Anda di halaman 1dari 12

LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

LGBT, DITINJAU DARI ASPEK SOSIOLOGIS,HUKUM,


HAM & PANCASILA

A.Muiz Aziz
Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
Muiz.aziz@esaunggul.ac.id

Abstraksi
LGBT merupakan akronim dari “Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender”.
Istilah ini digunakan circa tahun 90 an untuk menggantikan frase “komunitas
gay”. Setiap komunitas yang disebut dan terkandung dalam akronim di atas
tersebut, pada praktiknya, telah berjuang untuk mengembangkan identitasnya
masing-masing. Bagaimana mereka bersekutu dan menyimbolisasikannya lewat
bendera pelangi adalah hal yang telah melewati proses yang sangat panjang.
Perkembangan LGBT di Indonesia walaupun tidak dapat dikatakan cukup
pesat,namun masyarakat makinmenyadari akan adanya keberadaan kaum LGBT
disekitar mereka .Data yang dilansir oleh portal gaya nusantara (Oetomo,2006)
mengatakan bahwa kaum ini di Indonesia sudah mencapai sekitar 20.juta. Bahkan
Kinsey dalam penelitiannya menemukan bahwa setiap individu memeliki
kecndrungan seksual menyukai sesame jenis ,satu dari tiga orang respondennya
pernah memilki pengalaman melakukan hubungan seksual paling tidak sekali
dengan sesame jenis (Oetomo,2006). Kemudia WHOpada tahun 2005 menyatakan
bahwa orientasi seksual seseorang yang tidak “lazim”bukanlah penyakit social
melainkan hanya preferensi seksual individu. Dewasa ini kecendrungan kaum
penganut LGBT untuk mengespresikan dirinya semakin nampak dan makin
berani. Fenomena dan isu seputar LGBT telah menjadi perbincangan yang sangat
hangat di banyak kalangan masyarakat dan khalayak ramai, terutama di negara-
negara berkembang yang mana masih berpendapat bahwa orientasi seksual adalah
sesuatu yang masih asing dalam kebudayaan mereka. Bahkan, banyak lagi yang
telah meloloskan regulasi untuk melarang orang-orang dari perilaku LGBT
tersebut. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat pun beramai-ramai dan bertubi-
tubi melawan dengan getir peraturan-peraturan yang melarang orientasi seksual
ini sembari menyatakan bahwa pangkal permasalahannya kembali kepada sebuah
pilihan pribadi dan tindakan yang telah melumpuhkan pengamalan dan
pelaksanaan isu-isu fundamental lagi mendasar dari arti hak asasi manusia.

Kata Kunci: :LGBT.Sosiologis, HAM,.Hukum dan Pancasila

Pendahuluan paham LGBT masih eksis di lebih dari 70


Keberadaan hukum-hukum yang negara, termasuk di dalamnya Mesir, Iran,
dapat mempidanakan dan mengucilkan Afganistan dan Singapore. Sanksi pidana
mereka yang menganut dan mengamalkan dan hukuman yang diberikan pun beragam

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 75


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

dari penyuluhan psikiater secara paksa fundamental lagi mendasar dari arti hak
atau hukuman seumur hidup hingga kerja asasi manusia mengingatkan dan mewanti-
paksa dan dirajam3. Dan rasanya sudah wanti UN Development Program atau
cukup jelas bahwa Indonesia pun Badan Program Pembangunan PBB untuk
merupakan bagian dari Negara-negara menyalurkan gelontoran dana untuk
tersebut di atas. Secara konkrit perlawanan program LGBT di Indonesia.
terhadap LGBT keluar dari berbagai Namun tak dapat disangkal, di
kalangan di Indonesia. Muhammad Nasir, belahan lain dunia, Amerika Serikat,
menteri riset teknologi dan pendidikan penganut sistem pemerintahan demokratis
tinggi, mengatakan bahwa murid-murid selayaknya Indonesia, dapat melegalkan
dan mahasiswa-mahasiswa yang menganut pernikahan sesama jenis di seluruh Negara
LGBT sudah sepatutnya untuk dilarang bagiannya. Mulai dari Massachusetts pada
apabila mereka melakukan tindakan- tahun 2003, mencapai 15 negara bagian
tindakan yang memalukan, seperti pada tahun 2013, memuncak dan menjadi-
menunjukkan keintiman atau rasa kasih jadi pada tahun 2014 dan menyisakan 15
sayang mereka di tempat-tempat umum. negara bagian saja hingga pada akhirnya
Majelis Ulama Indonesia pun mendorong di tahun 2015 legal untuk seluruh negara
Pemerintah untuk mengilegalkan bagian di seantero Amerika Serikat bagi
hubungan dan ketertarikan sesama jenis. warga negaranya yang melangsungkan
Bahkan tidak tanggung-tanggung, Wakil pernikahan sesama jenis. Yang menarik,
Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla Ratu Beatrix dari kerajaan Belanda, negara
Fenomena dan isu seputar LGBT telah yang mana Indonesia menjadikan
menjadi perbincangan yang sangat hangat hukumnya bersumber daripadanya,
di banyak kalangan masyarakat dan menandatangani hukum pertama di
khalayak ramai, terutama di negara-negara seluruh dunia ini yang melegalkan
berkembang yang mana masih pernikahan antar sesama jenis (New York
berpendapat bahwa orientasi seksual Times. Akankah Indonesia menuju jalan
adalah sesuatu yang masih asing dalam yang sama? Akan diakuinyakah perilaku
kebudayaan mereka. Bahkan, banyak lagi dan hak-hak para pendukung dan penganut
yang telah meloloskan regulasi untuk LGBT di Indonesia? Atau bahkan, akan
melarang orang-orang dari perilaku LGBT pernahkah pernikahan sesama jenis
tersebut. dilegalkan di bumi pertiwi ini? Atas dasar
Lembaga-lembaga swadaya pertanyaan-pertanyaan tersebut, makalah
masyarakat pun beramai-ramai dan ini akan mencoba menjawab isu-isu yang
bertubi-tubi melawan dengan getir berkembang seputar dinamika pro-kontra
peraturan-peraturan yang melarang LGBT dan bagaimana memaknai unsur-
orientasi seksual ini sembari menyatakan unsur LGBT dari kacamata Sosiologi
bahwa pangkal permasalahannya kembali ,HAM, Pancasila dan Kewarganegaraan
kepada sebuah pilihan pribadi dan yang dijadikan oleh bangsa ini sebagai cita
tindakan yang telah melumpuhkan hukum yang konstitutif lagi regulatif.
pengamalan dan pelaksanaan isu-isu

