Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN

SEBAGAI MATA PENCAHARIAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUH. FAISAL GUNAWAN

STAMBUK : 21609136

JURUSAN : ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN
SEBAGAI MATA PENCAHARIAN

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Majene Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mjn)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia. Maka untuk membicarakan hukum kita
tidak dapat lepas membicarakannya dari kehidupan manusia.

Setiap manusia mempunyai kepentingan. Kepentingan adalah suatu tuntutan


perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Setiap manusiapun memiliki
jalannya masing-masing untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang menjadi
tuntutanannya. Sejak dilahirkan manusia butuh makan, pakaian, tempat berteduh dan
sebagainya. Menginjak dewasa bertambahlah jumlah dan jenis kepentinganya: bermain-
main, bersekolah, bekerja, berkeluarga, dan sebagainya. Dari sejak kecil beranjak dewasa
serta menjelang saat ia meninggal dunia kepentingan manusiapun berkembang sesuai apa
yang ia butuhkan dan zaman hidangkan.

Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya yang mengancam


kepentingannya, sehingga seringkali menyebabkan kepentingannya atau keinginannya
tidak tercapai. Manusia menginginkan agar kepentingan-kepentingannya terlindungi dari
bahaya yang mengancamnya. Untuk itu ia memerlukan bantuan manusia lain. Dengan
kerja sama dengan manusia lain akan lebih memudahkan keinginginannya tercapai atau
kepentingannya terlindungi. Lebih-lebih mengingat bahwa manusia itu termasuk makhluk
yang lemah dalam menghadapi ancaman bahaya terhadap dirinya atau kepentingannya
akan lebih kuat kedudukannya menghadapi bahaya apabila ia bekerja sama dengan
manusia dalam kelompok atau kehidupan bersama. Ia akan lebih kuat menghadapi
ancaman-ancaman terhadap kepentingannya, yang dengan demikian akan lebih terjamin
perlidungannya apabila ia hidup didalam masyarakat, yaitu salah satu kehidupan bersama
yang anggotaanggotanya mengadakan pola tingkah laku yang maknanya dimengerti oleh
sesama anggota. Masyarakat merupakan suatu kehidupan bersama yang terorganisir untuk
mencapai dan merealisir tujuan bersama. Masyarakat merupakan kelompok atau kumpulan
manusia. Berapa jumlah manusia diperlukan untuk dapat disebut masyarakat tidaklah
berapa penting. Kalau sebuah pulau hanya terdapat seorang manusia saja belumlah dapat
dikatakan ada masyarakat, tetapi kalau kemudian datang manusia lain di pulau itu akan
terjadilah hubungan atau pengaturanpengaturan. Apa yang mempertemukan atau
mendekatkan kedua manusia itu sama lain adalah pemenuhan kebutuhan atau kepentingan
mereka. Kehidupan bersama dalam masyarakat tidaklah didasarkan pada adanya beberapa
manusia secara kebetulan bersama, tetapi didasarkan padda adanya kebersamaan tujuan.

Upaya kompilasi kepentingan untuk menjadi sebuah tujuan bersama bukanlah hal
yang mudah untuk dijalankan dan tentunya tak jarang pula perbenturan kepentingan pun
terjadi, terlebih ketika ada yang merasa bahwa kebutuhannya belum terpenuhi. Maka
terkadang alternative pemenuhan kebutuhanpun hampir segalanya di tempuh. Maka
dibutuhkanlah suatu aturan yang memberikan batasan kepada manusia mengenai hal-hal
apa saja yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Hukum hadir sebagai alat pengontrol social
atau tools of social control menurut Roscoe Pound. Alat itulah yang digunakan sebagai
media untuk memenuhi tujuan bersama dalam suatu kelompok masyarakat. Tentunya
setiap wilayah, setiap masyarakat memiliki system hukum yang berbeda dalam mencapai
tujuan dan pemenuhan kepentingannya.

Namun demikian hukum dalam arti hukum positif yang dianut oleh sebagian besar
negara termasuk Indonesia, nampaknya tidak lagi dapat memenuhi tuntutan perkembangan
kehidupan manusia yang lebih kompleks. Bangsa Indonesia mengalami perjalanan sejarah
yang sangat panjang hingga sampai dengan saat ini. Beberapa kali periode mengalami
masa penjajahan dari bangsa asing. Hal ini secara langsung mempengaruhi hukum yang
diberlakukan Negara ini, yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat atas dinamika Negara
ini.Indonesia adalah negara yang terbentuk menjadi negara kesatuan dengan memiliki satu
sistem hukum yang berlaku secara nasional. Sistem hukum merupakan salah satu alat
pengitegrasi bangsa . Sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum yang masih berkiblat
kepada negara Belanda yaitu sistem hukum Eropa Continental atau sistem hukum Civil
Law yang tentunya berebeda dengan sistem Hukum anglo saxon. Dalam

aturan undang-undang dasar 1945 negara republik Indonesia telah di tuliskan secara
jelas dalam pasal 1 ayat (3)3 bahwa Negara ini di atur dalam kesatuan system hukum
dengan penegasan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat), sebagai media
untuk mencapai yang dinginkan oleh bangsa Indonesia.4 Bukti lain selain dijelaskan
dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 adalah adanya Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang sampai saat
ini masih tetap berlaku. Hal ini tertuang dalam pembukaan undang-undang dasar 1945,
Pasal 1 aturan peralihan yang berbunyi : “segala peraturan perundang-undangan yang
masih ada dianggap tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-
undang dasar 1945”.

