Anda di halaman 1dari 3

Teks debat Bahasa Indonesia X MIPA 4

Anggota Kelompok:

 Elsa Sulistianingsih (06)


 Julieviani Nazriellianti (14)
 Kaisa Nurfatiha (15)

Maraknya LGBT di Indonesia

Mosi :
LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini
digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih
mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Kebanyakan homoseksual (Lesbian, Gay dan
transgender) mulai menyadari dirinya mempunyai kecenderungan berbeda ketika dalam usia muda.
Studi menunjukan perilaku homosexual dan ketertarikan sesama jenis banyak dijumpai sejak usia 15
tahun. Keadaan ini memperlihatkan kelompok usia sekolah adalah usia yang rentan untuk mulai
terlibat dalam hubungan sesama jenis. LGBT kini semakin banyak dikampanyekan di berbagai
platform media masa dan menyasar generasi muda.
Di Indonesia saat ini pelaku LGBT telah berani menunjukan diri secara terang-terangan.
Seiring maraknya pengguna platform digital media sosial di Indonesia. Kelompok LGBT kini turut
mewarnai media sosial di Indonesia. Bebagai konten yang muncul pun hadir dengan tagar khusus
seperti #LGBTIndonesia #gayindonesia #lesbianindonesia #pelangiindonesia dan yang lainnya,
sehingga menjadi trending topic dan viral di berbagai lini masa. Hal ini seolah mewajarkan perilaku
LGBT itu sendiri di tengah masyarakat digital Indonesia.

Tim Pro /Afirmatif


Di Indonesia, lgbt telah menjadi hal yang membudaya bagi masyarakat Indonesia.
Kebanyakan dari mereka membuka dengan bebas indetitas mereka sebagai LGBT dan masyarakat
Indonesia sedikit sekali yang menghiraukan keberadaan LGBT ini dan mereka menerima hal ini
sebagai hal yang wajar.
Suatu alasan yang membuat kebanyakan orang menerima keberadaan LGBT ialah adanya
nilai-nilai demokrasi yang mengusung hak asasi manusia. Mereka menuntut haknya untuk bebas
menentukan gender atau sex orientation dan hak menunjukan identitas mereka sebagai kaum LGBT di
khalayak umum.
Kelompok LGBT di bawah payung “Hak Asasi Manusia” meminta masyarakat dan Negara
untuk mengakui keberadaan komunitas ini, bila kita melihat dari Konstitusi yakni dalam Pasal 28 J
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan sebagai berikut :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia secara lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekspresi tersebut, dalam Pasal 22 ayat
(3) Undang-Undang itu menyebutkan, "Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya secara lisan atau tulisan melalui media cetak
maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa."
Dan Pasal 73 Undang-Undang HAM yang menyatakan “Hak dan kebebasan yang diatur dalam
Undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan
dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa”.

Tim Kontra/ Oposisi :


Memang benar, setiap manusia mempunyai kebebasan masing–masing, tetapi jika ditelaah
lebih dalam bahwa kebebasan yang dimiliki berbanding lurus dengan batasan yang harus dipenuhi
pula, seperti apakah melanggar agama, kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa ?
Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragama dan berbudaya. Ada dua hal yang
menghimpit kaum LGBT, yaitu antara norma dan keadilan. Bagi kaum LGBT norma dan keadilan
tidak dapat serta merta berjalan beriringan, keberadaan mereka yang dianggap berbeda oleh
masyarakat “normal” lainnya dianggap tidak sesuai dengan norma agama dan budaya. Bagi sebagian
besar masyarakat individu atau kelompok orang yang kebiasaan dan budayanya tidak sesuai dengan
norma tidak berhak untuk mendapatkan keadilan dalam setiap segi kehidupan mereka. Hal inilah yang
pada akhirnya timbul sikap diskriminatif dan kekerasan yang seringkali ditujukan kepada kaum
LGBT, tidak hanya dari masyarakat Namun juga aparat penegak hukum.
LGBT saat ini lebih dari sekadar sebuah identitas, tetapi juga merupakan campaign substance
and cover atas pelanggengan Same Sex Attraction (SSA). Perilaku LGBT dimulai dari suatu
preferensi homoseksual, kemudian mewujud dalam perbuatan homoseksual, lalu pada akhirnya
melekat dalam bentuk perjuangan untuk diterima sebagai perilaku normal dalam membentuk institusi
keluarga.
Faktanya perilaku seksual adalah hal yang diatur secara ketat dalam suatu ikatan perkawinan.
Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 merumuskannya sebagai: “Ikatan lahir batin antara seorang pria
dan wanita dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa“
Perilaku seksual hanya diwadahi dalam perkawinan yang merupakan “ikatan lahir batin” yang
bertujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ia bukan sekedar catatan
sipil, tapi lebih dari itu adalah pengurusan sebuah tatanan kemasyarakatan. Sebab, satu-satunya nilai
kemanusiaan dari perilaku seksual adalah pemeliharaan generasi. Perilaku seksual tidak boleh
dilakukan di luar konsesi ini.
Jadi, secara terang, pelanggengan perilaku LGBT sebagaimana halnya pemerkosaan,
perzinahan/ perselingkuhan, dan seks bebas sama sekali tidak mendapat tempat dalam payung hukum
Indonesia.
Mengutip data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) AS pada 2010
menunjukkan dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah gay- MSM (male sex male/laki-
laki berhubungan seks dengan laki). Data pada 2010 ini jika dibandingkan dengan data pada 2008
menunjukkan peningkatan 20 per sen. Sementara, wanita transgender memiliki risiko terinfeksi HIV
34 kali lebih tinggi dibanding wanita biasa. Data CDC pada 2013 di Amerika Serikat, dari screening
gay (pemeriksaan terhadap kaum gay), yang ber usia 13 tahun ke atas, 81 persen di antaranya telah
terinfeksi HIV dan 55 persen di antaranya terdiagnosis AIDS. Selain HIV-AIDS, ada penyakit lain
akibat LGBT yang tak kalah berbahayanya, contohnya, Sarkoma Kaposi.

Kesimpulan
Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragama dan berbudaya. Ada dua hal
yang menghimpit kaum LGBT, yaitu antara norma dan keadilan. Bagi kaum LGBT norma
dan keadilan tidak dapat serta merta berjalan beriringan, keberadaan mereka yang dianggap
berbeda oleh masyarakat «normal» lainnya dianggap tidak sesuai dengan norma agama dan
budaya. Bagi sebagian besar masyarakat individu atau kelompok orang yang kebiasaan dan
budayanya tidak sesuai dengan norma tidak berhak untuk mendapatkan keadilan dalam setiap
segi kehidupan mereka. Tetapi kita berada di negara yang berketuhan yang dimana dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT ini adalah dikarenakan ideologi
sekularisme yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi
yang memisahkan antara agama dan kehidupan.
Masyarakat sekuler memandangan pria atau wanita hanya memiliki sebatas hubungan
seksual semata.Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang
menyimpang dari ajaran agama. Mereka menganggap tidak ada pemuasan naluri ini akan
mengakibatkan bahaya pada manusia, baik itu secara fisik ataupun fisik. Tindakan tersebut
menjadi suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sitem dan gaya hidup mereka
dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai