Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“LGBT DALAM PANDANGAN HAM DAN AJARAN ISLAM”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ALIF LAILA (1711211024)

TASHA VEBRANTI (1711211003)

TESYA MULYA SAVER (1711211009)

SEPTI WULANDARI (1611211055)

NABILLA (1711211001)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua serta shalawat dan salam yang senantiasa

tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, sehingga tugas makalah

pendidikan kewarganegaraan ini dapat kami susun dengan lancar.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat

sebagai rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta

pengalaman, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah

ini.

Terlepas dari semua itu, kami mengakui bahwa masih banyak

kekurangan yang terkandung di dalamnya. Kami berharap kepada pembaca untuk

memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terima kasih.

Padang, 26 Maret 2019

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
2.1 Pengertian LGBT ................................................................................................ 5
2.2 LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia ...................................................... 5
2.3 Presentase Pengidap LGBT ................................................................................ 8
2.4 Sejarah LGBT di Indonesia................................................................................. 9
2.5 Hak Hukum LGBT ............................................................................................. 9
2.6 Kondisi Kehidupan Kaum LGBT ..................................................................... 10
2.7 Pendapat Pro penyetujuan HAM LGBT ........................................................... 11
2.8 Pendapat Kontra terhadap Adanya HAM ......................................................... 12
2.9 LGBT Bukan HAM .......................................................................................... 12
2.10 Kemungkinan Legalnya LGBT ......................................................................... 14
2.11 LGBT Dalam Pandangan Islam ........................................................................ 14
2.12 Seksualitas, Orientasi Seksual dan Perilaku Seksual ........................................ 15
2.13 LGBT dalam Kajian Islam ................................................................................ 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21
3.2 Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah umum dalam LGBT yang sering digunakan adalah lesbian untuk perempuan
pecinta sesama jenis dan gay untuk pria pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat
merujuk pada laki-laki atau perempuan. LGBT (Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender)
adalah rasa ketertarikan romantis dan atau seksual atau perilaku antara individu berjenis
kelamin atau gender yang sama. LGBT bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab
efek psikologis negatif, prasangka terhadap kaum LGBT yang menyebabkan efek
semacam itu.

Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari


populasi manusia adalah pengidap LGBT atau pernah melakukan hubungan sesama jenis
dalam hidupnya. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara
anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta
dalam penelitian ini menyatakan diri mereka sebagai kaum LGBT atau bisa dikatakan
homoseksual.

Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan tertua
di Asia Tenggara. Aktivisme hak-hak gay di Indonesia dimulai sejak 1982 ketika
kelompok kepentingan hak-hak gay didirikan di Indonesia. " Lambda Indonesia" dan
organisasi serupa lainnya muncul di akhir 1980-an dan 1990-an. Saat ini, ada beberapa
kelompok utama LGBT di negara ini termasuk "Gaya Nusantara" dan "Arus Pelangi".
Sekarang ada lebih dari tiga puluh LGBT kelompok di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian LGBT ?
2. Bagaimana LGBT dalam perspektif hak asasi manusia ?
3. Bagaimana presentase pengidap LGBT ?
4. Bagaimana sejarah LGBT di Indonesia ?
5. Apa saja hak hokum LGBT ?
6. Bagaimana kondisi kehidupan kaum LGBT ?
7. Apa pendapat pro penyetujuan HAM LGBT ?

3
8. Apa pendapat kontra terhadap adanya LGBT ?
9. Apakah LGBT bukan HAM ?
10. Apakah kemungkinan legalnya LGBT ?
11. Bagaimana LGBT dalam pandangan islam ?
12. Bagaimana seksualitas, orientasi seksual dan perilaku seksual ?
13. Bagaimana LGBT dalam kajian islam ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian LGBT
2. Untuk mengetahui LGBT dalam perspektif hak asasi manusia
3. Untuk mengetahui presentase pengidap LGBT
4. Untuk mengetahui sejarah LGBT di Indonesia
5. Untuk mengetahui hak hokum LGBT
6. Untuk mengetahui kondisi kehidupan kaum LGBT
7. Untuk mengetahui pendapat pro penyetujuan HAM LGBT
8. Untuk mengetahui pendapat kontra terhadap adanya HAM
9. Untuk mengetahi LGBT bukan HAM
10. Untuk mengetahui kemungkinan legalnya LGBT
11. Untuk mengetahui LGBT dalam pandangan islam
12. Untuk mengetahui seksualitas, orientasi seksual dan perilaku seksual
13. Untuk mengetahui LGBT dalam kajian islam

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan

1.4.2 Manfaat bagi Mahasiwa Kesehatan Masyarakat


Untuk membantu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat memahami dan
mendalami pokok bahasan tentang LGBT dalam pandangan HAM dan ajaran
islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LGBT

LGBT (Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender) adalah rasa ketertarikan


romantis dan atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau
gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada
"pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau
ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin
sama, "LGBT juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan
sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam
komunitas lain yang berbagi itu."
LGBT bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis
negatif, prasangka terhadap kaum LGBT yang menyebabkan efek semacam itu.
Istilah umum dalam LGBT yang sering digunakan adalah lesbian untuk perempuan
pecinta sesama jenis dan gay untuk pria pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat
merujuk pada laki-laki atau perempuan.

Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F Moeloek pernah menegaskan, bahwa


perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau biasa yang disingkat LGBT
dari sisi kesehatan tidak dibenarkan dan bukan gangguan kejiwaan melainkan
masalah kejiwaan.

2.2 LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan lan ggeng, dan oleh karena itu,
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, di-kurangi,
atau dirampas oleh siapapun. Dalam Mukaddimah Deklarasi Uni-versal Hak
Asasi Manusia (DUHAM) dinyatakan bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi
dengan peraturan hukum, supaya orang tidak akan terpaksa me-milih jalan
pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kelaliman dan
penjajahan.

Dalam sistem hukum di Indonesia, sebagaimana terdapat dalam UUD


1945 dinyatakan “hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk

5
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam situasi apa pun”, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
DUHAM Pasal 2, 7 dan 22.