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 76


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

perselingkuhan, seks pre-marital, frekuensi


orgasme, masturbasi, hingga adanya
Perkembangan LGBT temuan tentang 10 persen responden yang
LGBT merupakan akronim dari sering melakukan seks sejenis. Terlebih,
“Lesbian, Gay, Biseksual dan Kinsey menciptakan apa yang disebut
Transgender”. Istilah ini digunakan circa sebagai skala Kinsey, di mana ada kutub
tahun 90an untuk menggantikan frase ekstrim yang menilai apabila seseorang
“komunitas gay”. Setiap komunitas yang sangat heteroseksual, dan di ekstrim
disebut dan terkandung dalam akronim di lainnya, sangat homoseksual. Hal tersebut
atas tersebut, pada praktiknya, telah sebagai salah satu pemicunya, untuk
berjuang untuk mengembangkan pertama kalinya, istilah “orientasi seksual”
identitasnya masing-masing. Bagaimana digunakan sebagai sebab utama dari
mereka bersekutu dan perilaku seksual sejenis. Sebagai buku
menyimbolisasikannya lewat bendera yang merupakan ranah psikiatri, oleh
pelangi adalah hal yang telah melewati karena penemuan tersebut, para psikiater
proses yang sangat panjang. Amerika Serikat merasa mempunyai
Sesungguhnya, pasca perang dunia ke-II, kewajiban untuk membenahi kelompok
kondisi masyarakat Amerika Serikat yang 10 persen tersebut. Oleh karenanya,
sedang sibuk berbenah dan tidak mudah pada tahun 1952, Asosiasi Psikiater
panik secara moral. Pada masa itu, Amerika (American Psychiatrist
„homoseksual‟ adalah sebuah kata yang Association/APA) bertemu dan
menunjuk pada “perbuatan”, dan bukan merumuskan Diagnostic and Statistical
mengacu kepada “kelompok”. Siapa pun Manual of Mental Disorders (DSM) atau
yang melakukan homoseksual atau seks sistem klasifikasi jenis-jenis penyakit
antar sejenis hanya dipandang sebagai kejiwaan – homoseksual dimasukkan
pelaku temporer dari perbuatan yang sebagai penyakit kejiwaan (mental illness)
dianggap cabul dan menyimpang tersebut. mengenai penyimpangan seksual dalam
Namun demikian, pada masa itu, tidak ada DSM-I atau edisi DSM yang pertama
yang beranggapan bahwa „homoseksual‟ (American Psychiatric Association, 1952)
7
adalah hal yang dapat menetap sehingga
dipandang sebagai sebuah “kelompok LGBT dan Sosiologi
masyarakat dengan satu kecenderungan Tak pelak lagi bagi para pengguna
atau preferensi seksual”. internet yang bermata jeli, prevalensi
Kehadiran buku “Sexual Behavior LGBT menjadi semakin terdiseminasi
in the Human Male” karya Alfred Kinsey lewat instant messaging yang banyak
pada tahun 1948 mengubah segalanya. digunakan masyarakat Indonesia pada
Masyarakat AS dibuat gempar karena khususnya, seperti LINE dan bahkan
dalam buku tersebut Kinsey merilis hasil Whatsapp (Firmansyah, 2016) Indonesia
penelitian mengenai perilaku seksual sendiri adalah pasar LINE terbesar kedua
sebagian masyarakat AS, yang termasuk setelah Jepang sebagai Negara asal
didalamnya masalah-masalah mengenai aplikasi tersebut dengan jumlah pengguna

