Anda di halaman 1dari 10

FENOMENA GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN GERAKAN LGBT DI

INDONESIA (2011-2016)

Oleh:

Dwi Novi Ariyanti


Pembimbing: Yuli Fachri, S.H, M.Si
Bibliografi: 23 Buku (tahun1980- tahun 2015) 6 jurnal, 15 website

Abstract
This study discusses the influence of globalization on the development of LGBT
(Lesbian,Gay, Bisex, and Transgender) in Indonesia. Indonesia has a history of LGBT
development from year to year which is still spelled out surreptitiously. In 2015 the United States
constitution adopts same-sex marriage, it becomes a momentum of international LGBT openess.
The American decision has influenced other countries to make silimar constitutions and even pave
the way for LGBT Asia’s struggle particularly. Indonesia as a member country of the UN is
inseparable from the recomendations to accept LGBT. Today this community becomes
lifestyle,economic value and trend. Five years back, araund the year 2010 LGBT in Indonesia is
still in the concentration of the population as a key transmitter of HIV/AIDS virus, but then the
sexual violence that emerged on the surface of children, street children conducted by adult,
homosexual in Indonesia is still seen as a crime.

This study uses the analysis of querr theory and globalization, which is a method of
qualitative research.

Key Words: LGBT, History of Indonesian’s LGBT, Globalization, Querr Theory

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 1


Pendahuluan setidaknya sebesar 10 persen dari total
penduduk. Dengan menggunakan rumus
LGBT di Indonesia diyakini telah tersebut, Gaya Nusantara sebagai salah satu
ada sejak zaman kolonial. Perkembangannya komunitas kaum gay memperkirakan jumlah
mengikuti zaman dan generasi, membentuk kaum homoseks di Indonesia mencapai
komunitas-komunitas dalam bentuk sekitar 20 juta. 1 Adapun berdasarkan hasil
solidaritas maupun perjuangan. Salah satu survei CIA pada tahun 2008, jumlah
bentuk pengaplikasian dari kondisi homoseks di Indonesia mencapai 16,6 juta.
komunitas ini adalah dengan terbentuknya Jumlah itu menempatkan Indonesia pada
beberapa LSM seperti Swara Srikandi di urutan kelima negara homoseksual terbanyak
Jakarta, LGBT Gaya Nusantara, LGBT Arus di dunia dari jumlah keseluruhannya
Pelangi, dan Lentera Sahaja juga Indonesian mencapai 469,4 juta jiwa.2
Gay Society di Yogyakarta. Di samping itu
juga muncul sarana chatting dan facebook 1. Sejarah Perkembangan LGBT di
yang dijadikan ruang untuk saling Indonesia
mengetahui dan mengenal. Sarana ini
digunakan sebagai media berbagi cerita dan Menurut Boellstorff (2006), kaum
tentu saja menjadi ajang pencarian pasangan. homoseksual Indonesia mulai menyebut diri
Bukti-bukti di atas merupakan salah satu mereka gay dan lesbi pada tahun 1970 sampai
contoh berkembangnya komunitas awal 1980an. Menyetujui pandangan
homoseksual di masa kini. Anderson (1983) tentang peranan penting
dari media massa sebagai sarana penciptaan
Jumlah kaum LGBT di Indonesia sentimen nasionalisme kolektif, Boellstorff
tidak memiliki angka pasti. Hal tersebut (2006) menilai bahwa terminologi gay dan
karena masih banyak di antara mereka yang lesbian dalam masyarakat Indonesia tidak
enggan untuk menyatakan identitas dan terlepas dari pengaruh media
orientasi seks mereka karena kuatnya massa. 3 Sentimen identitas dan pengaruh
dominasi budaya dan agama. Apalagi media tersebut mendorong tumbuh suburnya
Indonesia tidak atau belum mengakui organisasi dan komunitas LGBT yang
keberadaan LGBT sebagai kelompok sosial. berjuang agar identitas mereka diterima dan
Kata Tom Boellstorff dalam bukunya The diakui, beberapa di antaranya seperti Gaya
Gay Archipelago (2005), “Orang gay dan Nusantara, Arus Pelangi, Ardhanary
lesbi ada di mana-mana di Indonesia, dari Institute, Institut Pelangi Perempuan, Our
Sabang ke Merauke, tetapi lebih Voice, Violet Grey, HerLounge, Gaya
tersembunyi. Sampai sekarang, banyak Dewata, IGAMA, PLU Sehati, serta
antaranya yang merasa mereka harus kampanye-kampanye para kaum LGBT
tertutup.” dalam memperjuangkan identitas mereka
pada berbagai momentum, khususnya saat
Berdasarkan penelitian Alfred IDAHO.4
Kinsey (1948-1953) yang banyak dirujuk,
jumlah kaum homoseksual suatu negara