Komnas HAM, Natalius Pigai mengatakan negara mempunyai kewajiban


melindungi rakyat warga negara Indonesia apapun jenisnya, suku, agama, ras,
etnik, atau kaum minoritas dan kelompok rentan (maksudnya rentan dari
kekerasan). Negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hak asasi
semua warga negara Indonesia tanpa membedakansuku, agama, ter-masuk kaum
minoritas dan kelompok rentan termasuk LGBT.

Adapun perlindungan, yang harus dijamin dan diberikan dalam kenteks


LGBT ini dari perspektif HAM adalah perlindungan hak asasi mereka dalam
bentuk jaminan kesehatan untuk bisa sembuh dari penyakitnya, sebagaimana
termaktub dalam Pasal 25 DUHAM.

Dengan demikian dapat ditarik benang merah, sudah menjadi


keniscayaan bagi kelompok LGBT untuk mendapatkan hak-hak asasi mereka
berupa jaminan perawatan atau pengobatan terhadap penyakit LGBT tersebut.
Bukan HAM dalam pengakuan atau melegalkan terhadap orientasi seksual
mereka yang menyimpang.

Dari sisi lain, disamping HAM yang dimiliki oleh kelompok LGBT, se-
sungguhnya ada juga Kewajiban Asasi Manusia (KAM) yang harus dipatuhi oleh
setiap orang sebagai termakub dalam Pasal 29, ayat (1 dan 2) DUHAM yaitu:

(1) Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat tempat satu-


satunya di mana dia dapat mengembangkan kepribadiannya dengan
bebas dan penuh.

(2) Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang


harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin peng-
akuan serta penghormatan yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan-
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil

6
dalam hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

Kewajiban dasar yang dimiliki seseorang (termasuk kelompok LGBT)


sebagai bentuk penghormatan terhadap hak asasi orang lain yang dapat pula
diartikan sebagai pembatasan terhadap hak asasi seseorang harus ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana diatur pada Pasal 70 dan 73 UU. No.
39 Tahun 1999. Berangkat dari ketentuan tersebut, pemerintah sangat berperan
dalam menentukan regulasi dan aturan hukumuntuk membatasi kebebasan HAM
LGBT, untuk menjamin pengakuan dan penghormatan ter-hadap hak asasi
manusia serta kebebasan dasar oranglain, kesusilaan, ketertiban umum dan
kepentingan bangsa. Dalam konteksLGBT ini pemerintah dapat mengeluarkan
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah, tentang pelarangan terhadap gerakan
atau aktivitas penyimpangan seksual yang di-lakukan oleh kelompok atau
komunitas LGBT di Indonesia.

Pergeseran pandangan masyarakat dunia terhadap komunitas LGBT


sangat dipengaruhi oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh American Psychiatric
Association sebagai lembaga yang dipandang kompeten untuk memberikan
penilaian terhadap keberadaan komunitas LGBT. Pergeseran pandangan
American Psychiatric Association tampak sebagai berikut: pada tahun 1952
kaum homoseksual dinyatakan sebagai orang dengan “gangguan kepribadian
sosiopat” sehingga dimasukkan ke dalam Diagnostic and Statistical Manual
(DSM). Kemudian pada tahun 1968 kaum homoseksual dinyatakan sebagai
“penyimpangan seksual”.Setelah itu, pada tahun 1973 homoseksual dinyatakan
sebagai “penyakit mental”.Namun karena adanya ancaman-ancaman yang
berpotensi menyebabkan tindak kekerasan, setelah tahun 1973 kaum
homoseksual dinyatakan “bukan penyakit mental”.

Tuntutan LGBT terhadap pemenuhan hak asasi manusia, tentunya harus


disesuaikan dengan nilai-nilai dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Di
sisi lain sejalan dengan pandangan Charles W. Socarides MD bahwa gay bukan
bawaan sejak lahir (genetik). Seseorang menjadi gay karena wawasan dan pikiran
secara sadar, dengan kata lain menjadi gay karena dipelajari secara sadar.
Pengaruh faktor biologis tidak begitu dominan, karena nampaknya faktor

7
psikososial atau masa perkembangan yang dialami oleh seorang anak sejak ia
lahir akan berpengaruh lebih besar terhadap keberadaan gay.

Perkembangan HAM secara kontemporer telah dibentuk oleh pemikiran


Barat dan dalam hal ini, banyak konsep yang sering digunakan dalam perdebatan
politik, seperti: demokrasi, keadilan, kebebasan, kesetaraan dan martabat
manusia. Dengan demikian, sebagai upaya untuk menghentikan penggunaan
kata-kata tersebut agar tidak secara otomatis diasosiasikan dengan konsep HAM,
maka tugas kita sebagai orang Indonesia yang memiliki tata nilai dan tata
kelakuan yang berbeda dengan bangsa Barat adalah dengan melonggarkan
konsep-konsep HAM dari belenggu modernitas Barat dan merekonstruksi
konsep-konsep HAM berdasarkan pemikiran dan nilai-nilai bangsa Indonesia.

Bila kita menilik istilah HAM yang menjunjung ide-ide dan nilai-nilai
kemanusiaan serta berlaku secara universal, tampaknya dalam hal ini HAM
beresonansi lintas budaya dan tradisi, sehingga HAM merupakan seruan penting
bagi mereka yang mencari keadilan dan perdamaian di dunia secara
berkelanjutan. Terhadap konsep HAM yang demikian, muncul beberapa kritik
pemikiran.

Kritik pertama, mengenai bias budaya.Sebagaimana kita ketahui, bahwa


setiap manusia yang menempati tempat tertentu pada waktu tertentu memiliki
budayanya masing-masing dan adakalanya satu budaya dengan budaya yang
lainnya tidak sejalan dan bahkan saling bertentangan.Selain kritik terhadap bias
budaya, dua kritik lainnya secara umum terkait dengan perspektif HAM itu
sendiri. Kritik kedua, bahwa klaim HAM dinilai sembrono atau egois: orang akan
mengklaim sesuatu sebagai “hak asasi manusia”-nya, padahal sebenarnya mereka
hanya mengekspresikan egois sederhana “ingin”. Kritik ketiga, bahwa klaim hak
asasi manusia seseorang dapat bertentangan dengan klaim atas hak asasi manusia
orang yang lainnya.