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 77


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

mencapai 30 juta dengan pertambahan dapat diperlakukan secara manusiawi.


pertahun hingga 10 juta pengguna Kurang lebih 20 tahun kemudian pada
(Noviandari, 2014) Artinya lebih dari 10 tahun 1982, didirikan pula Lambda
persen penduduk Indonesia yang telah Indonesia yang mendorong emansipasi
terpapar dengan penyebaran LGBT lewat kaum homoseksual. Organisasi ini bahkan
penggunaan stiker atau emoticon pro- menerbitkan majalah G:gaya hidup ceria
LGBT. (1982-1986) yang mengajak para kaum
Sesungguhnya penyebaran ini gay dan lesbian untuk mengungkapkan
bukanlah sesuatu yang instan saja namun identitasnya atau sekarang lebih dikenal
telah didorong dan berakar sejak lama. sebagai melela. Tak mau kalah dengan
Terlepas dari penerimaan masyarakat kaum homoseksual, tahun 1990-an, kaum
terhadap kaum LGBT yang terjadi di lesbian pun mendirikan organisasi Swara
dunia barat, identitas homoseksual baru Srikandi yang aktif menyuarakan nilai-
eksis di kota-kota besar di Indonesia pada nilai feminisme yang mengarah kepada
beberapa puluh tahun abad ke 20. perilaku-perilaku lesbian. Terlepas dari
Walaupun rasanya masih sangat baru, bahwa menurut data Kemenkes RI (2006),
pada dasarnya eksistensi homoseksualitas LGBT, atau lebih tepatnya Laki-laki Seks
yang terekstensi dari tradisi „perwariaan‟ Laki-Laki (LSL) adalah penyumbang
atau perbencongan ini telah berabad-abad terbesar kasus HIV/AIDS baru yang
lamanya hadir dan secara menyeluruh terjadi di Indonesia, jaringan GWL-INA
diterima sebagai bagian dari kultur (Gay, Waria dan Laki-Laki yang
Indonesia. Walaupun seringkali berfriksi Berhubungan Seks dengan Laki-Laki
dengan nilai-nilai keagamaan (terutama Lain) malah berhasil menjadi mitra kerja
dengan Islam yang mana pemeluknya Komisi AIDS Nasional.
mencapai 88.2 persen dari seluruh warga Bukan hanya itu, dengan
Negara Indonesia) dan kehadiran para dukungan dari USAID dan UNDP
waria tersebut terdorong jauh dan semakin bersama 20 organisasi LGBT Indonesia
jauh ke masyarakat yang termarjinalisasi, lainnya, seperti Forum LGBTIQ, GAYa
kehadiran mereka pun masih saja ada di Nusantara, Arus Pelangi, dan lain-lain,
tengah-tengah masyarakat (Brooks, 2012 dewasa ini sangat mendukung terdapatnya
lewat video viral dokumenter Vice yang kondusifitas bagi perlindungan dan
berjudul „Indonesia’s Transsexual pemajuan hak-hak asasi manusia bagi
Muslims’) dan bukan tidak mungkin untuk kaum LGBT Indonesia (USAID, UNDP &
didukung lewat LSM-LSM pro-LGBT Halim et. al, 2012)
yang semakin ramai saja. Terlepas daripada perkembangan
Pada tahun 1960-an, Himpunan perkumpulan LGBT yang sangat begitu
Wadam (wanita Adam) Djakarta (Hiwad) pervasifnya, perlu diketahui pula bahwa
didirikan sebagai ruang sosial budaya penyuka sesama jenis bukanlah
untuk mendorong para waria untuk merupakan sebuah kelainan genetik atau
menaikkan moral dan mata pencaharian kongenital (Ramadhani, 2016)13.
kaum yang termarjinal tersebut sehingga Disamping fakta yang masih