1 4
www.gayanusantara.or.id Boellstorff, Tom. 2005. The Gay Archipelago:
2 Seksualitas dan Bangsa di Indonesia. New Jersey:
www.topix.com
3
Boellstorff, Tom. 2006. “Gay dan Lesbian Indonesia Princeton University Press.
serta Gagasan Nasionalisme.” Social Analysis (50)1,
Spring 2006: 158-163.

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 2


Tanggal 1 maret 1982 adalah salah LGBT yang selama ini dipinggirkan di
satu hari bersejarah bagi kaum LGBT berbagai sektor kehidupan, mengalami
Indonesia, karena pada tanggal tersebut diskriminasi multidimensional, dan tidak
oganisasi terbuka yang menaungi kaum gay diterima sebagai kelompok sosial mulai
berdiri untuk pertama kalinya di indonesia. menampakkan gerakan dan perjuangan atas
Organisasi dengan nama Lambda Indonesia identitas gender dan orientasi seksual
itu mempunyai sekretariat di solo. Pada tahun mereka.
1985 komunitas gay di yogyakarta
mendirikan organisasi dengan nama 2. Jumlah LGBT Indonesia
Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY).
Jumlah LGBT di Indonesia belum
Tahun 1988 PGY berubah nama memiliki angka pasti namun demikian
menjadi Indonesian Gay Society (IGS). jumlahnya diperkirakan meningkat setiap
tanggal 1 agustus 1987 merupakan salah satu tahun. Harus kita ketahui bahwa kelompok
titik waktu terpenting bagi komunitas gay di LGBT merupakan bagian dari kelompok
Indonesia, yaitu dengan berdirinya populasi kunci, yang dimaksud dengan
Kelompok Kerja Lesbian dan Gaya populasi kunci merujuk pada kelompok-
Nusantara (KKLGN) yang kemudian kelomppok kunci penyebar virus HIV/AIDS.
disingkat menjadi GAYa Nusantara (GN). Yang termasuk populasi kunci diantaranya
tahun 90-an muncul organisasi gay di hampir Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL),
semua kota besar di indonesia seperti Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung
Pekanbaru, Bandung, Denpasar dan Malang (WPSTL), Pelanggan WPS (Langsung &
tidak langsung), Laki-laki Seks Laki-laki
Lebih lanjut, keterbukaan politik (LSL), Homoseks/LGBT, Pelanggan Napza
yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1998 Suntik (Napasun), Waria, Pelanggan Waria,
telah mentransfer nilai-nilai universal hak Laki-laki resiko rendah, dan Perempuan
asasi manusia melalui globalisasi politik. resiko rendah.
Keterbukaan politik melalui demokratisasi Jika LGBT adalah salah satu
melahirkan banyak tuntutan-tuntutan pembawa resiko virus HIV/AIDS dengan
terhadap penegakan hak-hak asasi manusia asumsi bahwa LGBT berpotensi terkena
yang selama ini terkungkung oleh dominasi HIV/AIDS maka jumlahnya dapat dihitung
Orde Baru (Ariyanto dan Triawan 2008). sama dengan jumlah penderita HIV/AIDS.
Maka, ketika kran kebebasan dalam Berikut poyeksi estimasinya menurut data
demokrasi terbuka, suara-suara kritis yang statistik yang dikeluarkan Kemenkes RI
selama ini terkekang mulai menyuarakan tahun 2016 tentang penyumbang kasus
gagasan hak asasi. Tidak terkecuali, kaum HIV/AIDS baru terbesar.

