Suatu hari yang cerah, datanglah seorang laki-laki kerumah sakit dengan kedua telinganya
yang terkena luka bakar.
Dokter : Loh, kenapa telinga anda pak ?
Pasien : Begini dok, tadi saya sedang menyetrika baju, nah pada saat saya sedang
menyetrika, tiba-tiba telpon saya berdering. Karena reflek, pada saat itu sektrika yang saya
pegang saya tempelkan ke telinga kiri saya dok.
Dokter : Oh jadi begitu pak, saya paham keluhan anda, terus kalau telinga bapak yang kanan
kenapa ?
Pasien : Nah itu dia dok, si bego itu nelpon lagi.
Bagian-Bagian Struktur dari Teks Anekdot Kesetrika :
Abstraksi : Suatu hari yang cerah
Orientasi : Datanglah seorang laki-laki kerumah sakit dengan kedua telinganya yang
terkena luka bakar.
Krisis : Begini dok, tadi saya sedang menyetrika baju, nah pada saat saya sedang
menyetrika, tiba-tiba telpon saya berdering. Karena reflek, pada saat itu sektrika yang saya
pegang saya tempelkan ke telinga kiri saya dok.
Reaksi : Oh jadi begitu pak, saya paham keluhan anda, terus kalau telinga bapak yang
kanan kenapa ?
Koda : Nah itu dia dok, si bego itu nelpon lagi.
Tukang Roti
Suatu hari ada tukang roti yang lewat depan rumah, terus teman gue si Enggar manggil.
Tidak lama kemudian tukang roti tersebut datang menghampiri kami yang lagi duduk santai
di taman depan rumah.
Enggar : Roti apa aja yang ada bang ?
Tukang Roti : Macam-macam, dek.
Enggar : Yang ini roti rasa apa yah bang ?
Tukang Roti : Yang ini coklat.
Enggar : Kalau yang ini rasa apa bang ?
Tukang Roti : Ini rasa strawberry dek.
Enggar : Kalau ini rasa apa bang ?
Tukang Roti : Kalau yang ini rasa nanas dek.
Enggar : Terus rotinya mana bang ? dari tadi kok ngomongnya buah-buahan terus ?
emangnya abang jual buah apa jual roti ? Kalo kaya gini caranya gue enggak jadi beli bang.
Tukang Roti : *Hening*
Seketika itu tukang roti mendadak pingsan.
Bagian-Bagian Struktur dari Teks Anekdot Tukang Roti :
Abstraksi : Suatu hari ada tukang roti lewat depan rumah
Orientasi : Temen gue Enggar manggil
Krisis : Terus rotinya mana bang ? dari tadi kok ngomongnya buah-buahan terus ?
emangnya abang jual buah apa jual roti ? Kalo kaya gini caranya gue enggak jadi beli
bang.
Reaksi : Suasana menjadi hening
Koda : Seketika itu tukang roti mendadak pingsan
Kereta dan Tukang Kupat Tahu
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4
Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas
menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
Tetapi kebetulan hari itu, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu
di sisi rel kereta. Sesuah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan
piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.
Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan
dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat
yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.
Tukang Kupat Tahu: Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.
Abstraksi: Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu
berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk
mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
Krisis: Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu
menginjak rem keras-keras.
Koda: Seketika itu Masinis turun dari kereta dan memukuli tukang kupat tahu.
Gara-gara Takut Istri
Di suatu hari yang sedikit mendung, tibalah seorang laki-laki kekar di sebuah rumah sakit.
Tetapi ada yang aneh, kedua telinganya melepuh seperti bekas terbakar.
Kekar: Jadi begini, pak dokter. Kekar-kekar begini saya itu takut istri. Jadi kemarin itu
istri saya sedang ke luar rumah dan nyuruh saya nyetrika baju. Nah, ada telpon masuk.
Lantaran takut itu dari istri saya saya spontan menempelkan setrika ke telinga kanan
saya, dok.
Dokter: Waah, saya paham rasanya takut istri. Terus telinga kiri bapak kenapa?
Kekar: Itu dia, dok. Telpon yang pertama gak jadi keangkat karena saya jejeritan. Eh, ada
yang nelpon lagi. Jadi dua-duanya kena.