2.3 Presentase Pengidap LGBT

Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13%


dari populasi manusia adalah pengidap LGBT atau pernah melakukan hubungan
sesama jenis dalam hidupnya. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20%
dari populasi secara anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual,

8
meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini menyatakan diri mereka
sebagai kaum LGBT atau bisa dikatakan homoseksual.

2.4 Sejarah LGBT di Indonesia

Budaya rasa malu yang melekat pada homoseksualitas, aktivitas


homoseksual jarang tercatat dalam sejarah Indonesia. Tidak seperti di budaya Asia
lainnya seperti India, Cina atau Jepang, erotika homoseksual dalam lukisan atau
patung hampir tidak ada dalam seni rupa Indonesia. Homoseksualitas hampir tidak
pernah direkam atau digambarkan dalam sejarah Indonesia. Sebuah pengecualian
langka adalah catatan abad ke-18 mengenai dugaan homoseksualitas Arya Purbaya,
seorang pejabat di istana Mataram, meskipun tidak jelas apakah itu benar-benar
didasarkan pada kebenaran atau sebuah rumor kejam untuk mempermalukan
dirinya.
Meskipun waria, laki-laki yang berpenampilan seperti wanita, dan pelacur,
telah lama memainkan peran mereka dalam budaya Indonesia, identitas
homoseksualitas laki-laki gay dan perempuan lesbian di Indonesia hanya
diidentifikasi baru-baru ini, terutama melalui identifikasi dengan rekan-rekan gay
dan lesbian Barat mereka, melalui film, televisi, dan media. Sebelum rezim Orde
Baru Soeharto budaya lokal Indonesia mengenai gay dan lesbi belum ada.
Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang terbesar
dan tertua di Asia Tenggara. Aktivisme hak-hak gay di Indonesia dimulai sejak
1982 ketika kelompok kepentingan hak-hak gay didirikan di Indonesia. " Lambda
Indonesia" dan organisasi serupa lainnya muncul di akhir 1980-an dan 1990-an.
Saat ini, ada beberapa kelompok utama LGBT di negara ini termasuk "Gaya
Nusantara" dan "Arus Pelangi". Sekarang ada lebih dari tiga puluh LGBT
kelompok di Indonesia.

2.5 Hak Hukum LGBT

Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan homoseksual pribadi dan


yang tidak bersifat komersial antara orang dewasa. Sebuah RUU nasional untuk
mengkriminalisasi homoseksualitas, bersama dengan hidup bersama, perzinahan
dan praktek sihir, gagal diberlakukan pada tahun 2003 dan tidak ada rencana
berikutnya untuk memperkenalkan kembali undang-undang tersebut. Pada tahun
2002, Pemerintah Indonesia memberi provinsi Aceh hak untuk memperkenalkan

9
hukum syariah Islam yang dapat mengkriminalisasi homoseksualitas, meskipun
hanya untuk warga Muslim.
Pasangan sesama jenis Indonesia dan rumah tangga yang dikepalai oleh
pasangan sesama jenis tidak memenuhi syarat untuk salah satu perlindungan
hukum yang tersedia untuk pasangan lawan jenis menikah.Pentingnya di Indonesia
untuk harmoni sosial mengarah ke tugas daripada hak untuk ditekankan, yang
berarti bahwa hak asasi manusia bersama dengan hak-hak homoseksual sangat
rapuh.Namun, komunitas LGBT di Indonesia telah terus menjadi lebih terlihat dan
aktif secara politik.
Hukum Indonesia tidak mengkriminalisasi homoseksualitas, jika dilakukan
secara pribadi dan di antara orang dewasa. Namun, hukum Indonesia tidak
mengakui pernikahan gay, serikat sipil atau manfaat kemitraan domestik.Pasangan
sesama jenis tidak memenuhi syarat untuk mengadopsi anak di Indonesia.Hanya
pasangan menikah yang terdiri dari suami dan istri yang bisa melakukan
mengadopsi.tidak ada hukum untuk melindungi warga negara Indonesia dari
diskriminasi atau pelecehan atas dasar orientasi seksual atau identitas gender
mereka.
Jadi,intinya di Indonesia sendiri penagnan kasus homo seksual masihlah
lembek karena pemerintah tidak secara tegas melarangnya.hanya untuk kasus kasus
komersial sajalah yang dipidanakan sedangkan untuk kasus-kasus sosialnya masih
belum dipidanakan,padahal jelas-jelas dalam uu oerkawinan no.1 tahun 1974
melarang akan adanya pernikahan sejenis.

Karena tanpa dipungkiri hubungan sesama jenis dapat menimbulkan


keinginan untuk pernikahan sesama jenis pula ujungnya dan hal tersebut pastilah
juga telah melanggar norma-norma yang terpatri dalam masyarakat termasuk
norma agama khususnya norma agama islam yang jelas jelas melarang akan hal
tersebut,terlebih lagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragam muslim hal
tersebut pastilah mempengaruhi pandangan bangsa terhadap suatu hal karena factor
dari agama mayoritas masyarakat yang bersangkutan.

2.6 Kondisi Kehidupan Kaum LGBT

Indonesia memiliki penganut agama Islam paling banyak di dunia dengan


87% dari warganya menyebut diri sebagai Muslim.Kebijakan keluarga dari pihak
berwenang Indonesia, tekanan sosial untuk menikah dan agama berarti bahwa
homoseksualitas pada umumnya tidak didukung.Baik Muslim tradisionalis dan

10
modernis, dan juga kelompok agama lainnya seperti Kristen, terutama
KatolikRoma umumnya menentang homoseksualitas. Banyak kelompok
fundamentalis Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan FBR (Forum Betawi
Rempuk) secara terbuka memusuhi orang-orang LGBT dengan menyerang rumah
atau tempat mereka bekerja dari orang-orang yang mereka yakini ancaman bagi
nilai-nilai Islam.

