiere/55c1bd514f7a61de1839fde7/alasan-amerika-
melegalkan-pernikahan-sesama-jenis?page=1&page_images=1.

“LGBT, Faktor Penyebab, Dampak Dan Cara Mengatasinya.” Rmol.id. Accessed October 4,
2023. https://publika.rmol.id/read/2018/02/06/325739/lgbt-faktor-penyebab-dampak-
dan-cara-mengatasinya.

“Uni Eropa Dideklarasikan Sebagai ‘Zona Merdeka’ Bagi LGBT.” Accessed October 8, 2023.
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/12/081953270/uni-eropa-dideklarasikan-
sebagai-zona-merdeka-bagi-lgbt.

Wisna Diraya Putri, Destashya. “LGBT Dalam Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia,”
IPMHI Law Jurnal 2 (1). 2022.
Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Midas Surya Grafindo. 1996.
Marhaba, Meity, dkk. “Jarak Sosial Masyarakat Dengan Kelompok Lesbian Gay Biseksual Dan
Trangender (LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi
Gotontalo.” Jurnal Ilmiah Society 1 (1). 2021.
Mahjuddin. Masail Al-Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia. 2012.
Bintang Pratiwi, Ema Natalia Situngkir, dkk, “LGBT Bertopengkan HAM yang Menjarah
Karakteristik Pemuda Indonesia,” Jurnal Multidisiplin Indonesia 1 (3). 2022.
Anisa Fauziah, Sugeng Samiyono, Fithry KhairiyatiJurnal, “Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual,
dan Trangender ( LGBT ) dalam Perspektif Hak Azasi Manusia,” Surya Kencana Satu:
Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan 11(2). 2020.
Alang, Sattu, Hasnah. “Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) Versus Kesehatan:
Studi Etnografi,” Jurnal Kesehatan 12 (1). 2019.
Abd Mukhid, “ Kajian Teoritis Tentang Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender
(LGBT) dalam Perspektif Psikologis dan Teologis,” Sophist: Jurnal Sosial, Politik,
Kajian Islam Dan Tafsir 1 (1). 2018

Anda mungkin juga menyukai