Seketika itu dokter mengambil setrika lalu menempelkannya di muka lelaki kekar itu.
Orientasi: Tibalah seorang laki-laki kekar di sebuah rumah sakit. Tetapi ada yang aneh,
kedua telinganya melepuh seperti bekas terbakar
Krisis: Keluhan laki-laki kekar, Jadi begini, pak dokter. Kekar-kekar begini saya itu takut
istri. Jadi kemarin itu istri saya sedang ke luar rumah dan nyuruh saya nyetrika baju. Nah, ada
telpon masuk. Lantaran takut itu dari istri saya saya spontan menempelkan setrika ke
telinga kanan saya, dok.
Reaksi: Waah, saya paham rasanya takut istri. Terus telinga kiri bapak kenapa?
Koda: Seketika itu dokter mengambil setrika lalu menempelkannya di muka lelaki kekar itu.
Anak Saya Kerja Bersama Negara!
Pada suatu hari, Seorang Presiden Negara I tertarik dengan dagangan kue dipinggir jalan.
Lalu kemudian dia membelinya.
Semacam ada rasa ketertarikan yang besar pada penjual kue tersebut. Hal itu membuat Sang
Presiden bertanya.
Abstraksi: Pada suatu hari, Seorang Presiden Negara I tertarik dengan dagangan kue
dipinggir jalan. Lalu kemudian dia membelinya.
Orientasi: Jawaban penjual kue, Alhamdulillah, pak, sekitar 30 tahun lebih saya berjualan
kue ini.
Krisis: Penjelasan penjual kue mengenai keempat anaknya, Tidak, pak, mereka sibuk
semua. Saya punya anak 4; yang pertama bekerja di KPK, kedua di POLDA, ketiga di
Kejaksaan Negeri, dan yang terakhir di DPR, pak.
Reaksi: Sang Presiden menggelengkan kepala tidak percaya. Mungkin dia berpikir kok bisa
anak-anaknya sukses tapi ibunya sendiri jualan kue di pinggir jalan.
Koda: Sang Presiden kemudian tercengang mendengar jawaban penjual kue tadi. Sambil
sedikit menahan tawa, presiden membeli kue dan melanjutkan perjalanannya.
Sekolah Bertaraf Internasional
Hari yang cerah di salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
Ada seorang guru muda yang memberikan pengumuman kepada semua siswa.
Guru: Anak-anak, Alhamdulillah, kita dapat kabar gembira. Sebentar lagi sekolah kita
resmi menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Nah, untuk menyambut hari bahagia itu,
apa yang akan kalian siapkan? Coba Satriabajahitam, apa yang akan kamu persiapkan?
Guru: Tepat sekali Satriabajahitam. Kamu, oncoman, apa yang akan kamu persiapkan?
Mendengar jawaban tersebut, guru muda tadi penasaran. Kemudian dia melanjutkan
pertanyaan pada Oncoman.
Oncoman: Ya jelas, bu. Soalnya kalau sekolah kita jadi SBI, pasti bayarnya lebih mahal,
kan? Gak mungkin bakal sama aja.
Guru: Loh, loh, kamu kok begitu? Begini, oncoman, Sekolah Bertaraf Internasional itu
berarti sekolah kita sama bagusnya dengan sekolah-sekolah di luar negeri sana.
Oncoman: Tapi menurut saya, SBI ini bukan Sekolah Bertaraf Internasional, tapi Sekolah
Bertarif Internasional!
Mendengar jawaban Oncoman yang kritis, guru muda tadi hanya bisa terdiam. Mungkin
hatinya mengiyakan. Untuk menormalkan situasi, dialihkanlah pembicaraan menjadi tentang
materi pelajaran agar kondusif kembali.
Abstraksi: Hari yang cerah di salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
Orientasi: Ada seorang guru muda yang memberikan pengumuman kepada semua siswa.
Krisis: Jawaban Oncoman kepada guru muda, Ya jelas, bu. Soalnya kalau sekolah kita jadi
SBI, pasti bayarnya lebih mahal, kan? Gak mungkin bakal sama aja.