Diskriminasi eksplisit dan homofobia kekerasan dilakukan terutama oleh


para ekstremis religius, sementara diskriminasi halus dan marjinalisasi terjadi
dalam kehidupan sehari-hari antara teman-teman, keluarga, di tempat kerja atau
sekolah.Orang-orang LGBT sering mengalami pelecehan yang dilakukan oleh para
polisi tapi sulit untuk mendokumentasikannya karena korban menolak untuk
memberikan pernyataan karena seksualitas mereka.Orang-orang LGBT sering
ditangkap atau dituduh karena orientasi seksual mereka.Juga gay di penjara
mengalami pelecehan seksual karena orientasi seksual mereka, dan sering tidak
melaporkannya karena menjadi trauma dan takut dikirim kembali ke penjara
dengan mengalami kekerasan lebih lanjut.

Indonesia memang memiliki reputasi sebagai sebuah negara Muslim yang


relatif moderat dan toleran, yang memang memiliki beberapa aplikasi untuk orang-
orang LGBT.Ada beberapa orang LGBT di media dan pemerintah nasional telah
memungkinkan komunitas LGBT terpisah ada, bahkan mengatur acara-acara
publik.Namun, adat istiadat sosial Islam konservatif cenderung mendominasi
dalam masyarakat yang lebih luas. Homoseksualitas dan cross-dressing tetap tabu
dan orang-orang LGBT secara berkala menjadi sasaran hukum agama setempat
atau kelompok main hakim sendiri oleh para fanatik.

2.7 Pendapat Pro penyetujuan HAM LGBT

Banyak masyarakat Indonesia yang menyetujui jika perilaku LGBT


dimasukan ke dalam hak asasi manusia.Sejumlah pejuang hak asasi manusia
menginginkan keadilan bagi pengidap LGBT.Hal itu, didasarkan bahwa LGBT hal
yang tidak dapat dipilih ataupun dihindari.Sebaiknya tidak ada lagi diskriminasi
terhadap kaum LGBT dan memberikan kesempatan mereka untuk hidup nyaman
dalam masyarakat.Kelompok LGBT dianggap berbeda karena orientasi seksual
yang tidak wajar.Mereka juga manusia yang ingin diterima di tengah masyarakat,

11
hidup nyaman dan diinginkan.Peningkatan kualitas hidup di sini, termasuk
mengembalikan hak mereka untuk saling memiliki di masyarakat.

2.8 Pendapat Kontra terhadap Adanya HAM

Hampir mayoritas rakyat negeri ini tak sependapat dengan legalilitas


pernikahan sejenis. Pernikahan sejenis dianggap sebagai bentuk penyimpangan
terhadap norma susila dan agama.

Pendapat beberapa agama yang ada di Indonesia atas pernikahan sejenis


itu.Dalam pandangan Buddha, pernikahan sejenis merupakan halangan untuk
mencapai kesucian.Bahkan homoseksual dianggap sebagai salah satu faktor
penyebab penurunan moral di masyarakat.Padahal, untuk mencapai kesucian itu
diperlukan landasan moral yang baik.

Menurut ideologi Kristen (Protestan), tujuan utama pernikahan adalah


untuk melestarikan kehidupan atau keturunan.Ini hanya bisa dicapai bila mereka
yang menikah berlainan jenis kelamin.

Agama Katholik pun memiliki paham yang sama. Dalam suatu ikatan
pernikahan hanya bisa dilakukan oleh pria dan wanita atau laki-laki dan
perempuan.Para pemeluk agama ini juga menganggap perilaku homoseksual itu
sebagai bentuk penyimpangan.

Penolakan atas pernikahan sejenis juga dianut oleh agama Hindu. Agama
ini jelas-jelas melarang pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama. Tak beda dengan empat agama itu, Konghucu pun memililki
pemahaman yang sama. Pemeluk Konghucu memilliki prinsip, bahwa pernikahan
itu terjadi antara laki-laki dan wanita.Hampir semua masyarakat mengetahui,
bahwa Islam juga menolak dengan keras pernikahan sejenis.

2.9 LGBT Bukan HAM

LGBT bukanlah bagian dari hak asasi manusia karena hak asasi manusia
merupkan hak yang diberikan oleh tuhan yang menciptakan kita sebagai anugrah
yang maha kuasa dan tuhan menciptakan kita berpasang pasangan dengan lawan
jenis kita.

12
Kita tidak dapat mengatakan sesuatu hal sebagai hak terlebih lagi hak asasi
manusia bila kita juga telah melanggar hak orang lain karena suatu hak orang yang
satu tidak mungkin bersingguangan dengan hak manusia yang lainnya.

Karena bila kita berbicara homoseksual itu artinya kita membicarakan pihak
yang dirugikan pula yaitu:

1) Orang tua yang dirampas haknya oleh kita karena keinginan setiap orang tua
untuk menimang cucu dari darah dagingnya sendiri sirna karena secara
biologis sesame jenis tidaklah mungkin dapat menghasilkan keturunan karena
tidak bertemunya antara sel telur dan sel sperma.
2) Terampasnya hak pasangan yang sebenarny/yang sejati karena manusia itu
telah diciptakan berpasang pasangan seperti magnet kutub positif dengan
magnet kutub negative,maka bila magnet yang positif itu bertemu dengan
magnet yang positif juga maka si magnet pasangannya yaitu yang berkutub
negative akan kehilangan pasangannya,dan hal tersebut bisa saja malah
memunculkan masalah baru yaitu si pasangan yang lain akan mencoba
menemukan pasangan yang sejenis juga padahal sebenarnya mereka tidak akan
dapat menyatu satu sama lainnya.
3) Terampasnya hak manusia yang lainnya karena perbandingan antara laki-laki
dan perempuan adala 1:4 bila kaum laki laki sebagiannya adalah gay misalnya
maka perbandingannya akan menjadi 1:8 itu artinya hal tersebut tidaklah baik
bagi ekosistem karena pasti akan banyak hal hal yang tidak diinginkan terjadi
4) Sebenarnya tujuan pernikahan adalah menciptakan keluarga yang harmonis
dan melanjutkan generasi,maka bila hal tersebut dilakkukan sesama jenis
tidaklah mungkin dapat menghasilkan keturunan dan apabila itu terjadi maka
regenerasii akan terhenti yang itu sama artinya dengan pemberhentian
kehidupan dunia.