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 3


Tabel. 1.1 Estimasi dan Proyeksi Jumlah Infeksi HIV Baru Menurut Kelompok Populasi
Kunci di Indonesia Tahun 2011-2016.

pertamhannya sekitar 2.500 jiwa pertahun.


Dari tabel di atas Homoseks/LGBT Angka jumlah Homoseks/LGBT
pengidap HIV/AIDS tahun 2016 mencapai penderita HIV AIDS ini merupakan data
28.640 kondisi real bahwa kelompok LGBT
jiwa. Di lihat dari angkanya mengalami menyumbang angka tertinggi penularan
peningkatan setiap tahun. Jika kita HIV/AIDS, dan angka ini pula dapat kita
perhatikan dari tahun 2011-2012 angkanya gunakan sebagai rujukan dalam melihat
meningkat sebesar 2.301 jiwa, Tahun 2012- jumlah LGBT di Indonesia pertahunnya.
2013 meningkat sebesar 2.616 jiwa, Tahun Berikutnya bagaiman estimasi yang
20133-2014 meningkat sebesar 2.8533 di kemukakan oleh pegiat LGBT Indonesia
jiwamenjadi 22.352 jiiwa, Tahun 2014-2015 Dede Oetomo yang mengatakan bahwa
meningkat sebesar 3.060 jiwa menjadi LGBT di Indonesia sekitar 3% dari total
25.412 jiwa dan di Tahun 2015-2016 jumlah penduduk. Perhatikan grafik
angkanya meningkat sebesar 3.228 jiwa. Dari penduduk Indonesia 2015.
anngka ini kita melihat rata-rata

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 4


JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 5
Sementara itu perhatikan jumlah
Waria Tahun 2010 pada tabel di bawah ini.

penelitian ini. Tahun 2015 total jumlah


Dari data pada tabel di atas jumlah penduduk Indonesia adalah 258,2 juta jiwa.
Waria di Indonesia tahun 2010 sudah Angka 3% dari total jumlah penduduk
mencapai 31.179 jiwa. Dan kita lihat di tabel Indonesia yang di asumsikan sebagai
jumlah LGBT yang terkena HIV/AIDS tahun kelompok sebear 7.746 jiwa. Angka ini
2015 sudah mencapai 25.412 jiwa, jika bertambah dari predisksi PBB tahun 2011
jumlah ini kita kurangi untuk mencari yaitu mencapai 3 juta-an saja.
selisihnya maka kita anggap 5.767 Sementara itu laporan Kementerian
Homoseks/LGBT yang tidak terkena Kesehatan yang dikutip dari Komisi
HIV/AIDS. Kita tahu bahwa ada pula Penanggulangan AIDS Nasional
kampanye seks aman bagi LGBT. Kita mengungkap jumlah Lelaki berhubungan
anggap angka ini relevan dari program- Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay sudah
program kampanye yang mereka miliki mencapai angka jutaan.
(USAID/UNPD), meskipun angka tersebut Berdasarkan estimasi Kemenkes pada
juga cukup mengerikan. 2012, terdapat 1.095.970 LSL baik yang
Selanjutnya kita buktikan data yang tampak maupun tidak. Lebih dari lima
mengatakan jumlah LGBT Indonesia adalah persennya (66.180) mengidap HIV.
3% dari total jumlah penduduk. Tentu kita Sementara, badan PBB memprediksi jumlah
ambil data tahun 2015 sesuai dengan