Reaksi: Mendengar jawaban Oncoman yang kritis, guru muda tadi hanya bisa terdiam.
Mungkin hatinya mengiyakan.
Guru : Septi ?
Guru : Agung?
Dina : Tidak tahu bu, paling Doni masih berada di luar kelas bu!
Guru : Looh, kita kan memiliki kantin sendiri. Terus ngapaian kamu perlu kesana ?
Doni : Iya bu, namun kantinnya mirip gudang, sudah kotor dan kecil amat.
Guru : Kamu itu, mendingan di sekolah ini memiliki kantin, namun kamu ada betulnya juga
sih. Karena memang kantin di sekolahan kita agak kurang sadar tentang menjaga
kebersihannya.
Mendengar masalah tersebut, kelas kembali lagi ke aktifitas belajar mengajar dan lalu ibu
guru bikin jadwal piket buat kantin dan meminta kepala sekolah supaya memperbaiki kantin
tersebut.
Sedekah
Dikisahkan pada suatu cerita seorang pengemis tua yang lagi meminta sedekah ke seorang
anak muda, anggap saja seorang mahasiswa.
Pengemis : Ini mas kembaliannya, dengan menjulurkan mangkuk yang isinya uang.
Pengemis : Tidak apa apa mas, itung-itung saya juga sedekah ke mas
Bodrex
Suatu hari di bulan puasa, seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya. Sang kakek
pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya.
Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, Kakek kan sedang puasa,
kenapa kakek malah minum obat?. Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab
sekenanya, Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.
Cerita di atas merupakan contoh teks anekdot. Teks anekdot ini mencoba membahas tentang
tagline dari salah satu merek obat, Bodrex. Tagline Dapat diminum kapan saja sebenarnya
memiliki arti obat ini dapat diminum sebelum maupun sesudah makan. Namun, pada teks itu
sengaja disalahtafsirkan untuk menampilkan unsur humor di dalamnya. Jika dilihat dari
strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Krisis : Sang kakek pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan
sakit kepalanya.
Reaksi : Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, Kakek kan sedang
puasa, kenapa kakek malah minum obat?.
Koda : Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, Itukan obat Bodrex,
bisa diminum kapan aja.
Presiden Indonesia Gila
Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat terlibat
obrolan ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih. Presiden Indonesia kemudian
bercerita tentang presiden-presiden yang pernah menjabat di Indonesia.
Kenapa Anda bicara seperti itu? Bisa tolong Anda jelaskan., Sang Presiden AS bertanya
tidak mengerti.
Ya, presiden pertama kami gila wanita. Kemudian presiden kedua gila harta. Lalu presiden
yang menjabat sebelum saya, dia gila teknologi.
Lalu bagaimana dengan Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden saat ini?, Presiden
AS bertanya.
Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, Kalau sekarang, yang gila ya yang milih saya
Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot ini menyoroti tentang
kejadian terpilihnya Presiden RI yang keempat, yakni K.H. Abdurrahman Wahid. Kala itu
terpilihnya Gusdur, cukup membuat perdebatan, mengingat kondisi kesehatan fisik dari
Gusdur, di mana salah satu persyaratan menjadi presiden adalah sehat jasmani dan rohani.
Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Abstraksi :
Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat tengah
terlibat obrolan ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih.
Orientasi :
Krisis :
Reaksi :
Kenapa Anda bicara seperti itu? Bisa tolong Anda jelaskan., Sang Presiden AS bertanya
tidak mengerti. Ya, presiden pertama kami gila wanita. Kemudian presiden kedua gila harta.
Lalu presiden yang menjabat sebelum saya, dia gila teknologi.. Lalu bagaimana dengan
Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden saat ini?, Presiden AS bertanya.
Koda :
Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, Kalau sekarang, yang gila ya yang milih saya
Ujung Ujungnya Duit
Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang
guru tengah menerangkan dengan semangat.
Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah
berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski
begitu, UUD 1945 tetap menjadi acuan semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu
hingga sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam UUD 1945.,
sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di bangku
belakang.