Oleh karena itu, hal tersebut saya berpendapat bahwa menjadi homoseksual
bukanlah merupakan suatu pilihan apalagi suatu hak asasi manusia karena hal
tersebut,kita telah merampas hak-hak manusia yang lainnya.Dan menurut
pandangan kami sebenarnya homoseksual merupkan penyakit kejiwaan yang dapat
disembuhkan karena hal tersebut bukanlah gejala alamiah karena yang alamiah
adalah ketertarikan dengan lawan jenis bukan dengan sesama jenis jadi, jelaslah hal
tersebut bukanlah bagian dari HAM.

13
2.10 Kemungkinan Legalnya LGBT

Legalnya LGBT di Indonesia sangat kecil kemungkinannya dan hampir


dipastikan tidak mungkin karena UUD dan UU perkawinan telah melarangnya.

Terlebih lagi mayoritas penduduk kita yang muslim pastilah bila ada
wancana hal tersebut akan di legalkan pasti akan bertindak karena bagi ajaran umat
muslim hal tersebut adalah salah dan tidak dibenarkan apapun keadaanya.

2.11 LGBT Dalam Pandangan Islam

Isu LGBT menjadi fenomena yang mengguncang bumi nusantara ini.


Bagaimana tidak, poster anti LGBT terpampang di pinggir-pinggir jalan, meme
penuh kebencian menjamur di media sosial, diskusi dan kajian tentang LGBT baik
yang pro maupun yang kontra di lakukan di berbagai forum ilmiah, pelecehan
secara ferbal, kekerasan secara fisik, perlakukan kasar terhadap kelompok LGBT
hingga fatwa haram MUI tentang lesbian & gay. Isu yang demikian mengalahkan
isu politik dan korupsi yang merugikan negara dan rakyat Indonesia.Padahal
eksistensi LGBT, waria, Bissu, wadam dan penyebutan lainnya telah ada selama
perjalanan panjang sejarah umat manusia.Ironisnya, informasi dan pemberitaan
tentang LGBT, menyayat hati dan perasaan terutama rasa keberagaman dan
kemanusiaan.Sehingga, seolah-olah kelompok LGBT tidak lagi dianggap sebagai
bagian dari manusia.Semua itu, menjadikan masyarakat Indonesia tidak lagi
mampu bernafas untuk melihat persoalan demikian menjadi lebih jernih dan
terukur, serta melihat bahwa agama yakni pemahaman manusia terhadap
interpretasi dan ajaran agama memiliki andil yang sangat besar dalam memahami
dan melihat persoalan agama dankelompok manusia yang selama ini dianggap
sebagai liyan.

Tulisan ini akan mengkaji eksistensi seorang anak manusia yang selama ini
dianggap sebagai “liyan”, mereka adalah lesbian, gay, biseksual dan transgender
(LGBT). Transgender di Indonesia, penyebutannya bervariasi, ada yang bilang
banci, waria, bencong, wadam atau bisu.1 Orientasi seksual mereka dianggap
sebagai suatu penyimpangan, dosa, haram dan terlaknat. Apalagi didukung oleh
fatwa Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) tertanggal 31 Desember 2014 yang
ditandatangani oleh Prof. Dr. H. Hasanuddin, AF. MA bahwa homoseksual
merupakan perbuatan yang hukumnya haram, merupakan suatu bentuk kejahatan
dan pelakunya dijatuhi hukuman mati.Ibarat “jatuh ketiban tangga”, Fatwa MUI

14
melengkapi beban seorang LGBT yang ter-diskriminasi dari keluarga, masyarakat
dan negara. Agama (Islam) yang membawa misi “rahmatanlil „alamien” menjadi
tidak rahmat (kasih) lagi hanya karena fatwa MUI yang bias gender “ketiga”.
Pertanyaan utama yang ingin dikaji dalam tulisan ini adalah, bagaimana pandangan
LGBT dalam Islam.Kemudian bagaimana pandangan LGBT dalam perspektif
hukum internasional yakni Hak Asasi Manusia (HAM).

Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan social humanity
contemporary.

Tujuan utama dari kajian ini adalah agar agama Islam yang menjadi simbol
dan label MUI tidak terkesan Islam yang keras, radikal dan bertentangan dengan
HAM, melainkan seperti yang dicita-citakan oleh pemikir Islam Kontemporer
Abdullah Saed, bagaimana menciptakan Islam yang progresif, yang menghargai
hak-hak manusia (kaum marjinal) sebagai manusia dan bukan merampas hakhak
dasariahnya atas nama ”agama”.

2.12 Seksualitas, Orientasi Seksual dan Perilaku Seksual

Seksualitas adalah bagaimana seorang manusia mendapatkan pengalaman


erotis dan mengespresikan dirinya sebagai makhluk seksual, dalam dirinya ada
kesadaran diri pribadi sebagai laki-laki atau perempuan, kesadaran tersebut didapat
dari kapasitas yang mereka miliki atas pengalaman erotis dan tanggapan atas
pengalaman tersebut.Kajian mengenai seksualitas mencakup beberapa aspek, yaitu
pembicaraan tentang jenis kelamin biologis (laki-laki dan perempuan), identitas
gender, kemudian orientasi seksual dan perilaku seksual. Identitas gender (jenis
kelamin) adalah olahan dari konstruksi sosial yaitu perempuan dengan
femininitasnya, laki-laki dengan maskulinitasnya dan transgender yang memiliki
kedua-duanya. Pada seseorang yang transgender ia memiliki dua varian, yakni laki-
laki keperempuanan (waria atau banci) dan perempuan kelelaki-lakian. Orientasi
seksual adalah kapasitas yang dimiliki oleh setiap manusia berkaitan dengan
ketertarikan emosi, rasa kasih sayang dan hubungan seksual.

