Anda di halaman 1dari 5

Site Logo

KETIK JUDUL INFORMASI YANG INGIN ANDA CARI..

PUTUSAN PENGADILAN

Home

Putusan Pengadilan

Detail

Lgbt Dalam Perspektif Hukum Positif

LGBT DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

Tipe Dokumen : Artikel

Sumber : Bagian Hukum Setda Kabupaten Tanah Laut

Bidang Hukum : Umum

Tempat Terbit : Pelaihari, 2016

Oleh : Rizka Noor Hashela, SH

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) menjadi topik hangat dan semakin marak
diperbincangkan, baik di Indonesia pada khususnya, maupun dunia pada umumnya. Satu hal yang
menjadi pertanyaan ialah, "Bagaimana perspektif hukum mengenai LBGT di Indonesia ?

Muncul berbagai pro dan kontra mengenai golongan LGBT. Mereka yang pro menyatakan, bahwa
negara dan masyarakat harus mengkampanyekan prinsip non diskriminasi antara lelaki, perempuan,
transgender, pecinta lawan jenis (heteroseksual) maupun pecinta sesama jenis (homoseksual).
Sebaliknya, mereka yang kontra menyatakan, bahwa negara dan masyarakat harus berusaha
semaksimal mungkin untuk melakukan upaya preventif terhadap gejala LGBT yang akan membahayakan
generasi masa depan Indonesia. Oleh sebab itulah, posisi strategis pemerintah dalam hal ini sangat
diperlukan untuk menangani polemik LGBT secara langsung agar tak terjadi disintegrasi bangsa.
Indonesia sebagai salah satu negara hukum (Rechtstaat) menjamin kebebasan berekspresi dalam UUD
1945 Amendemen II, yaitu Pasal 28 E ayat (2) yang menyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya".

Selanjutnya, dalam ayat (3) diyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat."

Kelompok LGBT di bawah payung “Hak Asasi Manusia” meminta masyarakat dan Negara untuk
mengakui keberadaan komunitas ini, bila kita melihat dari Konstitusi yakni dalam Pasal 28 J Undang-
Undang Dasar 1945 menyatakan sebagai berikut :

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.

Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara
lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekspresi tersebut, dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-
Undang itu menyebutkan, "Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya secara lisan atau tulisan melalui media cetak maupun media cetak
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan
keutuhan bangsa."

Begitu juga ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 70 yang menyatakan sebagai berikut :

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”.

Dan Pasal 73 Undang-Undang HAM yang menyatakan “Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-
undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan,
ketertiban umum, dan kepentingan bangsa”.

Memang benar, setiap manusia mempunyai kebebasan masing–masing, tetapi jika ditelaah lebih dalam
bahwa kebebasan yang dimiliki berbanding lurus dengan batasan yang harus dipenuhi pula, seperti
apakah melanggar agama, kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa ?

Pada kenyataanya, dengan banyaknya yang memperbincangkan mengenai status kaum berbendera
pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan, masyarakat Indonesia merasa keamanan dan ketertiban
mereka terancam. Sebagaimana menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
amendemen II sudah secara tegas memasukkan hak atas rasa aman ini di Pasal 28A-28I. Juga, diatur
dalam Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang HAM, "Setiap orang
berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu".

Juga, Pasal 35, "Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai,
aman, dan tenteram yang menghormati, melindungi, dan melaksakan sepenuhnya hak asasi manusia
dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam undang-undang ini."

Indonesia pun sebagai negara berdaulat dan memiliki hukum sendiri sudah jelas tertera di Pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai Perkawinan bahwa "Perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."

Perkawinan bertujuan salah satunya melestarikan umat manusia. Sangat kontras bila dibandingkan
kaum LGBT yang penyuka sesama jenis. Bila dilegalkan, LGBT akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah. Mulai dari menurunnya angka kelahiran karena sudah pasti sesama jenis tak bisa menghasilkan
keturunan.
Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragama dan berbudaya. Ada dua hal yang menghimpit
kaum LGBT, yaitu : antara norma dan keadilan. Bagi kaum LGBT norma dan keadilan tidak dapat serta
merta berjalan beriringan, keberadaan mereka yang dianggap berbeda oleh masyarakat “normal”
lainnya dianggap tidak sesuai dengan norma agama dan budaya. Bagi sebagian besar masyarakat
individu atau kelompok orang yang kebiasaan dan budayanya tidak sesuai dengan norma tidak berhak
untuk mendapatkan keadilan dalam setiap segi kehidupan mereka. Hal inilah yang pada akhirnya timbul
sikap diskriminatif dan kekerasan yang seringkali ditujukan kepada kaum LGBT, tidak hanya dari
masyarakat Namun juga aparat penegak hukum.

Merespon maraknya LGBT, masyarakat harus mampu mengembangkan kewaspadaan sosialnya.


Begitupula negara tidak bisa lepas tangan dan berlindung di balik penghargaan terhadap hak asasi warga
negara. Dimana masyarakat Indonesia dengan kultur timur yang menjunjung religiusitas, sangat tegas
dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-
nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa. Berbagai tontonan yang
tidak layak dan melegitimasi perilaku LGBT harus dievaluasi kembali. Oleh karena itu, Negara memiliki
kewajiban untuk menjaga nilai-nilai dan standar moral yang dianut oleh publik mayoritas.

File Lampiran : File tidak terseida, silahkan hubungi kami disini

PERATURAN TERBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 14 TAH...

Peraturan Daerah

Tanggal Posting : 16 Feb 2023

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAH...

Peraturan Daerah

Tanggal Posting : 16 Feb 2023

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 11 TAH...

Peraturan Daerah

Tanggal Posting : 16 Feb 2023

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 13 TAH...

Peraturan Daerah

Tanggal Posting : 16 Feb 2023


Populer

Terbaru

Focus Group Discussion (FGD) tentang Tata Cara Pen...

32602 x dibaca

BIMBINGAN TEKNIS JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMAS...

2298 x dibaca

Rapat Pembahasan Rancangan Perbup tentang Pemanfaa...

2174 x dibaca

KATEGORI

Berita JDIH (13)

Abstrak (0)

Artikel Hukum (0)

Naskah Akademik (0)

Buku Hukum (0)

TAG BERITA

KurauTakisungBumi MakmurBati-BatiPanyipatanBajuinKintapJorongBatu AmparPelaihariTambang


UlangPemerintahanRakorTanah LautHAMKota Peduli HAMJDIH Tanah Laut

Copyrights © 2020 All Rights Reserved.

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Laut - by Diskominfo

Page rendered in 0.1481 seconds.

Anda mungkin juga menyukai