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 6


LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa keterbukaan. Tidak dipungkiri bahwa
pada 2011. globalisasi memberi pengaruh yang besar
Pada 2009 populasi gay hanya sekitar terhadap suburnya paham liberal. Paham ini
800 ribu jiwa. Mereka berlindung di balik menginspirasi masyarakat global untuk
ratusan organisasi masyarakat yang menerima keterbukaan tanpa batas,
mendukung kecenderungan untuk katakanlah seperti kesetaraan gender. Atas
berhubungan seks sesama jenis. nama HAM komunitas LGBT negara maju
Sampai akhir 2013 terdapat dua jaringan memberikan stimulus kepada negara-negara
nasional organisasi LGBT yang menaungi lain untuk melakukan hal yang sama yaitu
119 organisasi di 28 provinsi. dikenal dengan istilah marriage same sex
3. Pengaruh Globalisasi Terhadap accaptance. Mereka memperjuangkan agar
Perkembangan LGBT pernikahan sesama jenis di legalkan.
Era globalisasi di tandai dengan era

prostitusi dan perdagangan orang.


Terlepas dari pro dan kontra Lebih jauh globalisasi telah
globalisasi telah membuka pintu pada memberikan pandangan kepada kita bahwa;
komunitas ini terus melebarkan pengaruhnya Cochrane dan Pain menegaskan dalam
sampai kepelosok negri. Harus di cermati kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
fenomena LGBT seharusnya tidak hanya di posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
pandang sebagai gaya hidup baru atau • Para globalis percaya bahwa globalisasi
ketertarikan seksual semata tetapi juga adalah sebuah kenyataan yang memiliki
ekonomi. LGBT juga rentan terhadap praktik konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 7


dan lembaga di seluruh dunia berjalan. memiliki awal dan akhir. Butler juga menolak
Mereka percaya bahwa negara-negara dan pandangan bahwa seks (male/female)
kebudayaan lokal akan hilang diterpa sebagaipenentu dari
kebudayaan dan ekonomi global yang gender (masculine/feminine),dan gender
homogen. Meskipun demikian, para globalis sebagai penentu sexual orientation.
tidak memiliki pendapat sama mengenai Identitas tidak berhubungan dengan seks
konsekuensi terhadap proses tersebut. ataupun gender. Identitas diperoleh dari
tindakanperformative, yang selalu berubah-ubah.
• Para globalis positif dan optimistis Inilah yang disebut Butler sebagai identitas
menanggapi dengan baik perkembangan manusiatidak pernah stabil. Dari sini dapat
semacam itu dan menyatakan bahwa dimengerti bahwa dalam pandangan Butler, sah-sah
globalisasi akan menghasilkan masyarakat sajabila seseorang memiliki identitas maskulin di satu
dunia yang toleran dan bertanggung jawab. waktu dan identitas feminin di waktu lain.Demikian
pula dengan male feminine atau female
• Para globalis pesimis berpendapat
masculine. Hal ini tentu berpengaruh pulapada
bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena
persoalan orientasi seksual. Jika identitas seksual
negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah
seseorang tidak final, tidak stabil,seharusnya tidak
bentuk penjajahan barat (terutama Amerika
ada keharusan seorang perempuan menyukai
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk
pria dan sebaliknya.Namun masyarakat tentu
budaya dan konsumsi yang homogen dan
tidak menghendaki yang demikian. Seperti yang juga
terlihat sebagai sesuatu yang benar
telahdisebutkan di atas, subyek dibentuk oleh culture
dipermukaan. Beberapa dari mereka
dan diskursus, dimana ada suatu aturan yangselalu
kemudian membentuk kelompok untuk
tersedia dan disebarkan melalui repetisi. Aturan ini
menentang globalisasi (antiglobalisasi).
membuat suatu fenomena seolah-olah
Terkait penyimpangan seksual dalan
heteroseksualitas merupakan hubungan yang
konteks LGBT, Judith Butler memberikan
normative antara seks, gender, danorientasi seksual.
pandangannya melalui teori yang di kenal
Seorang dengan tubuh male, harus bertindak secara
dengan Queer Theory. Kosa kata ‘Queer’
maskulin, danmenyukai female sebagai lawan
dapat berarti sebagai sesuatu yang buruk,
jenisnya. Dan sebaliknya. Aturan ini sudah
menyimpang, dan tidak benar. Namun
tertawan di tahapyang paling awal, yang dikutip
belakangan istilah queer mendapat makna baru yaitu
Butler dari Melancholia Freud, bahwa :
sebagai pandangan yangmendasari dukungan
“This idea of identity as free-
atas kaum LBGT. Queer theory merupakan
floating, as not connected to an
pandangan bahwa tidak adaorientasi seksual
'essence', but instead
yang sifatnya natural, dengan demikian tidak ada pula
a performance, is one of the key
orientasi seksual yangmenyimpang. Queer theory
ideas inqueer theory . Seen in this
merupakan teori identitas tanpa seksualitas .Queer
way, our identities, gendered and
theory Judith Butler berangkat dari ide bahwa
otherwise,do not express some
identitas merupakan sebagai suaty free-
authentic inner "core" self but are
floating, berkaitan dengan tindak performatif individu
the dramaticeffect(rather than the
dan tidak berkaitan dengan suatuesensi (jika ada)
cause) of our performances.” 5
dalam diri individu tersebut.
Judith Butler menolak prinsip identitas yang
Kesimpulan