Orientasi seksual merupakan kodrat, ia adalah pemberian Tuhan, tidak dapat


diubah, setiap manusia tak memiliki hak untuk memilih dilahirkan dengan orientasi
seksual tertentu.3 Sedangkan perilaku seksual adalah cara seseorang
mengespresikan hubungan seksualnya. Menurut Musdah Mulia,4 perilaku seksual
sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial, ia tidak bersifat kodrati, dan bisa

15
dipelajari. Cara untuk mengespresikan hubungan seksual adalah seperti sodomi
atau dalam bahasa Arab disebut dengan liwath. Perilaku seksual inilah yang
’dianggap’ menyimpang karena seks bebas seperti itu telah menumbuhsuburkan
suatu penyakit seksual yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya yakni AIDS
(Acquired Immonu Syndrome), suatu sindrom kumpulan dari berbagai gejala dan
infeksi sebagai akibat dari kerusakan spesifik sistem kekebalan tubuh karena
inveksi virus HIV (HumanImmonudeficiency Virus) pada tubuh manusia.
Mengenai orientasi seksual yang bersifat kodrat, ada beberapa varian orientasi
seksual diantaranya adalah hetero, homo, biseksual dan aseksual.

Heteroseksual adalah ketertarikan manusia terhadap lawan jenis, misal


seorang laki-laki suka terhadap seorang perempuan ataupun
sebaliknya.Homoseksual adalah ketertarikan manusia sesama jenis kelamin,
misalnya lelaki tertarik dengan lelaki (gay) atau perempuan tertarik dengan
perempuan (lesbian). Secara sederhana, gejala homoseksualitas adalah relasi seks
dengan jenis kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang
sama.5 Biseksual adalah seseorang yang memiliki ketertarikan seksual sesama
jenis kelamin dan dengan yang berbeda jenis kelamin, ia memiliki ketertarikan
seksual ganda. Sedangkan aseksual adalah seorang manusia yang tidak memiliki
ketertarikan seksual sama sekali baik kepada lawan jenis maupun ke sesama jenis.

Disamping kelompok yang disebutkan diatas, terdapat kelompok yang


disebut dengan waria.Waria merupakan kelompok transeksual atau transgender,
yaitu kaum homo yang mengubah bentuk tubuhnya dapat serupa dengan lawan
jenisnya.6 Contoh dari mereka dapat dilihat dari laki-laki yang mengubah dadanya
dengan operasi plastik atau suntik, membuang penis serta testisnya dan membentuk
lubang vagina.Sebagian besar transeksual adalah laki- laki yang mengenali dirinya
sebagai wanita, yang timbul ketika masa kanakkanak dan melihat alat kelamin dan
penampakan kejantanannya dengan perasaan jijik.

Menurut Hesti dan Sugeng ada beberapa faktor penyebab terjadinya


transeksual antara lain: Pertama, faktor biologis yang dipengaruhi oleh hormon
seksual dan genetik seseorang. Kedua, faktor psikologi dan sosial budaya termasuk
pula pola asuh lingkungan yang membesarkannya.Ketiga, memiliki pengalaman
yang sangat hebat dengan lawan jenis sehingga mereka berkhayal dan memuja
lawan jenis sebagai idola dan ingin menjadi seperti lawan jenis. Doktrin agama
dan persepsi umum mayoritas masyarakat menganggap bahwa hetero adalah

16
orientasi seksual dan perilaku seksual yang ’paling benar’ dan yang lain salah dan
menyimpang. Menurut Musdah Mulia, doktrin dan persepsi tersebut mengakar
kuat, membeku dan membatu tidak terlepas dari perjalanan panjang manusia dalam
lintasan sejarah. Selama berabad-abad lamanya, manusia dihegemoni oleh
pandangan bahwa hetero yang normal dan alamiah, sedangkan homo adalah
menyimpang, pelakunya abnormal, memiliki kelainan jiwa (mental disorder) dan
mengidap penyakit jiwa (mental illnes).

Disamping itu, konstruksi sosial terhadap homo dipengaruhi juga oleh faktor
relasi gender yang timpang.Masyarakat yang menjunjung tinggi budaya patriarki,
yang mana laki-laki adalah power, subjek, maskulin dan pengontrol
kehidupan.Budaya patriarki ini mengkonstruksi laki-laki harus dominan, aktif dan
agresif, sebaliknya patriaki mengkonstruksi perempuan sebagai objek, pasif dan
mengalah. Ketika laki-laki terkonstruksi demikian, maka pada gilirannya, laki-laki
akan melakukan dominasi, pemaksaan hubungan seksual dan kekerasan dalam
hubungan seksual.

Orientasi seksual hetero inilah yang kemudian membentuk paradigma


pemikiran heteronormativitas dan menghegemoni konstruksi seksualitas, bahwa
norma-norma orientasi seksual hetero sebagai satu-satunya kebenaran, dan
orientasi seksual lainnya dianggap sebagai bentuk penyimpangan dan tidak wajar.
Karena pandangan inilah, seiring dengan berjalannya waktu, berabadabad lamanya,
masyarakat mengabadikan sikap dan nilai homofobia (sikap anti homo) dalam laku
hidup dan kehidupan sejarah manusia.8 Sikap homofobia tidak dapat
dipertahankan, mengingat kondisi masyarakat yang heterogen baik kultur, suku,
agama, jenis kelamin dan seksualitas. Era milenium sekarang ini telah memasuki
dunia pasar bebas, artinya semua manusia akan bertemu dan berinteraksi satu sama
lain dalam berbagai persoalan lini kehidupan dan bebas mengespresikan dirinya
sendiri. Untuk itu, meneropong seksualitas bagi eksistensi LGBT dalam pandangan
agama dan HAM sangatlah penting, hal itu untuk menakar sikap homofobia
dengan barometer ”agama” (Islam) yang memanusiakan manusia dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia (HAM).

2.13 LGBT dalam Kajian Islam

Pada pembahasan mengenai seksualitas LGBT dalam sudut pandang kajian


keagamaan Islam bisa dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang mengarah

17
pada perilaku homoseksual.Pandangan Al-Qur’an mengenai homoseksual bisa
dilihat pada cerita Nabi Luth tentang kaum Sodom dan kaum Amoro di negeri
Syam dengan bunyi ayatnya.

