Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

LGBT merupakan akronim atau singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan

Transgender (Papilaya, 2016). Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan

menggantikn frasa “Komunitas Gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-

kelompok yang telah disebutkan (Wikipedia). Istilah Lesbian, Gay, Biseksual,

Transgender, juga dapat digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan

hanya homoseksual, biseksual, atau trangender. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), homoseksual merupakan keadaan di mana seseorang tertarik terhadap orang dan

jenis kelamin yang sama. Kamus Bahasa Melayu Nusantara memberikan dua definisi

tentang homoseksual yakni; pertama, homoseksual adalah individu yang tertarik nafsu

syahwatnya kepada sejenis dengannya. Kedua, homoseksual orang yang berada dalam

keadaan tertarik terhadap orang dengan jenis kelamin yang sama; atau cenderung kepada

hubungan sejenis (Fitri & Apriana 2023).

Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga

digunakan oleh myoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan

gender di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa inggris lainnya. Akronim

Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, merupakan upaya untuk mengategorikan berbagai

kelompok dalam satu wilayah abu-abu; dan penggunaan akronim ini menandakan bahwa

isu dan prioritas kelompok yang diwakili diberikan perhatian yang setara.

Akhir-akhir ini trend LGBT semakin menarik di kalangan masyarakat Indonesia

dan bermunculan berbagai kasus tentang LGBT. Keberadaan kaum lesbian, gay,
biseksual, transgender, atau LGBT masih menjadi pembahasan yang hangat diberbagai

kalangan masyarakat. Keberadaan kaum LGBT masih menjadi pro dan kontra dari

berbagai pihak, baik di dunia internasional maupun di Indonesia.Munculnya komunitas

LGBT secara terang-terangan menuntut poin-poin di atas menimbulkan pro dan kontra di

tengah masyarakat. Pihak yang pro menyanjung pelaksanaan perlindungan Hak Asasi

Manusia (HAM) yang seharusnya juga dilekatkan kepada kaum LGBT. Selama ini kaum

LGBT tidak pernah mendapatkan perhatian, apalagikekerasan karena identitasnya,

selama ia dapat memenuhi fungsi sosial yang dituntun oleh norma masyarakat. Banyak

masyarakat yang menganggap orientasi seksual sebagai urusan pribadi setiap individu

yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain, meski tidak sedikit yang menjadikannya topik

pembicaraan (Elga Andina, 2016).

Pada tahun 2014 silam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes

RI), membuat penelitian menyurvei populasi Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender

(LGBT), di Indonesia di katakan bahwa “Belum diketahui jumlah populasi LGBT di

Indonesia. Informasi yang diperoleh dari Kemenkes terdapat peningkatan jumlah Waria

secara bermakna antara tahun 2002 dan 2009, tetapi tidak terdapat peningkatan bermakna

dari tahun 2009 dan 2012. Populasinya tidak ada yang pasti namun mengacu data

populasi rawan terdampak HIV jumlah waria diperkirakan mencapai 597 ribu orang,

sedangkan Lelaki yang seks dengan lelaki termasuk biseksual mencapai lebih dari 1 juta

orang (Kemenkes RI, 2014). Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Pattimura (JIKP), pernah

membuat suatu penelitian tentang kaum gay yang dimana penelitian ini diprakarsai oleh

Robert Sidabalok dan Sandra Telussa dengan judul penelitian “Fenomena Komunikasi

Kaum Gay di Era Digital” tahun 2022, dalam peneletian tersebut Robert dan Sandra
menggunakan aplikasi blued buatan china sebagai media komunikasi dengan mereka dan

hasil yang didapat dikatakan dalam jurnal tersebut ialah “Lokasi dan objek penelitian

yaitu kaum gay yang ada di kota ambon sebanyak 6 (enam) orang dengan kriteria

pengguna aktif aplikasi blued” (Robert & Sandra, 2022). Sebagian besar wilayah

Indonesia tidak memiliki hukum sodomi dan saat ini tidak mengkriminalisasi perilaku

homoseksual pribadi dan non-komersial di kalangan orang dewasa, tetapi hukum di

Indonesia tidak melindungi komunitas LGBT terhadap diskriminasi dan kejahatan

kebencian. Keberadaan kelompok-kelompok ini terpancar di seluruh wilayah di Indonesia

termasuk di wilayah-wilayah dengan kondisi sosiologis yang agamis. Agama-agama

besar resmi di Indonesia seperti Islam, Kristen (katolik dan protestan), Hindu, Budha,

Konghucu, juga membahas permasalahan LGBT ini dari perspektif masing-masing

agama.

Fenomena LGBT ini khususnya di Kota Ambon, Provinsi Maluku, mendapat

perhatian penting dan komentar-komentar penting pula dari beberapa pihak di beberapa

kalangan seperti Dinas Kesehatan Kota Ambon, Psikolog Klinis Rumah Sakit Khusus

Daerah (RSKD) Maluku, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku,

Direktur Yayasan Pelangi Maluku, bahwa LGBT menurut perspektif masing-masing dari

pihak-pihak yang disebutkan tadi berbeda dan saling berbenturan argumennya. Seperti

yang diberitakan dalam situs websitenya satumaluku.id dan ambon.antaranews.com, pada

Senin, 6 Maret 2023 14:55 WIB, Psikologi Klinis RSKD menyampaikan komentarnya

tentang LGBT oleh Vebry Watimena bahwa "Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender

(LGBT) itu bukan merupakan salah satu gangguan mental," ujar Vebry Wattimena M.Psi

di Ambon. Tetapi bertolak belakang dengan komentar Menteri Agama (Menag) RI


Lukman Hakim Saifuddin yang di posting di situs website resmi Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi Maluku Rabu, 17 Oktober 2018, mengatakan "Semua

agama menolaknya. Dan karenanya saya pun menolak tindakan atau perilaku LGBT,"

ujar Menag dalam video pendek yang diunggah di laman akun Twitter dan Facebook

@Kemenag_RI, Rabu, 17 Oktober 2018. Fenomena ini juga sudah mendapatkan

perhatian yang cukup serius dikaji oleh tokoh-tokoh di dunia Pendidikan di Indonesia dan

pemerintah Indonesia, termasuk di ranah bimbingan dan konseling. Sebagai bagian

integral dari Pendidikan, bimbingan dan konseling juga harus berperan serta dalam

menangkal berkembangnya fenomena LGBT tersebut. Maka dari itu Guru Bimbingan

dan Konseling sebagai pelaksana pelayanan Bimbingan dan Konselig di Sekolah formal

maupun non formal, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, harus memiliki

perhatian khusus pada fenomena LGBT ini dan akan menjadi tantangan yang cukup

serius bagi Guru Bimbingan dan Konseling di era perkembangan teknologi yang semakin

pesat ini.

Calon Guru BK tentunya memiliki peran dalam melaksanakan pelayanan BK di

sekolah (formal) dan layanan social kepada masyarakat (non formal). Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata perspektif adalah cara melukiskan suatu benda

pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata tiga dimensi

(Panjang, lebar, dan tingginya). Arti lainnya dari perspektif adalah sudut pandang.

Perspektif memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga perspektif dapat

menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

Perspektif dalam aspek ini ketika dibawah keranah Mahasiswa di perguruan tinggi

setidaknya memiliki argument tentang LGBT, maknanya bahwa bagaimana perspektif


atau sudut pandang Mahasiswa tentang LGBT ini. Istilah LGBT ini masih menjadi topik

seru dan menjadi pembahasan menarik di kalangan Mahasiswa Universitas Pattimura

Ambon. Sehingga penting untuk meneliti hal ini agar mengetahui pendapat para

Mahasiswa yang pada umumnya dan khususnya tentang LGBT.

Judul penelitian saya tentang “Makna Hidup Individu dengan LGBT (Studi

Kasus Homoseksual)”, ini tujuannya mengetahui gaya hidup individu yang orientasi

seksual yang berbeda atau kaum LGBT dan dari sudut pandangnya.

1.2 Fokus Penelitian

Berkaitan dengan Makna Hidup Individu dengan LGBT yang berlokasi di dalam

kawasan kota ambon, maka diperlukan sebuah penelitian tentang “Makna Hidup

Individu dengan LGBT (Studi Kasus Homoseksual)”, yang akan dirumuskan dalam

subfokus penelitian dalam hal berikut : “Makna hidup individu LGBT di Kota Ambon”.

1.3 Rumusan Masalah

Apa yang menjadi makna hidup individu LGBT?

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian di yaitu untuk mengetahui makna hidup individu LGBT.

1.5 Manfaat

Penelitian ini ada untuk mencari informasi seputar edukasi tentang LGBT dan

memahami perilaku kaum ini, pembahasan tentang LGBT ini di ambil dari trendnya yang

semakin populer akibat banyak media yang meyoroti kaum ini. Manfaat dari penelitian

ini untuk memahami perilaku kaum LGBT.

Adapun pendapat para ahli secara teoritis mengatakan sebagai berikut :


1. Menurut Bastaman (2007), makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting,

benar, dan didambakan, memberikan nilai khusus serta dapat dijadikan tujuan

hidup seseorang. Apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi, maka kehidupannya

menjadi berarti dan menimbulkan perasaan bahagia.

2. Menurut Sinyo (2014), definisi yang melakat pada istilah LGBT ialah suatu

bentuk gerakan terhadap seksual yang ingin diakui dengan mengatasanamakan

HAM dalam berbagai perjalannnya. Langkah ini dilakukan guna menghargai

perbedaan pandangan dari banyak pihak terhadap LGBT yang terjadi.

3. Menurut Sutanta (2011) informasi merupakan sebuah hasil dari pengolahan data

sehingga menjadi bentuk yang penting bagi si penerima informasi. Dengan

adanya informasi, dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

oleh si penerima informasi, yang mana dapat dirasakan akibatnya baik secara

langsung maupun tidak langsung.

4. Driyarkara mendefinisikan edukasi sebagai usaha dalam memberikan pegangan

atau pedoman kepada manusia. Upaya edukasi dilakukan untuk mengangkat

orang muda agar lebih insani dan menyesuaikan perannya.

Dari beberapa pandangan para ahli di atas saya menyimpulkan bahwa setiap

individu memiliki kisah dalam menjalani kehidupannya. Di dalam kisah-kisah perjalanan

hidup individu manusia terdapat hal-hal penting yang tidak bisa dilupakan dan menjadi

kenangan yang mengukir kisah si individu. Sehingga ukiran-ukiran kisah kehidupan

individu ini menjadi suatu pelajaran yang menjadi makna sehingga si individu

menafsirkan arti dalam menjalani kehidupannya. Seperti individu LGBT ini, untuk

perilakunya di anggap aneh oleh masyarakat heteroseksualitas di kota ambon pada


umumnya sehingga menjadi misteri dan pertanyaan bagi masyarakat heteroseksual

kenapa orientasi seksual mereka kaum LGBT berbeda. Maka untuk mengenal LGBT ini

kita harus buat suatu penelitian yang menggali seputar kehidupan individu LGBT ini

dengan cara mengetahui makna hidupnya seperti apa untuk mendapatkan informasi yang

bisa menjadi bahan objek penelitian sehingga edukasi seputar LGBT sedikit tersampaikan

kepada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai