Anda di halaman 1dari 7

SAY NO! FOR LGBT!!!

Legalitas LBGT Harus Diberantas sebagai Dasar Penegak Agama

by keke ilus

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki konsepan dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan yang terkadung didalam UUD 1945. Terdapat tiga dari empat tujuan negara yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumbah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, ikut melaksanakan ketetiban dunia. Demi terwujudnya tujuan negara perlu
ditekankan akan kesadaran individu masing-masing. Mewujudkan persatuan seluruh Indonesia
diperluakan toleransi serta saling menghormati dan menghargai antar individu. Soekarono
Presidesn RI pertama berpendapat, “ Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-
tiap bangsa mempunyai cara berjuang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu,
pada hakikatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. Kepribadian yang
terwujud dalam berbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam perekonominannya, dalam wataknya,
dan lain-lain sebagainya” (Soekarno, 1958).  Kutipan tersebut mencerminkan watak kesatuan
Indonesia dalam berbagai keanekaragamannya didalammnya yang meiliputi keberanekaragaman
ras, suku, budaya, dan bahasa. Keberanekaragaman tersebut diperlukan suatu konsep landasan
untuk tercapainya kesatuan yaitu dengan menerapkan lima prinsip sila yang terdapat dalam
Pancasila yang merupakan dasar negara. Pancasila yang merupakan dasar negara ideologi yang
menjadi pondasi kesatuan dan keselarasan dalam mengatur seluruh kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Namun kenyataannya masih ada segelintir orang yang egois akan kebebasan alasannya
hak asasi manusia telah terenggut yaitu para LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
LGBT bukan suatu yang asing untuk didengar, kasus-kasus dan perilaku homoseksual sudah
banyak terdengar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Gerakan LGBT di Indonesua
berkembang mulai akhir tahun 1960-an. Mobilisasi pria gray serta wanita lesbian terjadi pada
tahun 1980-an. Pada tahun 1990-an maraknya persebaran virus HIV, persebaran suatu komunitas
homoseksual semakin banyak. Setelah tahun 1998, LGBT berkembang jauh lebih besar dengan
pengrekutan pendirian organisasi yang lebih kuat di tingkat nasional.
Saat ini, LGBT lebih terbuka, sudah banyak homoseksual yang berani mengakuinya jati
dirinya. Beberapa tahun terakhir propaganda LGBT sudah terlihat dilakukan scara terang-
terangan, yang termasuk pada aktivis LGBT yang menuntut legalisasi dengan alasan Hak Asasi
Manusia (HAM). Eurofia akan eksistensi LGBT tidak lepas dari pengakuan dunia Internasional
terhadap LGBT. Negara Amerika Serikat telah resmi memberi pengakuan akan LGBT yang
mengatasnamanakan Hak Asasi Manusia. Pengakuai ini, telah dideklarasikan bagi Hak Asasi
Manusia LGBT pada sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada bulan Juni 2011, Amerika
Serikat, Afrika Selatan, dan Amerika Latin serta Uni Eropa yang mengupayakan lolosnya
Resolusi PBB. Perlu diketahui juga, salah satu realisasi PBB dan Pemerintah Amereka Serikat
terhadap Resolusi PBB terkain HAM bagi LGBT mendapat dukungan dari UNDO bersama
USAID terhadap program kampanye LGBT di Asia Tenggara, Being LGBT in Asia. Euforia
eksistensi LGBT tidak lepas dari pengakuan dunia internasional terhadap LGBT. Amerika
Serikat dengan mengatasnamakan HAM, telah mendeklarasikan dukungannya bagi hak asasi
LGBT “setiap manusia dilahirkan bebas dan sederajat dan setiap orang berhak untuk
memperoleh hak dan kebebasannya tanpa diskriminasi apapun”. Pada Sidang Dewan Hak Asasi
Manusia PBB bulan Juni 2011, Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Amerika Latin, serta Uni
Eropa mengupayakan lolosnya Resolusi PBB yang pertama mengenai HAM bagi LGBT.
Program tersebut juga telah berjalan di Indonesia dalam kegiatan Dialog Komonitas LGBT
Nasional di Bali pada bulan Juni 2013. Apabila LGBT terus dibiarkan, dan mendapatkan
legalitas dari pemerintah, hal ini akan berdampak pada kehidupan bangsa Indonesia meliputi
gangguan penyakit kelamin, terganggunya keharmonisan kesatuan dan persatuan akibat
penyimpangan dari pancasila dan UUD 1945. Tujuan penulis untuk mengembalikan mindset
mengenai LGBT yang dianggap sebagai kebebasan Hak Asasi manusia serta memberikan solusi
penanganan LGBT.
ISI