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 78


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

diperdebatkan hingga kini setelah pada amandemen II, Pasal 28 E ayat (2) dimana
tahun 1973 bahwa homoseksualitas (dan termaktub:
penyuka sejenis lainnya) berhasil “Setiap orang berhak atas
dihapuskan dari DSM-3 atau klasifikasi kebebasan meyakini kepercayaan,
jenis-jenis penyakit kejiwaan edisi ke-3 menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
terbitan APA, pada faktanya pula, para dengan hati nuraninya.”
pendukung dan penganut LGBT secara Atau pun, pasal 5 (Article 5) dari
umum tidak memiliki kelainan kromosom the Universal Declaration of Human
yang menyebabkan terjadinya disorientasi Rights atau Pernyataan Umum tentang
seksual tersebut (Ikrar, 2016) 14 . Yang Hak-­‐Hak Asasi Manusia yang
menjadi masalah psikologi hingga kini dipromulgasikan oleh PBB pada tahun
adalah dihapusnya homoseksualitas dari 1948, sebagaimana termaktub sebagai
DSM-3 sebagai penyakit dan gangguan berikut:
kejiwaan dan digantikannya dengan sexual “Tidak seorang pun boleh disiksa
orientation disturbance atau SOD. atau diperlakukan secara kejam,
Maksudnya, gangguan kejiwaan menurut memperoleh perlakuan atau dihukum
manual book secara tidak manusiawi atau direndahkan
Asosiasi Psikiater Amerika adalah martabatnya.”16
disaat para homoseksual tersebut sedang Atau bahkan Pasal 9 (Article 9)
berada dalam konflik dengan orientasi masih dari sumber yang sama yang
seksualnya dan bukan fakta bahwa termaktub sebagai berikut:
seseorang adalah seorang homoseks. Atau “(1) Setiap orang mempunyai hak
bahasa gampangnya adalah, disaat atas kebebasan berkumpul dan berserikat
seseorang merasakan dorongan untuk secara damai. (2) Tidak seorang pun boleh
menjadi homoseksual, haruskah ia melela dipaksa untuk memasuki sesuatu
atau coming out untuk mengungkapkan perkumpulan.”
jati dirinya atau terus berada dalam konflik
dengan dirinya sendiri. Pertanyaannya, Perlu dicatat dan dipahami bahwa
haruskah mereka dilindungi di Indonesia kami sebagai penulis memilih “tameng-­‐
ini? tameng” di atas berdasarkan kacamata
para pendukung LGBT atau lebih tepatnya
HAM dan LGBT ahli-­‐ahli LGBT pada tahun 2006 melalui
Mengusut LGBT dari sisi sebuah konvensi LGBT, the Yogyakarta
psikologis dan medisnya tidak akan ada Principles yang menggunakan dan
habisnya dikarenakan sifatnya yang kerap mengedepankan tameng-­‐tameng tersebut
kali dihubungkan dengan hak asasi di atas (Amnesty International USA,
manusia atau HAM sebagai tameng untuk 2016).
memberikan penjaminan kebebasan Kami pun sebagai penulis masih
berekspresi dan setaranya, dan sangat setuju dengan pasal-­‐pasal
sebagaimana diatur dalam UUD 1945 diatas bahwa setiap orang, terlepas dari
orientasi seksualnya, haruslah mendapat

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 79


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

kebebasan dan perlindungan-­‐ Perlu kita garisbawahi kata


perlindungan sebagaimana yang tertera di “alamiah” (natural) disitu sebelum
atas. Sangat tidak elok rasanya jikalau melanjutkannya dan menggarisbawahi
kaum LGBT kita degradasikan secara pula kata “dilahirkan” (born) yang diambil
sepihak atau perlakukan mereka dengan dari Pasal 1 the Universal Declaration of
merendahkan martabatnya oleh karena Human Rights yang secara holistik telah
mereka pun bebas menyatakan pikiran dan diratifikasi pula oleh Negara Kesatuan
sikap sesuai dengan hati nuraninya. Republik Indonesia. Pasal 1 tersebut
Terlebih, selama mereka berserikat dengan secara lengkap berbunyi:
damai, sungguh haram hukumnya untuk “Semua orang dilahirkan merdeka
kita perlakukan secara keji dan kejam. dan mempunyai martabat dan hak-­‐hak
Namun, yang menyita perhatian yang sama. Mereka dikaruniai akal dan
penulis adalah bahwa apabila hati nurani dan hendaknya bergaul satu
kontekstualisasi daripada pasal-­‐pasal sama lain dalam semangat persaudaraan.”
diatas memang digeneralisasikan Setelah menggarisbawahi kedua
sedemikian rupa, tak ada salahnya pula kata tersebut di atas, interpretasinya secara
untuk kita mencoba menafsirkan dan ekplisit dan simpel secara ontologis adalah
mengekstrapolasikan kata-­‐ kata daripada bahwa setiap manusia tanpa terkecuali
dimana hukum dan pasal-­‐pasal itu pastilah dilahirkan ke dunia ini lewat
dideduksikan, diekploitasi dan dijadikan keluarga yang diikat oleh tali perkawinan
sumber oleh penganut LGBT sebagai seorang manusia laki-­‐laki dan seorang
tameng-­‐tameng perlindungan hak-­‐hak manusia perempuan. Secara biologisnya
mereka sebagai pendukung LGBT, dan adalah bahwa, untuk terjadinya dan
bukan sebatas hak-­‐hak mereka lahirnya seorang manusia, dengan kuasa
sebagaiman manusia pada umumnya saja Tuhan tentunya, haruslah terjadi proses
tanpa mengasimilasikan orientasi seksual reproduksi biologis antara sperma dan sel
tertentu. telur. Proses pembuahan dan pembentukan
Misalnya, melanjutkan ayat (1) janin hingga seorang Ibu dapat
dan (2) Pasal 16 (Article 16) dari the mengandung hanya dapat terjadi apabila
Universal Declaration of Human Rights ada hubungan seks antara pria dan wanita.
mengenai kebebasan dan persamaan hak Maksudnya adalah, bukan untuk
dalam perkawinan (dan perceraian) antara mendenigrasi atau mengkritik secara
Pria dan Wanita dewasa atas persetujuan sepihak saja, namun para penganut LGBT
kedua mempelai untuk membentuk sungguh salah apabila yang “normal”
keluarga, ayat (3) daripada pasal yang dianggap mengobstruksi dan menginjak-­‐
sama memaktubkan sebagaimana berikut: injak hak-­‐hak mereka sebagai LGBT dan
“Keluarga adalah kesatuan mencap yang heteroseksual sebagai bagian
alamiah dan fundamental dari masyarakat dari mereka yang egois dan menghalang-­‐
dan berhak mendapat perlindungan dari halangi hak mereka, kaum LGBT, untuk
masyarakat dan Negara.” menentukan pilihan dan orientasi seksual
seseorang yang, menurut kaum LGBT

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 80


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

lagi, adalah sebuah kebebasan setiap sesama jenisnya dalam pandangan gender
individu. secara biologis. Pernikahan LGBT.
Bukankah justru yang terjadi
adalah sebaliknya? Bahwa sungguh-­‐ Hukum dan Pancasila Memandang
sunguh para pendukung LGBT adalah LGBT
sekelompok kaum yang sangat egois. Menurut Undang-­‐Undang
Bagaimana tidak, terlalu banyak isu-­‐isu Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
detrimental yang akan timbul dengan, tentang Perkawinan yang notabenenya
katakanlah, melegalkan LGBT hingga merupakan Formell Fgesetz atau norma
pada akhirnya melegitimasi pernikahan hukum yang konkret sebagai bentuk
sesama jenis. Jalan pemikirannya dari derivatif yang bersumber dari cita hukum
sudut pandang pendukung LGBT adalah Indonesia, Pancasila, dimaktubkan pada
bahwasannya dengan tidak melindungi Pasal 42 bahwa:
dan secara berkesinambungan melegalkan “Anak yang sah adalah anak yang
LGBT, para penganutnya akan tiada dilahirkan dalam atau sebagai akibat
akhirnya dikucilkan dan dialienasi. Hal ini perkawinan yang sah.”
sudahlah pasti karena tanpa Sedangkan perkawinan yang sah
melegalkannya, yang normal adalah yang mencakup di dalamnya banyak hal, seperti
heteroseksual saja dan yang bukan atas persetujuan kedua calon mempelai
heteroseksual akan terus menuntut (Pasal 6), ketentuan umur (Pasal 7)aturan-
perlindungan dari Negara untuk ­‐aturan mengenai larangan-­‐larangan
melindunginya dari penghakiman yang membatalkannya sebuah perkawinan
masyarakat. Artinya, pada akhirnya, ujung (Pasal 8, Pasal 14), dan lain-­‐lain.
dari perdebatan ini dan tujuan akhir Menyambung dari isu-­‐isu
daripada para penganut LGBT adalah detrimental dan dampak buruk yang dapat
untuk menghapus kata „Pria‟ dan kata timbul dari dilegalisasinya pernikahan
„wanita‟ daripada yang tertera di Pasal 16 LGBT di Indonesia dan
(Article 16) ayat (1) the Universal mengkorelasikannya dengan hukum positif
Declaration of Human Rights, yang ada di Indonesia adalah bahwa
sebagaimana yang tertera sebagi berikut, seorang anak yang sah adalah salah
“Pria dan wanita yang sudah satunya “akibat perwakinan yang sah”
dewasa, dengan tidak dibatasi kebangsaan, selain bahwa tidak mungkin frase “dalam
kewarganegaraan atau agama, berhak perkawinan” dapat merepresentasikan dan
untuk nikah dan membentuk keluarga. melahirkan seorang anak dari perkawinan
Mereka mempunyai hak yang sama dalam sesama jenis. Artinya, sebagai epitome,
soal perkawinan, di dalam masa selain adopsi atau mengangkat anak,
perkawinan dan pada saat perceraian.” pasangan LGBT yang membentuk sebuah
Maksudnya adalah, deklarasi umat keluarga dan ingin memiliki anak,
manusia atas HAM haruslah melebar dan haruslah melakukan proses bayi tabung
mengesampingkan gender biologis agar atau in virto fertilization (IVF). Proses
setiap orang bahkan dapat menikah dengan yang diinovasikan pertama kalinya di