Tono, coba kamu jelaskan tentang perubahan UUD selama ini dan apa yang dimaksud
semua peraturan diatur dalam UUD!, sang guru setengah berteriak membangunkan.
Yang dimaksud Tono terbangun karena sikutan teman sebangkunya, Saya, Pak?, jawabnya
masih setengah tertidur.
Iya coba kamu jelaskan tentang perubahan UUD selama ini dan apa yang dimaksud semua
peraturan diatur dalam UUD!, sang guru mengulangi pertanyaannya.
Saya tidak tahu pak tentang perubahan UUD.,jawabnya asal. Tapi saya bisa jelaskan
mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.
Maksud kamu? Coba jelaskan!
Kenapa semua peraturan diatur dalam UUD ya karena semua peraturan di Indonesia UUD
alias ujung-ujungnya duit.
Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas tersebut, tak terkecuali sang
guru tertawa mendengar celetukan Tono.
Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba
mengangkat fenomena yang sering terjadi di lembaga perwakilan rakyat yang merumuskan
perundang-undangan. Undang-undang sering kali tidak lagi memperhatikan hajat orang
banyak, namun lebih sering ditumpangi kepentingan-kepentingan yang menguntungkan
beberapa pihak. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Abstraksi :
Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang
guru tengah menerangkan dengan semangat.
Orientasi :
Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah
berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski
begitu, UUD 1945 tetap menjadi acuan semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu
hingga sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam UUD 1945.,
sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di bangku
belakang.
Krisis :
Saya tidak tahu pak tentang perubahan UUD.,jawabnya asal. Tapi saya bisa jelaskan
mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.
Reaksi :
Maksud kamu, coba jelaskan!
Koda :
Kenapa semua peraturan diatur dalam UUD ya karena semua peraturan di Indonesia UUD
alias ujung-ujungnya duit. Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas
tersebut, tak terkecuali sang guru tertawa mendengar celetukan Tono.
Ungkapan perasaan Seorang Murid
Di suatu tempat nan jauh dan tidak diketaui tempatnya, Tinggal dua orang murid yang sedang
melakukan pembicaraan ringan. Sebut saja kedua murid itu dengan ade dan dika.
"Dikk, Lu punya nilai Matematika berape?" tanya ade penuh rasa kepo.
"Jelek bingittt"
"Wkwkwkk. wah kita sehati ya, btw lu dimarin guru matematika enggak nih?"
"Hadehh.. dimarahin pake buanget. kumplit dah soalnya sama dimarahin orang tua juga. kek
mutu hidup sehat 4 sehat 5 sempurna"
"Kalo nilai bahasa linggis?"
"Nah kalo itu malah baru bagus,"
"Wahhh beda nih, hadehhh mingkin kita bukan jodohh" hehehe
"Ngomong-ngomong elu pernah mikir enggak, kenapa ya kita ditakdirkan menguasai semua
pelajaran, padahal guru aja cuma satu pelajaran"
"Jadi gini, disini itu ada dua pasal yang harus kita inget. Pertama pasal satu guru enggak
pernah salah. Pasal dua kalo guru salah balik ke pasal satu."
"Bangkeeeee, bener juga ya, kalo guru telat mah biasa aja, nah giliran kita telat, hadehh
diomelin kek keong kepanasan"
"dah jangan dipikir ribet, yuk makan kita malak guru"
"ayukk"
Akhirnya mereka hidup bahagia selamanya. hehehehhe.
Dokter Penipu
Disuatu klinik terdapat seorang dokter dan pasiennya tengah bercakap cakap
"Dok, mungkinkah penyakit saya lekas sembuh?"
"Bisa mas, pasti bisa kalo mas rajin berobat ke sini"
"Kalo gitu ceritanyya saya berobat kesini terus deh"
"Sipp mas."
Setelah pengobatan dilakukan sang pasien pun pulang kerumah dengan persaaan senang
karena penyakitnya akan segera sembuh. Setelah selang satu minggu pasien kembali
menemui dokter.
"Dok, kok ini penyakit saya tambah parah sih?"
"Sabar mas, sabar ini ujian. yg menentukan sembuh atau tidaknya adalah Tuhan. saya cuma
sebagai perantara aja."