Pemaparan mengenai fenomena LGBT, yang tidak kunjung usai perlu dikaji dan ditelaah
kembali. Fenomena LGBT yang tidak segera ditangani atau malah mendapatkan legalitas akan
menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia sendiri.Pada dasarnya LGBT merupakan suatu kondisi
individu yang menyimpang. Hal ini akan berdampak pada kehidupan bangsa Indonesia.
Tinjauan Pustaka
1.    Fenomena LGBT
Telah dilakukan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para psikolog mengenai
LGBT, yang mana hasil penelitian tersebut menyimpulkan LGB dianggap gangguan mental jika
yang bersangkutan merasa labil tentang orientasi seksualnya. Berbeda dengan LGB,T yang
masuk ke dalam gangguan identitas jenis kelamin, yang mana berkeinginan untuk hidup dengan
identitas gender yang berlawanan dengan jenis kelamin yang sama.
Charles W. Socarides MD menyatakan bahwa gay itu bukan bawaan sejak lahir atau
genetik. Perubahan yang tampak pada LGBT bukan karena faktor biologis seperti kelainanan
genetik membuatnya menjadi memiliki orientasi seksual sesama jenis seperti yang di klaim
kebanyakan kaum LGBT. Faktor yang mempengaruhi yaitu gaya hidup masyarakat. Hal ini
meliputi, faktor lingkungan sekitar, adanya informasi dan wawasan yang membuat pola pikir
seseorang berubah dan secara tidak langsung dapat mengubah orientasi seksualnya juga.
2.             Hak Asasi Manusia
Meriam Budiardjo, dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik menyatakan bahwa: “Hak
asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan
dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu
dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan arena itu bersifat
universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya”. Hak Asasi Manusia bersumber pada
landasan dasar negara yaitu pancasila. Pancasila mendapatkan jaminan kuat dari falsafah . Pada
penerapanannya Hak Asasi Manusia harus berlandaskan pada pancasila yang mana terdapat
garis-garis yang telah ditentukan didalam falsafah Pancasila. Penerapan Hak Asasi Manusia tidak
serta merta dilakukan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuang-ketentuan
yang terkandung dalam pancasila. Pada dasarnya semua hal tidak dapat dilaksankan secara
mutlak tanpa memperhatikan hak orang lain dengan begitu tataan kehudipan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dapat berjalan harmonis.
Prinsip-prinsip tentang HAM tersebut dapat dilihat dalam UUD 1945:
1. Undang-Undang Dasar 1945, yang tertuang dalam Pasal 28I, Pasal 28J UUD NRI Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dalam Bab I tentang
Ketentuan Umum dan Bab II tentang Asas-asas dasar.
LGBT termasuk dalam penyimpangan dari kodrat dan fitrah manusia yang sejatinya
dicipatakan untuk berpasangan pria dan wanita. Hal tersebut didukung dalam UU No.1 Tahun
1974 tentang perkawinan. Pada UU tersebut telah memaparkan dengan jelas perkawinan antara
pria dan wanita. Maka dari itu, dapat ditarik benang merahnya bahwa LGBT bertantangan
dengan hukum yang berlaku. Hukum tidak boleh terlepas dari nilai keberadapan dan harus
berseuaian dengan akal sehat serta fitrah manusia.
Gagasan
Perilaku pengimpangan LGBT perlu diatasai dengan gagasan berikut, yaitu melalui
pencegahan sejak anak usia dini dengan menerapakan Metode D-TAMA (Pendidikan,
Pemantauan, Pemahaman)
1.   Pendidikan
Pendidikan yang diberikan yaitu pendidikan seks (jenis kelamin), diberikan pengarahan
pendidikan sesuai dengan bahasa anak. Dijelaskan pemahaman tentang bagaimana menjadi
wanita atau pria mulai dari berpakaian, bertingkah laku, dan bermain dengan mainan yang sesuai
dengan jenis kelamin. Selain itu, perlu diberi pendidikan mengenai kewarganegaraan mengenai
peran pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945.
2.    Pemantauan
Pemantauan dilakukan setalah anak diberikan pendidikan mengenai seks dengan memantau
pergaulan anak, menantau aktivitas yang anak lakukan jangan sampai merasa anak diawasai atau
bahkan terganggu. Pemantauan sosial media anak, usahakan pemberian smartphone diusia yang
tidak telalu dini. Informasi yang masuk baik/buruk akan mempengaruhi anak.
3.    Pemahaman
Pemahaman yang dimaksud disini adalah pemahaman agama, tanamkan ilmu keagamaan
pada anak sejak usia dini. Selalu medekatkan diri pada Tuhan serta diberi penjelasan fitrah
manusia, dan menjelasan mengenai takdir serta menerima apa yang ditakdirkan untuk menjadi
laki-laki atau perempuan.

Perilaku penyimpangan LGBT dalam suatu individu dapat ditanganni dengan menerapakan
metode SPIRIT (Konseling, Psikoterapi, Spiritual):
Pertama yang perlu dilakukan, yaitu meluruskan niat, untuk menjadi normal dan sembuh
kemudian dilanjutkan dengan metode SPIRIT
1.      Konseling
Konseling dilakukan oleh para ahli psikolog dengan menjelaskan masalahan, keluhan serta
menanyanakan penanganan. Konseling dilakukan secara rutin untuk mengubah mindset serta
pemberian motivasi supaya pasien memili niat dan semangat yang tinggi
2.      Psikoterapi
Psikoterapi dilakukan oleh para psikolog dengan menerapkan terapi yang dilakukan rutin untuk
memulihkan kondisi penderita. Pada penerapannya akan dilakukan treatment khusus.
3.      Spiritual
Spriritual yaitu mendekatkan diri kepada pencipta. Menerima fitrah, menjalankan ibadah dan
selalu pengingat sang pencipta.

Gagasan yang diaplikasikan kepada masyarakat Indonesia yaitu gagasan GAS (Gerak cepat
1bulan bebas 1, Aksi Penolakan LGBT, Sosialisasi )
1.      Gerak cepat 1bulan bebas 1
Gerak cepat 1bulan bebas 1, gerakan untuk membabaskan satu orang yang telah menderita
LGBT setiap bulannya. Program ini dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah bebapa
pakar psikolog untuk pembebasan penderita LGBT.
2.      Aksi Penolakan LGBT
Aksi Penolakan LGBT yaitu sebuah aksi penolakan, kegiatan ini akan merekrut orang-orang
untuk bergabung dalam komoditas ini. Harapannya semakin banyak yang bergabung semakin
banyak juga yang peduli akan penolakan LGBT sehingga khasus LGBT dapat diselesaikan.
3.      Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan
program soasialisasi ini di daerah seluruh Indonesia. Sosialisasi berupa pemaparan LGBT,
dampak negatif, pencegahan, dan penanngan serta mengajak masyarakat untuk bergabung pada
komoditas Aksi Penolakan LGBT.

PENUTUP
Kesimpulan
LGBT merupakan ssalah satu penyakit kejiwaan. Faktor yang mempengaruhi yaitu gaya
hidup masyarakat. Hal ini meliputi, faktor lingkungan sekitar, adanya informasi dan wawasan
yang membuat pola pikir seseorang berubah dan secara tidak langsung dapat mengubah orientasi
seksualnya juga. LGBT termasuk dalam penyimpangan dari kodrat dan fitrah manusia yang
sejatinya dicipatakan untuk berpasangan pria dan wanita. Hal tersebut didukung dalam UU No.1
Tahun 1974 tentang perkawinan. Pada UU tersebut telah memaparkan dengan jelas perkawinan
antara pria dan wanita. Maka dari itu, dapat ditarik benang merahnya bahwa LGBT bertantangan
dengan hukum yang berlaku. Hukum tidak boleh terlepas dari nilai keberadapan dan harus
berseuaian dengan akal sehat serta fitrah manusia. Gagasan yang tawarkan. Perilaku
pengimpangan LGBT perlu diatasai dengan gagasan berikut, yaitu melalui pencegahan sejak
anak usia dini dengan menerapakan Metode D-TAMA (Pendidikan, Pemantauan, Pemahaman).
Perilaku penyimpangan LGBT dalam suatu individu dapat ditanganni dengan menerapakan
metode SPIRIT (Konseling, Psikoterapi, Spiritual): Pertama yang perlu dilakukan, yaitu
meluruskan niat, untuk menjadi normal dan sembuh kemudian dilanjutkan dengan metode
SPIRIT. Gagasan yang diaplikasikan kepada masyarakat Indonesia yaitu gagasan GAS (Gerak
cepat 1bulan bebas 1, Aksi Penolakan LGBT, Sosialisasi )
Saran
Diharpakan pemerintah dapat bekerjasama untuk membantu pemberantasa LGBT di
Indonesia,