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 81


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

Inggris pada tahun 1978 ini dan oleh karenanya kebanyakan manusia yang
menghasilkan lebih dari 40 ribu sampai 50 lahir ke dunia ini tendensinya adalah
ribu proses IVF setiap tahunnya di melalui proses bayi tabung sebagaimana di
Amerika Serikat (Atkinson, 2012) dapat bahas di atas. Padahal, tingkat kesuksesan
menambah polemik yang tidak alami dan dari proses ini hingga benar-­‐benar hamil
natural apabila diaplikasikan di Indonesia. secara sempurna hanyalah 25% hingga
Misalnya, prosedural bayi tabung dimana 35% bagi perempuan kebanyakan yang
pre-­‐embrio atau embrio yang difertilisasi melewati proses ini (Resolve: National
di dalam laboratorium dan belum Infertility Association, 2016) Artinya,
ditransfer ke dinding rahim membawa, dinamika natalitas dan mortalitas dari sisi
mengelisit dan mengembangkan sebuah demografis manusia secara alami
pertanyaan mendasar, apakah pre-­‐embrio mengalami keterhambatan, terlampau
atau embrio tersebut dapat dikatakan dan kompleks dan menjadi tidak natural lagi.
dilegitimasi sebagai seorang anak Padahal kita sedang membahas manusia
manusia/manusia, ataukah itu sebuah yang sesungguhnya adalah vicegerent atau
properti atau sesuatu yang lain. Bagaimana khalifah di bumi ini -­‐ warga-­‐warga
dengan hak-­‐haknya sebagai manusia masyarakat, warga yang menduduki
(atau properti atau sesuatu yang lain yang lapisan masyarakat, warga Negara dan
belum dapat secara resmi ditentukan) di bahkan warga bumi yang menjadikan kata
mata hukum sungguh dapat mengubah “Kewarganegaraan” menjadi bermakna.
tatanan hukum KUH perdata yang Padahal lagi, sila ke-­‐2 Pancasila kita
bahwasannya, dianggap telah lahir dan yang berbuyi “Kemanusiaan yang adil dan
diakui kepentingan-­‐kepentingannya beradab” diliputi dan dijiwai oleh sila
sebagai seorang anak yang masih ada pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang
dalam kandungan ibunya (Pasal 2, Maha Esa”
KUHPer) Belum lagi termasuk isu-­‐isu Maksud dari sila pertama tersebut
yang timbul tentang bagaimana kewajiban adalah bahwa manusia Indonesia percaya
orang tua biologis dari embrio tersebut dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
terhadapnya, hingga embrio tersebut Esa, sesuai dengan agama dan
berkembang menjadi seorang anak, atau kepercayaannya masing-­‐masing menurut
kontrak antara pendonor sperma dan dasar kemanusiaan yang adil dan
penyedia sel telur atau pengandung yang beradab28. Inferens dan interpretasinya
memberikan jasa mengandung. Sungguh dalam korelasinya dengan kehadiran
rumit dan menjadi tidak alami lagi proses LGBT ialah bahwa sebagai manusia
reproduksi dan perkembangan manusia Indonesia yang beragama, setiap agama
dapat berubah dan melenceng ke arah yang diakui di Indonesia menurut
yang sungguh-­‐sungguh membingungkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden RI
(Sieck, 1998) Nomor 1/PNPS tahun 1965, Pasal Demi
Bayangkan saja sejenak apabila Pasal, Pasal 1, baik Islam, Kristen,
LGBT yang menjadi mayoritas di antara Katolik, Hindu, Budha dan Khong Cu
seluruh manusia yang ada di bumi dan (Confusius) yang bahkan termasuk di

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 82


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

dalamnya Yahudi, Zarasustrian, Shinto LGBT lewat sila ke-­‐2 pun


dan Taoism secara mufakat menolak dan agaknya menjadi sulit apabila kata
menentang LGBT. Untuk “Kemanusiaan” yang menjunjung tinggi
mengeksemplifikasikannya, menurut fikih nilai-­‐nilai kemanusian menjadi pudar
Islam, hubungan seks yang diharamkan maknanya apabila LGBT, yang tidak dapat
adalah hubungan heteroseksual di luar “melahirkan” manusia sebagai makhluk
nikah (zina) dan hubungan sejenis (al-­‐ Tuhan Yang Maha Esa yang berharkat dan
liwath) (Maftuhin, 2016) sebagaimana bermartabat, dikedepankan unsur-­‐
yang dikisahkan bahwa homoseksual dan unsurnya. Untuk mencapai sebuah makna
penyuka sesama jenis telah dibinasakan “kemanusiaan”, tentunya haruslah
pada zaman Nabi Luth dan jelas-­‐jelas berfondasikan „manusia‟ dalam arti yang
adalah perbuatan keji yang dilaknat ( QS paling dasar secara eksistensinya, yang
Al-­‐Ankabut 29: 31-­‐32). Sama halnya lambat-­‐laun membentuk himpunan
dengan Kristen dan Katolik dimana manusia-­‐manusia lainnya. Dengan
Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa adanya LGBT di Indonesia, secara tidak
hubungan seks dilakukan antara pria dan langsung, eksistensi manusia yang
wanita dan hanya dalam ikatan harusnya terus berkembang dan menjaga
perkawinan (Imamat 18:22, Amsal 5:18-­‐ bumi dan lebih khususnya bumi pertiwi
19) serta melarang perilaku homoseksual yang seyogyanya diwariskan kepada
(Galatia 5:19-­‐21). Didukung juga oleh generasi berikutnya ini menjadi
tentangan dari Agama Buddha yang dipertanyakan masa depannya. Akankah
dikatakan oleh Ketua Widya Sabha ras manusia akan bertahan dengan
Perwakilan Umat Buddha Indonesia makhluk biologis yang tidak lagi
(WALUBI), Mpu Suhadi Sendjaja bahwa bereproduksi dengan tingkatan yang tidak
LGBT ini tidak dibenarkan dalam alami lagi pertumbuh-­‐kembangannya?
pandangan agama Buddha karena Pertanyaan ini adalah kunci yang
merupakan penyimpangan serta kelainan menjadikan LGBT sebagai sarana
(Syakur, 2016). Hal yang sama pun penghancur persatuan Indonesia oleh
dinyatakan oleh Ketua Umum Paridasa karena merusak kepentingan bersama atau
Hindu Darma Indonesia, Sang Nyoman tatanan masyarakat (menjadi bagian dari
Suwisma bahwa perilaku pergaulan bebas masyarakat heteroseksual), dan
berlawanan jenis yang belum menikah saja menempatkan kepentingan golongan
sudah dilarang, apalagi yang sejenisnya diatasnya. Padahal, kaum LGBT sebagai
dan tidak ada satu pun sastra Hindu yang minotritas saat ini harusnya sanggup dan
memperbolehkan hubungan sejenis rela berkorban demi persatuan bangsa dan
(Samodro, 2015) . Artinya dapat tanah air Indonesia dan mencoba
dikonklusikan bahwa, mengacu kepada mengubah pola pikirnya. Kami penulis
pengamalan sila pertama Pancasila, adalah menyebutnya „pola pikir‟ oleh karena,
haram hukumnya untuk mendukung bahkan disetujui oleh pendukung LGBT
LGBT dan ini adalah atas nama Pancasila! sendiri, perilaku yang memilih orientasi
seksual sesama jenis bukanlah