Sesuai dengan cita-cita negara yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial masih belum sepenuhnya
dapat diwujudkan.

Sebagai perwujudan dasar pancasila dapat kita lihat dari lahirnya suatu aturan hukum.
Hukum pada hakekatnya dibentuk untuk mengatur

3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum” hidup manusia dan mempermudah hidup
manusia. Jadi selayaknya hukum tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
manusia, “ubi societas ubi ius”, dimana ada manusia disitu ada hukum.

Seiring berkembangnya zaman kebutuhan manusia menjadi semakin beragam yang


menunut manusia untuk melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Transformasi kebutuhan yang awalnya sekunder karena dipengaruhi zaman menjadi
kebutuhan primer yang harus di penuhi fenomenologi socialpun banyak terjadi, seperti
meningktanya tindak pidana. Tindak pidana yang terjadipun semakin beragam dengan
motif-motif tertentu, misalnya saja tindak pidana dengan yang paling banyak terjadi
adalah dengan motif ekonomi.

Dari berbagai Fokus pembahasan ilmu Hukum, Salah satu dari kajian Ilmu Hukum
yang sangat penting adalah Kajian Ilmu Hukum pidana. Hukum Pidana adalah sejumlah
peraturan yang merupakan bagian dari Hukum Positif yang mengandung larangan-
larangan dan keharusankeharusan yang ditentukan oleh Negara atau kekuasaan lain
berwenang untuk menentukan peraturan pidana, larangan atau keharusan itu disertai
ancaman pidana dan apabila hal ini dilanggar timbullah hak Negara untuk melakukan
tuntutan menjatuhkan pidana, melaksanakan pidana.5

Masalah tindak pidana selalu merupakan masalah yang menarik, tidak hanya apa yang
kemudian di atur didalam KUHP tetapi juga apa yang juga di atur di luar KUHP. Salah
satu tindak pidana yang marak terjadi adalah tindak pidana perjudian.

Perjudian telah ada sejak abad 1500 SM di kerajaan-kerajaan Tiongkok dan Mesir.
Hal tersebut dibuktikan dengan temuan benda-benda bersejarah, berupa benda yang mirip
dadu yang terbuat dari gading gajah yag ditemukan di daerah Thebes dan didalam prasasti
bentuk piramida Cheops di Mesir yang tertulis tentang perjudian di atas meja antic.
Sementara di Indonesia sendiri, perjudian bukanllah suatu hal baru bagi masyarakat, sebab
perjudian ini telah dikenal sejak jaman kerajaankerajaan di Jawa dan kerajaan-kerajaan di
Luar pulau Jawa dengan berbagai jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk tersebut disertai
dengan taruhan, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

Perjudian pada hakikatnya adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma, agama,
moralilitas kesusilaan maupun norma hukum. Perjudian ini dalam hukum pidana
dimasukkan kedalam bentuk kejahatan terhadap kesopanan yang diatur didalam kitab
undang-undang hukum pidana sebagai dasar hukum pidana di Indonesia. Pengaturan
mengenai perjudian dapat ditemukan dalam KUHP yaitu Pasal 303 Buku Kedua
(kejahatan) Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesopanan.

Di Indonesia dewasa ini sangat marak dengan perjudian kupon putih atau biasa
disebut togel. Dimana para pemainnya mulai dari kalangan anak-anak, remaja hingga
dewasa. Perjudian tidak lagi mengenal usia bahkan jenis kelamin. Terlebih lagi ada yang

menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Dalam perspektif hukum, perjudian


merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Sehubungan
dengan itu dalam pasal 1 UndangUndang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban
Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan.mengingat
masalah perjudian kupon putih sudah menjadi penyakit akut masyarakat. Maka perlu
upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis, tidak hanya dari pemerintah dan aparat
penegak hukum saja, tetapi juga dari kesadaran hukum dan pertiipasi masyarakat untuk
bersama-sama dan bahumembahu menanggulangi dan memberantas semua bentuk
perjudian.
Atas dasar pemikiran diatas maka menarik untuk lebih meneliti dan mengkaji tentang
”Tinjauan Yuridis terhadap tindak perjudian dan menjadikannya sebagai mata pencaharian
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Majene Nomor 60/Pid.B/2016/PN. Mjn)”

Anda mungkin juga menyukai