DAFTAR PUSTAKA
Baltezore, E. L. (2006). Perceived Parental Relationships Following Disclosure of Sexual Orientation by
Lesbian, Gay and Bisexual Offspring. Thesis. State University: The Faculty of Humboldt.
Brown,J., & Trevethan, R. (2010). Shame, Internalized Homophobia, Identity Formation, Attachment
Style and The Connection to Relations. American Journal of Men’s Health, 4, 267-276
Byrd, A. Dean. (2010). Homosexuality: Innate and Immutable? What Science Can and Cannot Say.
Liberty University Law Review. Vol. 4: Iss. 3, Article 4
Cameron, Paul., Cameron, Kirk, (2012). Re- Examining Evelyn Hooker: Setting the Record Straight
with Comments on Schumm's (2012) Reanalysis. Marriage & Family Review. 48 (6), 491-523
E.Phelan, James., Whitehead, Neil., Sutton, Philip M. (2009) What Research Shows: NARTH’s
Response to the APA Claims on Homosexuality. Journal of Human Sexuality. Vol 1.
Getzfeld, Andrew R. (2006). Essentials of Abnormal Psychology. New Jersey: John Wiley and Sons

Diposting oleh Keke ilus di 23.12 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 22 Agustus 2018


INSPIRING STORIES

PEMBAWA PENCERAHAN MELALUI PENDIDIKAN

Saat mendengar kata pendidikan yang terlitas dipikiran adalah sebuah ilmu yang mana
cara mengimlementasikan yaitu dengan bersekolah. Lantas siapa yang menjadi pemegang
perenan penting di dunia pendidikan Indonesia? Bukan rahasia lagi beliau adalah Ki Hajar
Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 yang
berasal dari keluarga berdarah biru yaitu keluarga Kraton Yogyakarta dengan nama aslinya
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Kelahiran beliau sekarang di jadikan sebuah peringatan
yaitu hari pendidikan nasional. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghargaan serta untuk
mengenang jasa yang telah dilakukan untuk bangsa Indonesia.                                    
Kebangsawanan beliau dapat menjadi fasilitas tersendiri, beliau dapat bersekolah di ELS
yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikannya ke STOVIA yaitu pendidikan kedokteran untuk pelajar
Indonesia yang berada di Jakarta pada masa kolonial Hindaia Belanda yang kini dikenal dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pendidikannya di STOVIA tidak berlangsung lama
dikarenakan beliau sakit, sehingga beliau tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di STOVIA. 
 Ki Hajar Dewantara tidak vakum begitu saja setelah berhenti dari pendidikannya di
STOVIA. Beliau sangat tertarik pada bidang ilmu sosial dan politik. Berdirinya organisasi Budi
Utomo 20 Mei 1908 di Yogyakarta sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki
Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda
dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan
persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki
Hadjar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal 
Ki Hajar Dewantara mengembangkan talentanya dibidang jurnalistik. Beliau berkerja
sebagai wartawan dan menulis dibeberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De
Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan beliau
cenderung menikuk tajam yang  mampu membangkitkan semngat anti kolonialisme. Tulisan
beliau yang terkenal yaitu “Seandainya Aku Seorang Belanda” dengan judul asli “Als ik eens
Nederlander was” yang dimuat dalam surat kabar De Expres milik kolonial Belanda dengan
pimpinannya Douwes Dekker tahun 1913. Hal ini menimbulkan api kemarahan Belanda
membara. Berikut adalah tulisan yang menimbulkan kemarahan Belanda:  “Sekiranya aku
seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,
tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana
perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan
sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau
aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku
ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada
kepentingan sedikit pun baginya”.                                                                                                
  Hal itu menyebabkan penangkapan Ki Hajar Dewantara oleh konolial Belanda dan
kemudian Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan Ki Hadjar Dewantara untuk tanpa proses