ً ‫فََ حِ شَتَ أَت َأتُى نِقَىيِ ِهۦ قَا َل إِذ َونُى‬


‫طا‬ َ َٰ ‫سو تَ َُ ى َوأ َ ٱن‬ ِ ‫ تُب‬٥٤
ُ ‫ص‬

ِ َ ‫ٱنس َجا َل نَت َأتُى كُّ ََ َُ ى أ‬


‫ئ‬ ُّ ‫ قَى تَ َُ ى أ َ َبم‬ٞ ‫ ج َه ُهى ََت و‬٥٥
ِ ‫س َََِ ا ِۚ ِء َِ ٱن د ُو ي ِ شَهىَة‬

Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia Berkata kepada kaumnya: "Mengapakamu
mengerjakan perbuatan ”fahisyah” itu sedang kamumemperlihatkan(nya)?".
"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk(memenuhi) nafsu (mu), bukan
(mendatangi) wanita?Sebenarnya kamuadalah kaum yang tidak mengetahui
(akibat perbuatanmu)".(QS. An-Naml:54-55).

Kemudian ayat,

ً ‫فََ حِ شَتَ أَت َأتُى نِقَىيِ ِهۦ قَا َل إِذ َونُى‬


‫طا‬ َ ‫ يًَِ ٱن َٰ َعََ هَ َِي أ َ َحد ي ِ بِ َها‬٨٠
َ َٰ ‫سبَقَ ُكى يَا ٱن‬

‫ٱنس َجا َل نَت َأتُى كَّ ََ َُ ى ِإ‬ ُّ ‫ قَى تَ َُ ى أ َ بَم‬ٞ ‫ س ِسفُى َُي و‬٨١
ِ ‫س َََِ ا ِۚ ِء َِ ٱن دُو ي ِ شَهىَة‬

Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)tatkala dia
Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakanperbuatan ”faahisyah” itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun(di dunia ini) sebelummu?" (81)
Sesungguhnya kamu mendatangi lelakiuntuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malahkamu Ini adalah kaum yang melampaui
batas. (QS. Al-A’raf:80-81).

Melalui ayat tersebut, diceritakan bahwa kaum Nabi Luth melakukan praktek
homoseksual dengan menyetubuhi lelaki sejenis melalui dubur (lubang belakang),
di era sekarang perilaku seksual yang demikian populer dengan sebutan sodomi.
Bahkan, menurut beberapa versi, kata ”sodom” diambil dari nama kaum Nabi Luth,
yakni kaum sodom. Di ayat lain, Nabi Luth bertanya kepada kaumnya. Pertanyaan
Nabi Luth tersebut direkam oleh al-Qur’an.

‫سا أَت َأتُى‬ ُّ ِ ‫ يًَِ ٱن َٰ َعََ َه ي‬١٦٥


َ ‫ٱنرك‬

‫عادُو قَىو تَ َُ ى أ َ بَم أَش َٰ َوََ ِج ُك ِۚ ِى ي ِ زَ بُّ ُكى نَ ُكى َخ َهقَ يَا َوت ََر ُزو‬
َ ١٦٦

18
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, Dan kamutinggalkan
isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkankamu adalah orang-
orang yang melampaui batas".(QS. Al-Shu’ara:165- 166).

Secara tekstual, al-Qur’an tidak menyebut kata homoseksual (liwath) atau


orientasi seksual sekalipun.Akan tetapi al-Qur’an merespon kata tersebut dengan
kata al-fakhsha‟ (perbuatan yang keji) dalam QS. Al-A’raf:80, kata alsayyi‟ at
dalam QS. Hud:78, kata al-khaba‟its dalam QS. Al-anbiya’:74 dan kata almunkar
dalam QS. Al-Ankabut:21. Di dalam al-Qur’an sendiri tidak ada kata yang khusus
mengenai homo, lesbi, gay, bisek maupun asek.Al-Qur’an menyebut perbuatan
tersebut dengan kata-kata (perbuatan) di atas. Akan tetapi, perlu diketahui contoh
perbuatan di atas, bisa dilakukan oleh siapapun tidak memandang itu homo
maupun hetero. Mengenai kata al-fakhsha‟, di dalam al-Qur’an terulang sebanyak
tujuh kali.Karena kejinya perbuatan tersebut, sehingga Allah menurunkan adzab
kepada kaum Nabi Luth, yang mana menurut sejarah, adzab tersebut dikatakan
sebagai kiamat pertama dari dahsyatnya adzab Allah.penggambaran mengenai
siksa kaum Nabi Luth yang diabadikan dalam al-Qur’an adalah:

َ ‫ ٱن َٰ َغََ ِبسِي ي ِ تَ ََ َ كَا ٱي‬٨٣


َ ‫سأَتَهۥُ ِإلََََّ َوأَه َههۥُ َٰهََُ ََ َُ َجََ ي فَأ‬

َ ‫ع َهي ِهى اَََ َوأَي‬


‫طس‬ َ َّ‫ظَُ س فَٱ ي‬
َ ‫طسا‬ َ ‫ف‬
َ ‫ ُجًَ َ ِس ِيي ٱن عَََ ََٰ ِق َبتُ كَا كَي‬٨٤

Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecualiisterinya; dia


termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).Dankami turunkan kepada
mereka hujan (batu); Maka perhatikanlahbagaimana kesudahan orang-orang yang
berdosa itu.(QS. al-A’raf: 83-84).

ُ ‫سافِ َه َها عَََ ََٰ ِهيَ َها اََُ َج َعه اَََ أَي‬
َ‫س َجا َء اًََّ فَه‬ َ ‫ع َهي َها اَََ َوأ َي‬
َ ‫طس‬ َّ ‫ضَُ ىد‬
َ ‫ي س ِِجيم ي ِ حِ َجازَ ة‬ ُ ٨٢

‫ِب َبعِيد يًَِ ِه‬

ََ َََََٰ ً‫سىَّيَت‬
َ ُّ‫ِي َويَا زَ بِكَ دََُ عِ ي‬
َ ‫ ٱنظ ي ِ ه‬٨٣

Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth ituyang di atas ke
bawah (Kami balikkan), dan kami hujani mereka denganbatu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi.Yang diberi tandaoleh Tuhanmu, dan siksaan itu
tiadalah jauh dari orang-orang yangzalim.(QS. al-Hud:82-83).