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 83


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

digolongkan sebagai penyakit atau Tuhan menciptakan, dan manusia, atas


gangguan kejiwaan lagi seperti yang sudah kehendak dan kodrat-­‐Nya, dapat
terbahas sebelumnya. Memang selalu ada berkeluarga, menikah, bereproduksi dan
celah bagi para pendukung gerakan LGBT berkembangbiak, sungguh kontradiktif
untuk menggunakan hak suara dan dengan pribadi manusia yang bersifat utuh
berpendapatnya untuk mencoba dan mengemban amanat-­‐amanat
memusyawarahkan kepercayaannya untuk keagamaan. Untuk seseorang menganut
mencapat mufakat yang dilandaskan oleh LGBT, dalam sudut pandang hakikat
semangat kekeluargaan sebagai ontologis Pancasila, adalah melawan
personifikasi atau inkarnasi dari sila ke-­‐ eksistensi umat manusia secara universal
4. Namun, kita tidak boleh lupa juga yang sudah seharusnya berkembang
bahwa sesungguhnya sila ke-­‐4 pancasila dengan siklus generasisasi.
diliputi dan dijiwai oleh sila-­‐sila Secara epistemologis Pancasila
pendahulunya, sila ke-­‐1 hingga sila ke-­‐ yang mencakup asal, syarat, susunan,
3. metode, dan ilmu pengetahuan yang
Karena pada akhirnya, sila ke-­‐5 membentuk bangsa ini, sudah sejelas
atau “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat kristal bahwa dengan adanya LGBT,
Indonesia” hanya dapat dicapai apabila pengetahuan yang diemban lewat nilai-­‐
manusia Indonesia telah menjiwai sila-­‐ nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sila sebelumya. Proses penjajakan sendiri ini akan lenyap secara bertahap.
meligitimasi LGBT, walaupun rasanya Disamping karena manusia, dalam
masih jauh dan panjang hingga dapat pandangan dan prakiraan ekstrim, dapat
sampai ke “Senayan”, tidak ada salahnya mencapai ambang kepunahan, kata-­‐kata
untuk dilalui dan ditanggapi tanpa emosi “Ketuhanan” dalam sila ke-­‐1,
yang berlebihan. Karena pada dasarnya, “kemanusiaan” dalam sila ke-­‐ 2,
penjajakan tersebut merupakan cerminan “persatuan” dalam sila ke-­‐3 dapat luntur
dari sila ke-­‐4 yang mengutamakan dan hilang maknanya apabila LGBT itu
musyawarah untuk mufakat guna memang dipaksakan kehadirannya di
mengembangkan inkarnasi sila ke-­‐5 Indonesia.
Pancasila, Indonesia yang berbudi luhur, Sebagai penutup, Pancasila
sejahtera, serta merata dalam berkeadilan bukanlah hanya hafalan semata, namun
sosial. merupakan amalan nilai-­‐nilai luhur yang
tercakup di dalamnya. Setelah kita sebagai
Kesimpulan warga Negara Indonesia yang baik telah
LGBT apabila ditabrakan dengan mengerti, walaupun belum secara
nilai-­‐nilai Pancasia sila pertama dari sisi mendalam secara medis-­‐psikologis, isu-
ontologisnya, seperti azas-­‐azas yang ­‐isu dan faktor-­‐faktor perkembangan
bersifat religius, transendental lagi nilai-­‐nilai LGBT, serta tren dan pola
suprarasional sebagaimana eksistensi pandangan mengenai LGBT dari berbagai
Tuhan dan hubungnnya dengan manusia dimensi, sudah sepatutnya lagi kita
sebagai makhluk ciptaan-­‐Nya, dimana merenungkan dan merefleksikan

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 84


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

pembahasan ini dari sudut pandang cita "What Are My Chances Of Success With
Negara kita yang terkukuhkan lewat cita IVF?" - RESOLVE: The National
hukumnya, Pancasila. Formell fgesetz, Infertility Association. The
verordnung, dan autonome salzung-­‐nya National Infertility Association,
saja tidak mendukung gerakan pro-­‐ 2016. Web. 07 Apr. 2016.
LGBT seperti yang sudah dibahas di atas,
apalagi staatsfundamentalnorm-­‐nya yang Atkinson, Barbara. "In-Vitro Fertilization
jelas-­‐jelas merupakan landasan filosofis Raises Custody Rights and Family
dari pengaturan bernegara dan Law Questions." Legal News
berkewarganegaraan. Pada akhirnya, Archive RSS. SEO Law Firm, 12
keberadaan LGBT dan para pendukungnya Oct. 2012. Web. 07 Apr. 2016.
memang, oleh sebahagian lain yang masih Brooks. "Indonesia's Transsexual Muslims
erat nilai Pancasila-­‐nya, harus disadarkan
(Documentary)." YouTube. Vice
secara psikologis, medis, ataupun bahkan
News, 2012. Web. 07 Apr. 2016.
secara agamais. Tentu saja bukan dengan
<https://www.youtube.com/watch
kekerasan dan kepicikan bertindak, tapi
?v=SJTzMHDaOlg>.
dengan dialog-­‐dialog konstruktif dalam
bidang-­‐bidang yang relevan dan Firmansyah, Teguh. "Facebook Dan
pemberian penyuluhan-­‐penyuluhan tanpa Whatsapp Juga Dukung LGBT |
menghakimi mereka yang terkurung dalam Republika Online." Republika
pola pikir LGBT ini.
Online. Republika, 10 Feb. 2016.
Web. 07 Apr. 2016.
Daftar Pustaka
"About LGBT Human Rights." Amnesty
Halim, Senjaya, et al. "Ucapan Terima
International USA. 2016. Web. 09
Kasih." (2012). Received from:
Apr. 2016.
<http://www.amnestyusa.org/our-
Human Right Watch, (December 5, 2012).
work/issues/lgbt-rights/about-lgbt-
„Moderate‟or Fraud: Najib
human-rights>. Slammed for attacking LGBT
forPolitical Motives. In Malaysia
"Diagnostic and Statistical Manual:
Chronicle. Retrieved form:
Mental
http://www.malaysia-
Disorders."Turkpsikiyatri.org.
chronicle.com/index. php? option
American Psychiatric Association. = com_k2 and view = item and id
Web. received from: = 44738: moderate-or-fraud-najib-
http://www.turkpsikiyatri.org/arsi slammed-forattacking-lgbt-for-
v/dsm-1952.pdf political-motives and Itemid = 2.
"Dutch Legislators Approve Full Marriage KUHPER, received from:
Rights for Gays." The New York http://hukum.unsrat.ac.id/uu/bw1.
Times. The New York Times, htm
2000. Web. 07 Apr. 2016.

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 85


LGBT, Ditinjau dari Aspek Sosiologis,Hukum, HAM & Pancasila

Maftuhin, Arif. "Hukum Islam Dan LGBT Tap MPR no. I/MPR/2003
| Tempo.co." Tempo. Tempo, 7
Mar. 2016. Web. 07 Apr. 2016. Tatchell, P., 2012. LGBT Rights: The
<https://www.tempo.co/read/kolo Global Struggle for Queer
m/2016/03/07/2373/hukum-islam- Freedom. Retrieved form:
dan-lgbt>. http://www. global-briefing.
org/2012/10/the-global -
Noviandari, Lina. "Tech in Asia - strugglefor-queerfreedom/
Connecting Asia's Startup Undang-Undang Dasar Negara
Ecosystem." Tech in Asia - Republik Indonesia Tahun 1945
Connecting Asia's Startup
Ecosystem. Tech in Asia, 12 Sept. Undang-Undang Republik Indonesia
2014. Web. 07 Apr. 2016. Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan,
Ramadhani, Aprilia Safitri. "Kromosom
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1
Para LGBT Pada Umumnya
_74.htm
Normal | Republika Online."
Republika Online. Republika, 20
Feb. 2016. Web. 07 Apr. 2016.

Samodro, Dewanto. "Hindu Melarang


Hubungan Sesama Jenis."
ANTARA News: Umum.
ANTARA News, 8 July 2015.
Web. 07 Apr. 2015.

Sieck, William A. "In Vitro Fertilization


And The Right To Procreate: The
Right To No." University Of
Pennsylvania Law Review.
University Of Pennsylvania, 1998.
Web.

Syakur, Muh. Abdu. "Ketua Widya Sabha


WALUBI: Buddha Tak
Membenarkan LGBT -
Hidayatullah.com."
Hidayatullah.com. 18 Feb. 2016.
Web. 07 Apr. 2016.
<http://www.hidayatullah.com/ber
ita/nasional/read/2016/02/18/8962
7/ketua-widya-sabha-walubi-
buddha-tak-membenarkan-
lgbt.html>.

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 1, Januari 2017 86

Anda mungkin juga menyukai