peradilan terlebih dahulu beliau diasingkan ke pulau Bangka. Pengasingan itu juga mendapat
protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang
kini ketiganya dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda
oleh pemerintah Kolonial. Masa pengasingan di Belanda justru membuat Ki Hajar Dewantara
belajar lebih giat. Beliau mendalami bidang pendidikan dan pengajaran hingga akhirnya
mendapatkan sertifikat Europeesche Akte.                                                                                
 Ki Hajar akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Selanjutnya Beliau memfokuskan diri
pada bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan untuk tujuan Indonesia Merdeka. Bentuk
perjuangannya beliau wujudkan dengan mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa
atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 bersama rekan-
rekan seperjuangannnya. Kemudian dimasa Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Beliau juga pernah
menjadi anggota parlemen. Di akhir hayatnya, ribuan orang menyemut mengiringi jenazahnya
hingga dimakamkan di pemakaman Taman Siswa.                                                          
 Semboyan Ki Hajar Dewantara yang sangat terkenal di Indonesia yaitu: Ing Ngarso Sun
Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sun Tulodo memiliki arti
Ing ngarso mempunyai arti di depan, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo
berarti tauladan. Makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu
memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh
oleh seseorang adalah kata suri tauladan. Ki Hajar Dewantara memberi gambaran bahwa
disituasi seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan , namun juga
harus menjadi suri teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Ing Madyo Mbangun Karso
memiliki arti, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan dan Karso
diartikan sebagai bentuk kemauan. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah
kesibukannya harus juga mampu membangkitkan semangat. Karena itu seseorang juga harus
mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih
kodusif untuk keamanan dan kenyamanan. Semboyan yang kedua ini memiliki makna
kebersamaan , kekompakan , dan kerjasama. Sudah seharusnya seorang pemimpin berdiri
ditengah-tengah masyarakat yang dipimpinya dan berbuat sesuatu ketika rakyat mengalami
penderitaan dan juga melakukan tindakan. Kemudian semboyan yang ketiga yaitu Tut Wuri
Handayani yang memiliki makna, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani
berati memberikan dorongan moral maupun semangat. Semboyan Tut Wuri Handayani bertujuan
untuk menciptakan pribadi yang mandiri, tidak bergantung kepada orang lain serta diharapkan
dapat mencetak generasi baru yang berani maka dimasa mendatang genarasi muda akan dapat
menjadi seorang yang berpendidikan sehinggantidaknmudahnuntukndiperalatbolehnorangnlain.             
Ki Hajar Dewantara sudah berandil besar untuk bangsa ini. Kurangnya pemahaman akan
ilmu yang telah diberikan serta kurangnya kepedulian masyarakat Indonesia dalam pendidikan
membuat bangsa ini jauh tertinggal dalam bidang teknologi. Padahal, kita telah mempunyai
sosok yang dapat dijadikan suri taulan yaitu Ki Hajar Diwantara. Kegigihannya serta
ketekuannya dalam mendalami ilmu perlu dicontoh. Nampaknya anak muda zaman sekarang
sudah melupakan sejarah yang mana hal tersebut membuat mereka menjadi generasi yang tidak
bisa diandalkan. Banyaknya tawuran antar pelajar, kenalakan-kenalan remaja yang tidak bisa kita
pungikiri lagi misalnya penggunakan nakotika dan sex bebas sudah marak terjadi. Kurangnya
pendidikan moral serta kurangnya pemahaman apa makna pendidikan yang sebenarnya.                                    
Setiap tanggal 2 Mei yang diperingati sebagai hari pendidikan nasional yang mana
sebuah event yang harus senantiasa kita manfaatkan untuk membuat gebrakan-gebrakan
perubahan, pemberharuan di dunia pendidikan serta sebagai moment evaluasi sistem pendidikan.

Sumber:
Daftar Pustaka
Aning, Floriberta. 2005. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi
Soedarmanta. 2006. Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta : PT Grasindo

Anda mungkin juga menyukai