19
Disamping al-Qur’an, hadist Nabi juga dijadikan rujukan mengenai
homoseksualitas, hadist-hadist tersebut antara lain;9

Dari Abu Sa‟id al-Khudri dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda: ”Seoranglaki-
laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lainnya dan janganlah seorangperempuan
melihat aurat perempuan lainnya dan janganlah seorang priabersentuhan dengan
pria lainnya dalam satu selimut, demikianlah jugajanganlah bersentuhan
perempuan dengan perempuan lainnya dalam satuselimut”.Dari sahabat Ibnu
Abbas ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda:”Barang siapa yang
menjumpai orang yang mengerjakan seperti kaum Nabi Luth maka bunuhlah si
pelaku bersama pasangannya”. (hadist riwayatImam Rawi hadist kecuali an-
nasa‟ie).Dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda: ”Allah
melaknatorang yang melakukan kebiasaan kaum Luth sampai tiga kali”.
(Hadistriwayat an-Nasa‟ie)

Ayat al-Qur’an dan hadist Nabi di atas, digunakan dasar kesepakatan


(ijma‟ulama‟) untuk menyepakati bahwa liwath dan aktivitas seksual sesama jenis
adalah haram. Pengharaman tersebut dengan berdasar pada kaidah ushul fiqh
”daarul mafaasid muqaddamu ‟ala jalbi al-mashalih” (menghindarkan keburukan
didahulukan atas mendatangkan maslahat). Ketiga kerangka tersebut digunakan
oleh MUI untuk mengeluarkan fatwa pada tanggal 30 Desember 2014.10

Beberapa literatur sejarah Islam klasik menceritakan bahwa Abu Nuwas


seorang penyair yang menggemari anak lelaki dan anggur, naskah syair ini menjadi
bahan cemoohan orang-orang kepada Abu Nuwas tetapi tidak sampai kepada taraf
fitnah. Juga Al-Ghazali seorang ulama’ mistik pernah menyusun syair-syair untuk
kekasih-kekasih (laki-laki)nya yang berusia muda. Akan tetapi Al-Ghazali menolak
untuk dikatakan homo.11 Fatwa MUI tersebut mewakili pandangan ulama’ fikih
klasik mengenai kaum LGBT. Bahkan bagi sekelompok muslim tertentu
(mainstream), menganggap bahwa hukum fiqih terhadap kaum homo dianggap
final, mutlak dan absolut karena sudah jelas di dalam al-Qur’an, hadist, dan
kesepakatan Ulama’ (ijma‟).

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan homoseksual pribadi dan yang
tidak bersifat komersial antara orang dewasa. Sebuah RUU nasional untuk
mengkriminalisasi homoseksualitas, bersama dengan hidup bersama, perzinahan dan
praktek sihir, gagal diberlakukan pada tahun 2003 dan tidak ada rencana berikutnya untuk
memperkenalkan kembali undang-undang tersebut. Hukum Indonesia tidak
mengkriminalisasi homoseksualitas, jika dilakukan secara pribadi dan di antara orang
dewasa. Namun, hukum Indonesia tidak mengakui pernikahan gay, serikat sipil atau
manfaat kemitraan domestik.

LGBT bukanlah bagian dari hak asasi manusia karena hak asasi manusia merupkan
hak yang diberikan oleh tuhan yang menciptakan kita sebagai anugrah. Fatwa Majelis
Ulama’ Indonesia (MUI) tertanggal 31 Desember 2014 yang ditandatangani oleh Prof.
Dr. H. Hasanuddin, AF. MA bahwa homoseksual merupakan perbuatan yang hukumnya
haram, merupakan suatu bentuk kejahatan dan pelakunya dijatuhi hukuman mati.Ibarat
“jatuh ketiban tangga”, Fatwa MUI melengkapi beban seorang LGBT yang ter-
diskriminasi dari keluarga, masyarakat dan negara.

3.2 Saran
Untuk permasalahan LGBT diharapkan dapat menurun atau bahkan dapat di
hilangkan. Karena LGBT menurut islam merupakan sesuatu yang haram. Tetapi kaum
LGBT pun tidak boleh kita olok-olok apalagi dihinakan, mereka perlu di ayomi dan
disembuhkan. Peran keluarga sangat penting dengan memberikan motivasi-motivasi
yang baik agar dapat berubah menjadi hidup yang normal kembali. Para LGBT pun dapat
di rehabilitasi untuk merubah hidupnya dan kita dapat melakukan pendekatan kepada
kaum LGBT untuk mengajak mereka berubah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Rustam Dahar Karnadi Apollo. Oktober 2016. Dalam jurnal “LGBT DI
INDONESIA: Perspektif Hukum Islam, HAM, Psikologi dan Pendekatan
Maṣlaḥah”. Volume 26, Nomor 2. Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo,
Semarang.

LGBT dalam Perspektif HAM dan Hukum dalam


http://www.muslimedianews.com/2016/02/lgbt-dalam-perspektif-ham-dan-
hukum.html#ixzz5jHw7bQ8O diakses pada 26 Maret 2019.

Melani Budianti, Identitas-Trans, dalam Ekspresi Untuk Identitas, diterbitkan olehSuara


Kita, PKBI dan renebook:2014.

Menelisik Perjalanan LGBT di Indonesia dalam


http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/16/01/28/o1n41d336-menelisik-perjalanan-lgbt-di-indonesia-
part1 diakses 26 Maret 2019

Santoso, Meilanny Budiarti. Dalam jurnal “LGBT dalam Prespektif Hak


AsasiManusia”.Volume 6, Nomor 2, Hal.154-272. Universitas Padjadjaran.

Siti Musdah Mulia, Islam dan Hak Asasi Manusia: Konsep dan
Implementasi,Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010.

Wawan Gunawan A. Wahid, Perilaku Homoseks Dalam Pandangan Hukum Islam,dalam


Jurnal Musawa UIN SUKA Vol.2.No.1 Maret 2003.

22

Anda mungkin juga menyukai