"Gimana sih, minggu lalu katanya bisa sembuh???"
"Itukan minggu lalu, kalo sekarang beda lagi hehehe"
Pasutri Gendeng
Disuatu rumah hidup seorang pasangan suami istri laki laki dan perempuan. Sang suami
sedang nonton tv dan sang istri tengah keluar kamar mandi. Terjadilah percakpan
Istri: Ahhhhh aku hamil.
Suami: hahh?? yang bener?
Istri: Iya mas.
Suami: Tapi kita kan belum bikin.
Istri: Ahhhh trus aku bikin sama siapa??
Anak Pembalap
Pada satu siang guru BP tengah memberikan materi pelajaran.
Guru BP: "anak-anak inget yaaaa pesan bapak tadi. Say no to Drug"
Salah seorang murid: "Enggak setuju pakkk. drug itu hobi pak. sampe sampe motor saya satu
satunya juga saya jadikan motor drug"
Guru BP: "Itu drag gblk!!!!" sambil nepuk jidat.
1. Hukum Penjara Seumur Hidup untuk Pencuri Ikan
Abstraksi
Ada seorang nelayan muda yang baru saja dijebloskan ke dalam penjara.
Orientasi
Pada hari pertama ia mendekam di penjara, napi sebelahnya menanyakan perihal kenapa ia
sampai dipenjara :
Napi : "Kamu masih muda kok sudah masuk penjara, kejahatan apa yang telah kamu
lakukan?"
Nelayan : "Hanya divonis hukuman seumur hidup dengan masa percobaan 2 tahun."
Krisis
Dengan rasa heran, si napi itu menanyakan lebih jauh lagi karena ini terbilang aneh
Napi : "Cuman mencuri ikan kamu bisa dihukum seberat ini? Memang ikan apa yang telah
kamu curi? Paus langka?"
Nelayan : "Begini, aku mencoba membom ikan di dalam waduk dengan sebuah detonator
atau bom kecil. Kemudian berhasil, ada 3 ekor ikan mengambang di permukaan air setelah
alat yang saya gunakan meledak"
Napi : "Wah kalau cuman itu harusnya beberapa hari saja, tidak sampai seumur hidup
dong?!"
Nelayan : "Belum selesai, permasalahannya adalah setelah ikan yang mengapung, tak lama
kemudian ada 2 mayat penyelam yang ikut mengapung!"
Reaksi
Napi : "Wahahaha pantas saja kamu masuk penjara, ternyata tidak hanya ikan yang berhasil
kamu bom. Bahkan penyelam yang tak bedosa saja ikut terkena bom"
Koda
Gelak tawa mereka mulai mereda. Setelah perbincangan singkat mengenai perihal si nelayan
muda masuk penjara dan divonis seumur hidup mereka melanjutkan perbincangan dengan
pembahasan lain.
#2. Aku Tidak Apa-Apa
Abstraksi
Pada suatu malam yang mencekam, ada sorang kakek tunawisma yang berjalan di jalan yang
sepi dan hendak menyebrang jalan. Ia terlihat miskin, bisa dinilai dari banyu yang ia kenakan
compang camping.
Orientasi
Namun baru satu langkah ia berjalan untuk menyebrang, tiba-tiba saja ada sebuah mobil
dengan cepat melintas di hadapannya. Sontak berteriak dengan keras dan mulai menangis
sesenggukan.
Krisis
Mobil itupun berhenti, dan pengemudinya bergegas keluar menghampiri sang kakek yang
mungkin ia tabrak tadi. Penampilan pengemudi tersebut seperti orang kaya! Berjas hitam dan
tampak modis. Ia pun bertanya kepada si kakek, "Apakah saya baru saja menabrak Anda?"
Rekasi
Dengan ramahnya sang Kakek menjawab, "Tidak nak tampan". Kemudian si pengendara
mobil bertanya sekali lagi. "Atau kakek sedang kelaparan dan mencoba memanggil bantuan
dengan car amenjerit dan menangis?". Si kakek menjawab kembali pertanyaan tersebut
dengan jawaban Tidak. Si pengemudi tentu kebingungan mendengar jawaban si kakek. "Lalu
apa yang membuat kakek menjerit dan menangis?"