5
Diambil dari artikel dari
situshttp://www.theory.org.uk/ctr-butl.htm(diunduh
pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 09.10 WIB)

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 8


Secara signifikan, identitas menjalani ‘terapi’ tersebut. Organisasi
transgender wanita-ke-pria, kurang begitu tersebut juga menekankan bahwa
jelas. Yang perlu ditambahkan secara homoseksualitas hanyalah varian dari
singkat di sini adalah bahwa bagi orang seksualitas manusia dan tidak dapat
Indonesia secara umum, waria dalam dianggap sebagai kondisi patologis.
kehidupan nyata lebih banyak dikenal Dengan globalisasi persepsi-persepsi
daripada orang gay, lesbian atau biseksual. tersebut lebih mudah berkembang dan
Dengan kata lain, orientasi atau perilaku diterima oleh masyarakat global. Globalisasi,
seksual yang tidak konformis seringkali dengan pesatnya perkembangan teknologi
dipersepsi sebagai identitas atau ekspresi dan informasi. ‘memudarkan’ batas-batas
gender non-conforming. Diakui atau tidak negara karena segala sesuatu telah dapat
keberadaan LGBT dengan segala haknya dengan bebas keluar-masuk dan berinteraksi
sebagai warga negara Indonesia adalah dengan apapun yang ada di dalamnya,
dilema kemanusiaan yang terus mendapat dengan demikian, segala sesuatunya menjadi
sorotan tajam agar dikaji kembali secara mengglobal. Perkembangan teknologi dan
konstitusional dengan tinjauan yang lebih informasi global telah membawa
Konsep kontinum heteroseksual- transformasi pada nilai-nilai kehidupan
homoseksual (juga disebut kontinum manusia. Maka tak salah jika globalisasi juga
orientasi seksual) aalah konsep psikologis dimaknai sebagai proses bergesernya nilai-
dan filosofis yang menempatkan orientasi nilai kehidupan masyarakat yang
seksual dalam suatu spektrum dari dikarenakan semakin globalnya informasi.
heteroseksualitas ke homoseksualitas. Era globalisasi dan modern sekarang ini,
Konsep ini berasal dari survey seksualitas gaya hidup atau life style merupakan hal yang
Alferd Kinsey pada tahun 1940-an; dalam sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk
survey tersebut , banyak responden Kinsey menunjukkan identitas diri. Berbagai macam
yang menunjukkan tingkatan biseksualitas cara dilakukan orang-orang untuk bisa
yang beragam (daripasa menunjukkan jati dirinya masing-masing,
heteroseksual/homoseksual saja). Fritz Klein baik itu dari segi cara berpakaian, pola hidup,
kemudian membuat hipotesis bahwaorientasi bahkan sampai ke perilaku seksual yang
seksual itu merupakan proses multi-variabel akhir-akhir ini semakin menyimpang dari
yang dinamis danmelibatkan ketertarikan etika dan norma yang ada atau abnormal.
perilaku, fantasi prefesensi emosi dan sosial, Perilaku tersebut diantaranya adalah perilaku
identifikasi diri dan gaya hidup. penyimpangan seksual yaitu Lesbian, Gay,
Penelitian dan konsensus ilmiah Biseksual, dan Transgender (LGBT).
menyepakati bahwa gay, lesbian, dan Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
biseksual bukan penyakit. Akibatnya Transgender (LGBT) adalah semacam
organisasi-organisasi kesehatan tidak pergeseran psikologis seseorang yang
menyarankan seseorang untuk mengubah diwujudkan dengan perilaku disorientasi
orientasi mereka dari homoseksual dan seksual. Perilaku disorientasi seksual yang
heteroseksual karena dapat berdampak sekarang ini banyak terlihat di tengah-tengah
negatif. Pada tanggal 17 Mei 2012,Pan masyarakat adalah ‘transgender’.
American Health Organization (PAHO) Transgender adalah perilaku yang dilakukan
menyatakan bahwa jasa ‘penyembuhan’ baik oleh laki-laki yang berperilaku seperti
homoseksualitas tidak memiliki dasar medis perempuan ataupun perempuan yang
yang kuat dan merrupakn ancaman bagi berperilaku seperti laki-laki yang diluar
kesehatan dan kesejahteraan orang yang kodratnya. Perilaku transgender saat ini

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 9


sudah banyak dibahas pada media sosial. Saat
ini juga sudah banyak orang yang berperilaku UNDP, USAID (2014). Being LGBT in Asia:
transgender tersebut tidak malu dan terang- Indonesia Country Report
terangan dalam menunjukkan jati dirinya di Bangkok. Being Lgbt In Asia:
tengah masyarakat. Banyak faktor yang Indonesia country Report A
mempengaruhi seseorang berperilaku Participatory Review and
transgender. Faktor tersebut bisa berasal dari Analysis ofthe L egal and Social
lingkungan sekitar ataupun budaya luar yang Environment forLesbian, Gay,
membebaskan masyarakatnya memilih apa Bisexual and Transgender
yang mereka inginkan. (LGBT) Persons and Civil
Society
Pengaruh globalisasi terhadap
perkembangan gerakan LGBT sangat kuat Boellstorff, Tom. 2006. “Gay dan Lesbian
tidak hanya pada fundamen kebebasan HAM Indonesia serta Gagasan
saja tetapi juga konstitusi. Hal ini ditandai Nasionalisme.” Social Analysis
dengan sejumlah negara yang melegalkan (50)1, Spring 2006: 158-163.
LGBT dalam konstitusi mereka sehingga di
ikuti oleh beberapa negara yang sepakat akan Boellstorff, Tom. 2005. The Gay Archipelago:
kondisi sosial seperti ini. Seksualitas dan Bangsa di
Indonesia. New Jersey: Princeton
Daftar Pustaka University Press.

Human Rights of Lesbian, Gay, Bisexual and www.kpai.go.id


Transgender persons : www.theory.org.uk/ctr-butl.htm(diunduh
Conducting a Dialogue, SIDA pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 09.10
(Swedish International WIB)
Development Cooperation
Agency) Or visit
www.sida.se/LGBTrights.

M.V. Lee Badgett, Amira Hasenbush &


Winston Ekaprasetia Luhur
LGBT Exclusion in Indonesia
and Its Economic Effect’s, 2017

Noviandy, LGBT Dalam Kontroversi Sejarah


Seksualitas Dan Relasi Kuasa,
Volume 02 No. 02 November
2012

Tom Boellstorff , Gay dan Lesbian


Indonesia serta Gagasan
Nasionalismel , (University of
California, Irvine) dalam
Antropologi Indonesia Vol. 30,
No. 1. 2m

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018 Page 10

Anda mungkin juga menyukai