Koda
Sembari berbalik badan hendak pergi meninggalkan si pengemudi, sang kakek menjawab
"Saat kamu melintas tadi, ban mobilmu sempat melindas kaki makanya aku menjerit!"
Abstraksi
Pada suatu hari, Presiden negara A hendak membeli kue kepada seorang ibu di pinggir jalan.
Orientasi
Karena rasa ketertarikan yang kuat dengan penjual kue unik tersebut, sang Presiden mencoba
bertanya kepada si ibu.
Presiden : Lho sudah 30 tahun tapi kenapa anak ibu tidak ikut membantu?
Krisis
Ibu : Saya punya anak 4, mereka sedang bekerja semua. Yang pertama bekerja di KPK, ke-2
di POLDA, ke-3 di Kejaksaan Negeri dan yang terakhir di DPR. Mereka sangat sibuk sekali.
Bapak Presiden menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya kakan apa yang
didengarnya. Beberapa pengawal presiden berbicara di belakang. Meskipun hanya berjualan
kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses, jujur. Kalau mereka sampai korupsi mungin ibu
ini sudah tinggal di rumah mewah!
Presiden : Wah, hebat sekali. Ngomong-ngomong apa jawaban anak ibu di POLDA, KPK,
Kejaksaan Negeri dan DPR?
Koda
Bapak Presiden tercengan mendengar jawaban yang diberikan di penjual kue. Situasi kembali
normal dan bapak presiden beserta pengawalnya kembali ke kantor setelah membeli kue
tersebut.
Abstraksi
Beberapa hari setelah hari raya idul fitri di sore hari. Yugi sedang mengobrol kesana kemari
dengan sang kakak ipar dan saudara yang berkunjung ke rumahnya. Suadara Yugi menetap di
Purwokerto, karena kebetulan sengaja berkunjung ke Jakarta untuk menikmati sisa libur
lebaran yang ia punya.
Orientasi
Kemudian obrolan mereka bertiga sampai pada pembahasan mengenai riak dan pernik mudik
saat lebaran. Ia bercerita mengenai betapa banyak pengemudi jalan raya tidak mematuhi
aturan lalu lintas yang ada. Contoh saja mengenai seringnya mengabaikan keselamatan,
missal satu sepeda dinaiki 5 orang. Juga aksi kebut-kebutan yang membahayakan banyak
orang.
Krisis
Ia juga bercerita bahwa di Purwokerto kalai ada orang yang main serobot aja di lampu merah
di suasana lebaran, pasti ada yang mengatakan Itu pasti pemudik dari Jakarta!
Reaksi
Aksi serobot lampu merah ini memang seperti budaya sendiri di Jakara. Banyak pengguna
jalan yang kurang peduli pada rambu-rambu lalu lintas yang seharusnya ditaati. Ada peluang
sedikit saja, langsung main serobot, melanggar lalu lintas.
Koda
Tingginya angka kecelakaan di kala musim mudik ini memang disebabkan karena budaya
melanggar lalulintas
Abstraksi
Banjir merupakan fenomena alam yang kerap terjadi di beberapa kota besar di Indonesia
khususnya ibu kota tercinta, Jakarta. Pada tahun 2015 kemarin menjadi berita utama di
berbagai media berita.
Orientasi
Banyak sekali yang meliput mengenai betapa memperihatikannya kondisi area yang terkena
banjir.
Krisis
Namun dalam peliputan berita, para jurnalis kerap mengalami kesulitan dalam melakukan
pelaporan banjir besar yang melanda, karena orang Jakarta tidak mengukur dengan satuan
centimeter, meter, dan inchi. Tapi menggunakan ukuran sendiri, yaitu dengan ukuran
mata kaki, dengkul, betis, pinggang, bahkan dada!.
Reaksi
Apalah daya si jurnalis tersebut, mau tidak mau ia harus tetap melaporkan berita sesuai
pemikirannya.
Koda
Akhirnya liputan mengenai banjir tetap bisa terlaksana dengan baik dengan menggunakan
ukuran centimeter.